Khutbah pertama

Amma ba’du :

Ya ibadallah ! Bertakwalah kepada Allah, Tuhan anda semua. Taatlah kepadanya rasakanlah selalu pengawasannya, dan jangan pernah durhaka kepadaNya. Bertakwalah kepadanya dengan takwa yang sebenar-benarnya. Karena tanpa takwa, tidak ada tali yang kuat untuk anda dan tidak ada lagi asa yang tersisa .

Ayyuhal muslimun ! Salah satu tujuan terbesar syari’at kita yang cemerlang ialah memelihara agama orang-orang mukallaf. Dan ini melalui dua sisi : seperti kata Imam Abu Ishaq Asy-Syathibi : sisi wujudiyah yang meliputi pengadaan dan pembentukan serta sisi adamiyah yang meliputi pemeliharaan dan perawatan .

Salah satu yang disepakati oleh orang-orang yang beriman secara benar, ialah sumber pengambilan agama setiap muslim baik dalam konteks akidah, ibadah, muamalah, prilaku, halal-haram, maupun hukum tidak lain adalah Kitab Allah ( Al-Qur’an ) dan Sunnah RasulNya. Bila Allah adalah satu-satunya yang menciptakan dan mengatur makhluk maka dialah sau-satunya yang berhak memerintah dan melarang. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata’ala .

أَلاَلَهُ الْخَلْقُ وَاْلأَمْرُ تَبَارَكَ اللهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

‘’Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Rabb semesta alam. (QS. Al-A’raf :54)

أَمْ لَهُمْ شُرَكَآؤُاْ شَرَعُوا لَهُم مِّنَ الدِّينِ مَالَمْ يَأْذَن بِهِ اللهُ

Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyari’atkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah ? (QS. Asy-Syura :21)

Ikhwatal Islam! Betapa persendian menggigil, hati bergetar, dan terlihat guratan-guratan penolakan di wajah, ketika orang-orang Islam diperingatkan agar menghindari Syirik, pembunuhan, riba, zina, dan dosa-dosa besar lainnya . Sebab, hal-hal semacam itu tidak bisa disambut dengan wajah yang ceria. Karena semua itu adalah dosa-dosa yang diancam oleh Allah dengan ancaman hukuman yang keras di dunia dan akhirat. Juga karena semua itu memiliki efek yang sangat krusial dalam merusak kehidupan umat dan menjerumuskannya ke dalam jurang penderitaan dan kebinasaan . tidak mengherankan, karena perbuatan maksiat adalah sarana untuk merusak dan menghancurkan. Hanya, perbuatan maksiat itu bermacam-macam dan bertingkat-tingkat.

Ibadallah! Jika demikian adanya, tahukah anda apa yang lebih berbahaya dari pada itu semua ? Apa pangkal syirik dan kufur ? Apa dasar bid’ah dan maksiat ? Apa yang lebih berat dan lebih jahat dari itu, bahkan lebih buruk daripada semua jenis perbuatan keji, dosa, kejahatan, kesesatan, dan pelanggaran ? Ia adalah pangkal kejahatan secara keseluruhan. Yaitu berbicara atas nama Allah tanpa dilandasi ilmu .

Perhatikan bagaimana Allah menyebut tindakan berbicara atas nama Allah tanpa dilandasi ilmu bersamaan dengan menyebut perbuatan syirik, tindakan sesat, dosa, dan perbuatan keji. Bahkan keempat hal yang diharamkan itu disebutkan secara berurutan sesuai dengan tingkat kejahatannya dari bawah ke atas, Yang disebut pertama adalah yang paling ringan, dan yang paling berat adalah yang paling akhir. Ini tidak mengherankan, karena menyekutukan Allah ( syirik) tidak lain adalah bagian dari berbicara atas nama Allah tanpa dilandasi ilmu .

Mengomentari firman Allah Subhanahu Wata’ala :

وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللهِ مَالاَتَعْلَمُونَ

Dan mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu ketahui. (QS. Al-A’raf :33)

Al-Hafidz Ibnu Katsir berkata : ‘ Maksudnya adalah mengada-ada dan berdusta. Seperti mengklaim bahwa Allah mempunyai anak dan sebagainya yang tidak anda ketahui ilmunya .’’

Ikhwatal imann ! Penetapan halal dan haram adalah hak prerogatif Allah . Maka yang halal adalah apa yang dihalalkan oleh Allah dan yang haram adalah apa yang diharamkan oleh Allah. Allah Subhanahu Wata’ala telah menolak perbuatan orang-orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai sumber penetapan halal dan haram. Allah berfirman :

وَلاَتَقُولُوا لِمَاتَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلاَلٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِّتَفْتَرُوا عَلَى اللهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللهِ الْكَذِبَ لاَيُفْلِحُونَ مَتَاعٌ قَلِيلٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Dan janganlah kamu mengatakan terhadapa apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (itu adalah) kesenangan yang sedikit; dan bagi mereka azab yang pedih.( Qs. An-Nahl: 116-117)

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

قُلْ أَرَءَيْتُم مَّآأَنزَلَ اللهُ لَكُم مِّن رِّزْقٍ فَجَعَلْتُم مِّنْهُ حَرَامًا وَحَلاَلاً قُلْ ءَآللهُ أَذِنَ لَكُمْ أَمْ عَلَى اللهِ تَفْتَرُونَ وَمَاظَنُّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللهِ الْكَذِبَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لاَيَشْكُرُونَ

Katakanlah:”Terangkanlah kepadaku tentang rezki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal”. Katakanlah:”Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-adakan saja terhadap Allah?” Apakah dugaan orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah pada hari kiamat Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri(nya). (QS. Yunus :59-60)

Salah satu kejahatan terbesar ialah memberanikan diri untuk menetapkan halal dan haram di dalam agama Allah tanpa dilandasi ilmu dan pengetahuan yang memadai. Perbuatan semacam ini di samping merupakan kejahatan terbesar adalah perbuatan yang ‘kurang ajar ‘ (tidak etis) kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Karena orang tersebut maju kehadapan Allah lalu berbicara tentang agama dan syari’at tanpa dilandasi ilmu. Demi Allah, itu adalah tanda lemahnya iman dan minimnya ketakwaan, bahkan kurangnya akal dan tata karma.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang notabene merupakan orang yang paling banyak ilmunya di dalam umat ini dan sekaligus pemimpin umat ini ketika ditanya tentang sesuatu yang belum diterangkan di dalam wahyu yang turun dari Allah, beliau selalu menunggu sampai ada wahyu yang turun kepadanya. Dan ayat-ayat yang berbunyi ( Mereka bertanya kepadamu ) di dalam Al-Qur’an tidak sedikit jumlahnya .

Begitu pula dengan Sahabat-sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang mulia. Abu Bakar Radiyallahu Anhu berkata: ‘ langit mana yang mau menaungiku dan bumi mana yang mau menampungku jika aku berbicara tentang Kitab Allah tanpa ilmu’’.

Sementara Umar bin Khaththab Radiyallahu Anhu ketika dihadapkan pada masalah baru, ia mengumpulkan sahabat-sahabat senior dan meminta pendapat mereka tentang masalah tersebut . Ibnu Sirin Rahimahullah mengatakan : ‘’ Setelah Nabi Shallahu Alaihi Wasallam tidak ada orang yang lebih takut berbicara tanpa dilandasi ilmu selain Abu Bakar Radiyallahu Anhu. Dan setelah Abu Bakar, tidak ada orang yang lebih takut berbicara tanpa dilandasi ilmu selain Umar.

Ibnu Mas’ud Radiyallahu ‘Anhu berkata : ‘ Sesungguhnya orang yang memberikan fatwa kepada masyarakat dalam setiap masalah yang mereka tanyakan kepadanya adalah orang yang benar-benar gila.’’

Allah telah merahmati Imam Asy-Syafi’i ketika ditanya tentang suatu masalah lalu ia menjawab: ‘ Aku tidak tahu’’ Lalu murid-murid setianya berkata : ‘ Sesungguhnya kami merasa malu karena ketika ditanya tentang sesuatu anda sering menjawab: Aku tidak tahu.’’ Lalu Asy-Sya’bi berkata : ‘ Tetapi malaikat tidak malu ketika berkata: ‘ Maha suci engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami.’’(QS. Al-Baqara: 32)

Atho’ bin Rabah pernah berkata : ‘ Aku tidak tahu adalah separuh ilmu.’
Sebagian ulama’ berkata : Jika seorang ulama tidak mau mengatakan ‘aku tidak tahu’ ia telah terjebak di dalam perangkap kematianya.’’

Tentang keengganan berfatwa dan kecaman terhadap orang yang tergesa-gesa melakukannya, Abdurrahman bin Abi Laila Rahimahullah berkata : ‘ Aku pernah bertemu dengan 120 orang sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Ternyata setiap ahli Hadits di antara mereka berharap agar saudarnya bisa mewakilinya dalam menyampaikan Hadits. Dan setiap mufti ( ahli fatwa) berharap agar saudaranya bisa mewakilinya dalam memberikan fatwa .’’

Imam Darul hijrah (Malik bin Anas) Rahimahullah pernah didatangi oleh seseorang dari tempat yang jauh. Orang itu mengajukan 40 pertanyaan kepadanya, lalu ia menjawab empat pertanyaan dan mengatakan: ‘’ Allahu a’lam’’ (Allah lebih tahu) untuk 36 pertanyaan lainnya. Orang itu berkata : ‘’Anda adalah Malik bin Anas. Orang-orang naik unta untuk menemui anda. Dan mereka datang dari segala penjuru ke tempat anda. Lalu anda mengatakan : Allahu a’lam . Apa yang harus kukatakan kepada orang-orang di negriku jika aku kembali kepada mereka ? ‘’Malik menjawab :’’katakan kepada mereka bahwa malik mengatakan : ‘Allahu a’lam,’’

Imam ahmad Rahimahullah seringkali ditanya lalu berhenti menjawab, atau mengatakan : ‘’Aku tidak tahu’’atau semacamnya .

Suhnun bin Said Rahimahullah berkata : ‘’Orang yang paling berani berfatwa adalah orang yang paling sedikit ilmunya. Orang tersebut menguasai satu bab ilmu dan mengira bahwa semua kebenaran ada di situ.

Bisyr Al-Hafi Rahimahullah berkata : ‘’ Orang yang ingin ditanya adalah orang yang tidak layak ditanya.’’

Al-Khotib Al-Baghdadi Rahimahullah berkata: ‘’Orang yang rajin berfatwa, bergegas mengeluarkannya, dan bersikeras melakukannya adalah orang yang sedikit taufiknya dan labil kondisinya. Jika ia tidak menyukai hal itu tidak sengaja memilihnya, tidak menemukan jalan untuk melepaskan diri darinya, atau melimpahkannya kepada orang lain, maka pertolongan Allah akan lebih banyak diterimanya, dan potensi kebenaran fatwa atau jawabannya akan lebih besar .

Ma’syiralmuslimin ! Bila para ulama besar itu memilih berhati-hati dan cenderung enggan untuk berfatwa, bagaimana kondisinya sekarang ? Allahul musta’an.

Malik berkata : ‘’Aku pernah diberi tahu oleh seseorang bahwa dirinya pernah masuk kerumah Rabi’ah. Lalu ia mendapatinya sedang menangis. Kemudian ia bertanya :

‘’Apa yang membuatmu menangis ? Apakah ada musibah yang menimpamu ? Rabi’ah terus menangis lalu ia berkata : ‘’Tidak. Tatapi karena ada orang yang tidak berilmu dimintai fatwa dan muncul perkara besar di dalam Islam. Sungguh sebagian orang yang berfatwa disini lebih pantas dipenjara ketimbang para pencuri , ‘’kata Rabi’ah .

Sebagian Ulama berkata : ‘’Bagaimana seandainya Rabi’ah melihat apa yang terjadi di zaman kita ?

Saya berkata : ‘’Bagaimana seandainya ulama tersebut melihat apa yang terjadi sekarang ini ?

Dalam hadits shahih diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin Ash Radiyallahu ‘Anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam .

‘’Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu sekaligus dari manusia, Tetapi dia mencabut ilmu dengan cara mencabut nyawa para ulama. Hingga ketika Dia tidak menyisakan seorang ulama pun maka manusia mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh. Lalu merka ditanya (tentang sesuatu) kemudian mereka berfatwa tanpa dilandasi ilmu . Sehingga mereka pun sesat dan menyesatkan .’’( HR. Al-Bukhari, 100,Muslim,2673)

Betapa banyak kita melihat orang-orang yang singgah di tempat-tempat ilmu dan pengetahuan, padahal mereka sama sekali bukan bagian dari situ. Kebiasaan mereka adalah terlalu berani mengumbar fatwa dan terlalu percaya diri dalam memutuskan halal dan haram. Mereka membicarakan sesuatu yang mereka tidak ketahui. Mereka berbicara secara gelobal dan tidak bisa berbicara secara rinci . mereka suka mengobral pujian dan mendramatisir masalah. Padahal mereka adalah orang yang paling bodoh tentang hukum-hukum syari’ah . kalau anda mendengar salah satu dari mereka berbicara, anda akan merasa seolah-olah ia telah menerima wahyu. Karena ia berbicara secara tegas dan lugas, tanpa ada kehati-hatian. Dan tidak jarang mereka menisbahkan pendapatnya kepada Islam. Bahkan ada yang berani menjawab masalah-masalah besar yang diandaikata masalah-masalah itu diajukan kepada Umar Bin Khothab, niscaya ia akan mengumpulkan ahli badar untuk membahasnya. Anda akan diliputi rasa heran yang luar biasa ketika anda mendengar ungkapan-ungkapan yang mengagung-agungkan dan menyanjung diri sendiri.

Kamus mereka adalah ‘’Kami berpendapat’’ Tarjih kami’’ pendapat yang kami pilih’’. Menurut hemat kami peribadi’’. Dan sebagainya .

Mereka berkata : ‘’ini menurut kami tidak boleh.’’ Siapakah anda, sehingga anda berhak punya pendapat ?

Mereka tidak menyadari bahwa terlalu berani berfatwa berarti terlalu berani terhadap neraka. Mereka tidak tahu bahwa kecerobohan dalam berfatwa berarti menceburkan diri ke dalam kubangan bakteri neraka. Wal’iyazubillah ! bahkan orang -orang awam pun saling berfatwa satu sama lain, perbincangan tentang ilmu-ilmu syari’ah telah menjadi komoditas semua orang yang sok tahu dan dungu. Bahkan jumlah mereka sebanyak penjual sayur. Orang-orang kerdil pun berani berbicara dan memposisikan diri sebagai ulama dan fuqaha. Mereka mengangkat masalah-masalah yang baku dan prinsip. Lalu mejadikannya sebagai masalah-masalah yang bisa dirubah dan direvisi dengan dalil bahwa fatwa bisa berubah seiring dengan perubahan zaman. Bahkan ada orang yang melepaskan dirinya dari fatwa dengan hal-hal yang nyata-nyata diharamkan oleh agama. Dan banyak sekali rekayasa terhadap syari’ah .

Mereka mengulurkan tangan yang pendek untuk berfatwa, kebanyakan mereka bilang ‘’Begitulah’’kalau berfatwa.

Celakalah orang yang memaksakan diri menaiki tangga yang sulit ini kemudian menyesatkan sekelompok umat. Ia akan termasuk di antara mereka yang harus menanggung dosa orang-orang yang disesatkan disamping dosanya sendiri.Allah ta’ ala berfirman :

Dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tantang apa yang dahulu mereka ada-adakan . (QS, Al-Ankabut: 13)

Seharusnya untuk menjaga pokok ajaran Islam dan mempertahankan hukum-hukum dan perundang-undangannya setiap orang yang tidak kapabel dilarang (dicekal) berbicara tantang syari’ah ( halal –haram). Karena pencekalan dalam rangka melindungi agama lebih perlu dilakukan, dibanding pencekalan dalam rangka melindungi harta benda dan tubuh manusia . rasa cemburu terhadap syari’ah adalah sesuatu yang lebih mulia dan lebih utama dibanding rasa cemburu terhadap istri. Demi Allah , orang yang tidak mampu memahami Al-Qur’an dan tidak menguasai Sunnah dan Atsar benar-benar haram mencapai puncak tangga ilmu dan menempati posisi tersepan di bidang fatwa . suyan Ats-Tsauri Rahimahullah prnah ditanya tentang hal itu, lalu beliau menjawab : kalau anak buah kapal terlalu banyak, kapal akan tengekam.

Orang-orang semacam itu hendaknya tahu bahwa dengan berbicara tentang syari’ah (halal-haram) itu berarti mereka telah membubuhkan tanda tangan atas nama Allah . hendaknya mereka mengetahui bahwa fatwa adalah api yang menyala-nyala . anda tentu sering mendengar fatwa-fatwa yang tidak terkendali dan tidak terkontrol . yaitu fatwa-fatwa yang dibangun berdasarkan kenekatan bukan kehati-hatian dan tidak berdiri diatas kebenaran . sehingga menyusahkan dan meresahkan umat. Kerena itu, umat pantas dilindungi dari kesulitan-kesulitan yang bisa mereka timbulkan . juga diperingatkan agar waspada terhadap ulah mereka yang kelewatan.

Bila hidung banyak orang terlihat kotor
Ucapkanlah :’’ya tuhanku, jangan engkau kotori hidung yang lain .’’

Ibnu Sirin menceritakan bahwa umar pernah berkata kepada Abu Mas’ud Al-Badri:”Aku diberi tahu bahwa engkau berfatwa.padahal engkau pejabat.serahkan segala sesuatu kepada ahlinya.”

Imam Adz-Dzahabi di dalam kitab siyar a’lam an-nubala’ menyatakan :”Ini menunjukkan bahwa imam (Kepala Negara) berhak mencekal orang yang berfatwa tanpa izin.”

Al-Khotib Al-Baghdadi meriwayatkan dari Hammad bin Zaid, ia pernah mendengar seruan dari seseorang di Madinah yang menyatakan: “tidak ada yang boleh berfatwa di Masjid Rasululloh kecuali Malik.”

Karena tugas itu harus dilaksanakan oleh orang-orang yang ahli,bukan orang-orang yang sok pandai dan harus ditangani oleh orang-orang yang asli (mukim)bukan pendatang.Tujuannya tidak lain adalah untuk memelihara agama umat,menyatukan kata mereka,dan memberikan panduan yang jelas bagi arah dan perjalanan mereka.Agar semuanya terbangun berdasarkan Al-quran dan As-Sunnah menurut apa yang dipahami oleh para pendahulu umat ini.Dengan demikian, umat akan sselamat dari ancaman malapetaka dan pemicu fitnah.Dan dengan izin Allah akan ada benteng-benteng yang bisa melindungi umat dari hantaman badai kejahatan yang sangat ganas,yaitu berbicara atas nama Allah tanpa ilmu yang memadai.

Kita berlindung kepada Alloh dari kekeliruan,keburukan dan kesalahan.dan kita memohon kepadaNya agar berkenan memberi kita ilmu yang bermanfaat dan amal yang salih.karena inilah harapan kita yang paling besar.

بارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ،
فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

َاَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،
قَالَ الله تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ

Amma ba’du :

Ibadallah ! Jika penyebab masalah mengatakan sesuatu atas nama Allah tanpa ilmu ini ditelusuri maka yang penting ialah lemahnya kontrol diri, kerebohan didalam takwa dan iman, pelanggaran terhadap ketentuan tuhan, dan tidak adanya metode yang benar dalam belajar dan menunutut ilmu. Disamping penyakit gila popularitas dan ingin menonjol, semakin parahnya sifat sok tahu yang tercela, dan keengganan orang-orang yang mumpuni untuk menyampaikan ilmu dan memberikan penjelasan. Jangan sekali-kali kehati-hatian yang palsu dan penelitian yang beku menghalangi orang-orang yang mempuni ( baca: para ulama) untuk menyampaikan agama Allah yang diketahuinya. Karena sikap hati-hati terhadap apa yang tidak diketahui tidak bertentangan dengan tindakan menyampaikan apa yang diketahui.

Penyakit ini dapat diberantas dengan cara memantapkan iman dan rasa takut kepada Allah di dalam jiwa, mengikuti metode-metode yang benar dalam menuntut ilmu, belajar dari para ahli ilmu, dan menjadikan mereka sebagai rujukan untuk meminta keterangan dan penjelasan. Terutama dalam masalah-masalah yang rumit. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُوْلِى اْلأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنبِطُونَهُ مِنْهُمْ

Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). (QS. 4:83)

Cara ini memberantas penyakit ini ialah membaca biografi para ulama salaf, mematuhi etika berbeda pendapat, bersikap rendah hati, dan sangat berhati-hati. Namun sebelum dan sesudah itu harus ada keikhlasan niat kepada Allah, memohon pertolongannya. Dan meminta petunjuknya .

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS. Al-Ahzab :56)

( Dikutip dari buku : Kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan Setahun Edisi pertama, ElBA Al-Fitrah, Surabaya . Diposting oleh Yusuf Al-Lomboky )