Syahadat risalah merupakan sisi kedua dari dua kalimat syahadat, karena syahadat terdiri dari syahadat tauhid, la ilaha illallah dan syahadat risalah, Muhammad saw sebagai rasul, di mana bunyi syahadat ini adalah Wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rasuluh, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya.

Karena syahadat ini merupakan sisi kedua maka ia mempunyai nilai kepentingannya sendiri yang tidak bisa digantikan oleh syahadat tauhid. Tidak mungkin seseorang mengklaim syahadat tauhidnya shahih tanpa menshahihkan syahadat risalah, bagaimana mungkin sementara untuk bisa bertauhid dengan shahih harus kembali kepada Rasulullah saw?

Definisi syahadat risalah

Pengakuan lahir batin bahwa Muhammad saw adalah hamba dan utusan Allah yang Dia utus sebagai penutup para Nabi saw dan kepada seluruh manusia bahkan jin serta mengamalkan apa-apa yang menjadi konsekuensinya.

Ada empat titik yang perlu kita cermati dari definisi,

1- Muhammad saw sebagai hamba dan utusanNya.
2- Muhammad saw sebagai penutup para nabi.
3- Muhammad saw diutus kepada seluruh manusia.
4- Mengamalkan apa yang menjadi konsekuensi.

Tiga titik pertama berkait dengan sisi akidah atau iman kepada Muhammad saw, sementara satu yang terakhir terkait dengan sisi amaliah sebagai konsekuensi dari ikrar ini.

1-Muhammad saw sebagai hamba dan utusanNya

Syahadat risalah seseorang tidak sah tanpa mengakui dan meyakini bahwa Muhammad saw adalah seorang hamba sekaligus utusan Allah. Keyakinan bahwa Muhammad sebagai hamba menepis sikap ghuluw (kultus) kepada beliau sebagaimana yang terjadi pada sebagian kaum muslimin, di mana mereka mengangkat beliau di atas derajat hamba, memberinya sifat-sifat dan keistimewaan-keistimewaan yang sebenarnya merupakan hak Allah sebagai Tuhan. Maka kita melihat sebagian kaum muslimin berdoa kepada beliau, meminta rizki lapang kepada beliau, memanggil beliau dalam keadaan sulit. Padahal semua ini merupakan wewenang Allah semata di mana selainNya tidak memilikinya walaupun dia adalah seorang nabi atau rasul.

Sedangkan keyakinan bahwa Muhammad saw sebagai rasul menepis sikap kurang ajar atau menyepelekan beliau yang juga terjadi pada sebagian kaum muslimin. Kita melihat di antara mereka ada yang tidak meyakini kebenaran sabda beliau, sehingga menolaknya mentah-mentah atau menolaknya dengan menyelewengkannya, menentangnya dengan apa yang katanya rasio atau akal, padahal ia hanya hawa nafsu dan bisikan setan, menghina sunnahnya dan orang-orang yang berpegang kepadanya. Semua ini merupakan sikap yang bertentangan dengan keyakinan bahwa beliau adalah utusan Allah.

Dalil-dalil yang menetapkan bahwa Muhammad saw adalah hamba Allah

Firman Allah Ta’ala, “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan terhadap al-Quran yang Kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad).â€‌ (Al-Baqarah: 23).

Firman Allah Ta’ala, “Mahasuci Allah yang telah menurunkan al-Furqaan (al-Qur`an) kepada hambaNya.â€‌ (Al-Furqan: 1).

Firman Allah Ta’ala, “Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hambaNya.â€‌ (Al-Isra`: 1).

Ayat-ayat al-Qur`an yang menetapkan ubudiyah Muhammad saw berjumlah besar, kiranya tiga ayat di atas sudah cukup mewakili yang lainnya. Bahkan ada ayat yang menetapkan bahwa beliau adalah basyar, manusia.

Firman Allah Ta’ala, “Katakanlah, â€کSesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu yang diwahyukan kepadaku.â€‌ (Al-Kahfi: 110).

Nabi saw menaati perintah ayat ini maka beliau sendiri mengakui bahwa dirinya adalah hamba Allah.

أ،أ‡أ³ أٹأµأکأ؛أ‘أµأ¦أ؛أ¤أ¶أ­أ؛ أںأ³أ£أ³أ‡ أƒأ³أ³أکأ؛أ‘أ³أٹأ¶ أ‡أ،أ¤أ³أ•أ³أ‡أ‘أ³أ¬ أ‡أˆأ؛أ¤أ³ أ£أ³أ‘أ؛أ­أ³أ£أ³ أ‌أ³أ…أ¶أ¤أ¸أ³أ£أ³أ‡ أƒأ³أ¤أ³أ‡ أڑأ³أˆأ؛أڈأ± أ‌أ³أ‍أµأ¦أ،أµأ¦أ‡ أڑأ³أˆأ؛أڈأµ أ‡أ،أ،أ¥أ¶ أ¦أ³ أ‘أ³أ“أµأ¦أ،أµأ¥

“Janganlah kalian mengkultuskanku sebagaimana orang-orang Nasrani mengkultuskan Isa putra Maryam, sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah, â€کHamba dan utusan Allah.â€‌ (HR. Al-Bukhari).

Hendaknya orang-orang yang mengkultuskan Nabi saw menyadari bahwa derajat â€کhamba’ atau â€کubudiyah’ merupakan derajat tertinggi dan termulia bagi seluruh makhluk, tidak terkecuali Muhammad saw, pada saat seseorang diangkat melebihi derajat ini maka ia sama dengan melecehkannya, karena dia telah didudukkan tidak pada tempatnya, tidak hanya itu ia sama dengan merendahkan pemilik derajat yang di atasnya yaitu derajat ilahiyah, Allah swt, karena dengan demikian Allah disejajarkan dengan hambaNya.

Perlu diketahui bahwa derajat ubudiyah ini bukan saja diberikan oleh Allah kepada Muhammad saw, akan tetapi ia diberikan kepada para malaikat dan nabi-nabi yang lain. Berikut ini adalah dalil-dalilnya.

Firman Allah Ta’ala, “Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan, mereka itu tidak mendahuluiNya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintahNya.â€‌ (Al-Anbiya`: 26-27).

Firman Allah Ta’ala tentang Nuh alaihis salam, “Sesungguhnya dia (Nuh) adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.â€‌ (Al-Isra`: 3).

Firman Allah Ta’ala tentang Dawud alaihis salam, “Dan ingatlah hamba Kami Dawud yang mempunyai kekuatan, sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan).â€‌ (Shad: 17).

Firman Allah Ta’ala tentang Sulaiman alaihis salam, “Dia (Sulaiman) adalah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya).â€‌ (Shad: 30).

Firman Allah Ta’ala tentang Ayyub alaihis salam, “Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub.â€‌ (Shad: 41).

Firman Allah Ta’ala tentang Isa alaihis salam, “Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani lsrail.â€‌ (Az-Zukhruf: 59).

Kesimpulannya, seluruh makhluk termasuk nabi-nabi, rasul-rasul tanpa kecuali Muhammad saw dan malaikat-malaikat adalah hamba-hamba Allah, derajat ini merupakan derajat tertinggi bagi mereka, maka tidak patut mereka dikultuskan, didudukkan di atas derajat yang semestinya.

Adapun dalil-dalil yang menetapkan Muhammad saw sebagai rasul maka pembaca bisa membacanya di sela-sela pembahasan ini sehingga penulis tidak perlu mencantumkannya secara khusus. Wallahu a’lam.