Imam al-Bukhari rahimahullah meriwayatkan dalam kitabnya, Shahih al-Bukhari dari Shahabat al-Barra’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu, dia bercerita:”Dahulu kami para Shahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pernah membicarakan jumlah orang-orang yang ikut perang Badar, jika dibandingkan dengan jumlah bala tentara Thalut yang ikut menyeberangi sungai bersamanya, yang jumlahnya berkisar antara 313 sampai 319 orang yang beriman.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

… فَلَمَّا جَاوَزَهُ هُوَ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا مَعَهُ قَالُوا لاَ طَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ…{249}

”….Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyebrangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata:” Kami tidak memiliki kekuatan pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya….” (QS. Al-Baqarah: 249)

Mereka menganggap jumlah mereka terlalu sedikit dan terlalu lemah sehingga tidak sanggup melawan musuh-musuh mereka yang berjumlah lebih banyak itu.

… قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلاَقُوا اللهِ كَم مِّن فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللهِ وَاللهُ مَعَ الصَّابِرِينَ {249}

”….Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata:”Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar….” (QS. Al-Baqarah: 249)

Yakni, orang-orang yang tetap teguh di antara mereka, yaitu para pemberani di antara mereka dan para penunggang kuda. Mereka adalah pemilik keimanan, keyakinan dan orang yang bersabar atas berbagai kelakuan kasar, pertengkaran dan celaan.
وَلَمَّا بَرَزُوا لِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالُوا رَبَّنَآ أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ {250}

”Tatkala Jalut dan tentaranya telah tampak oleh mereka, merekapun berdo’a:”Ya Rabb kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 250)

Mereka memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala supaya Dia melimpahkan kesabaran kepada mereka. Artinya, supaya Allah menyiramkan kesabaran dari atas mereka sehingga hati mereka merasa tenteram dan tidak goncang lagi. Selain itu, mereka juga memohon supaya Allah meneguhkan pendirian mereka di medan perang dan dalam melawan musuh. Dengan demikian, mereka meminta peneguhan secara lahir dan batin. Juga memohon agar diberikan kemenangan dalam melawan musuh-musuh mereka dan musuh-musuh Allah dari kalangan orang-orang kafir dan orang-orang yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah.

Allah Yang Mahaagung, Mahakuasa, Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui mengabulkan permohonan mereka itu, serta mengantarkan mereka sampai kepada apa yang mereka minta. Oleh karena itu Dia berfirman:

فَهَزَمُوهُم بِإِذْنِ اللهِ … {251}

”Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah …” (QS. Al-Baqarah: 251)

Yakni, berkat daya upaya dan kekuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan karena kekuatan yang mereka miliki. Dengan kekuatan dan pertolongan Allah, dan bukan karena kekuatan dan jumlah mereka, meskipin jumlah musuh mereka sangat banyak, sebagaimana difirmankan-Nya berikut ini:

وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللهُ بِبَدْرٍ وَأَنتُمْ أَذِلَّةُُ فَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ {123}

”Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.” (QS. Ali-‘Imraan: 123)

Dan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala lebih lanjut:

… وَقَتَلَ دَاوُدُ جَالُوتَ وَءَاتَاهُ اللهُ الْمُلْكَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَهُ مِمَّا يَشَآءُ …{251}

”Dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya dari apa yang dikehendaki-Nya….”(QS. Al-Baqarah: 251)

Di dalam ayat ini ada bukti yang menunjukkan keberanian Nabi Daud ‘alaihissalam, yang berhasil membunuh Jalut dengan cara yang membuat pasukannya terhina dan sekaligus membuat mereka bercerai-berai. Tidak ada peperangan yang lebih besar dibandingkan dengan peperangan yang mana raja dari musuhnya bisa terbunuh. Maka dengan sebab hal tersebut Thalut dan pasukannya mendapatkan harta rampasan perang yang melimpah, dan bisa menawan pasukan-pasukan mereka. Dan kalimat Iman pun naik di atas kalimat kekafiran, dan diberikan kekuasaan (kemenangan) untuk para wali Allah atas musuh-musuh-Nya, dan nampaklah (menonjollah) kebenaran di atas kebatilan.

(Sumber: Kisah Shahih Para Nabi, Syaikh Salim al-Hilali hafizhahullah, edisi Indonesia. Pustaka Imam asy-Syafi’i hal 395-398 dengan sedikit gubahan. Diposting oleh Abu Yusuf Sujono)