Beberapa pejabat pemerintah China, selasa mengatakan, kaum pemberontak di propinsi Xin Jiang (Turkistan Timur) yang didiami mayoritas Muslim menjadi ancaman serius bagi negara. Mereka telah membunuh 160 jiwa serta melukai 440 jiwa lainnya selama beberapa waktu lalu.

China menduduki beberapa propinsi Islam di Turkistan Tiimur yang terletak di sebelah barat daya China dan berbatasan dengan Afghanistan, Pakistan, tiga bekas republik rusia di samping Rusia dan Mongolia. Kaum Muslim dari suku Yogour sejak beberapa dasa warsa terus berperang melawan penjajahan China guna mendirikan negara tersendiri dengan nama “Turkistan Timur.”

Wakil direktur Pusat Anti Teror di kementerian keamanan umum China, Shau Yun Jitsin secara eksplisit mengeritik pemerintah Washington dengan mengatakan, tidak semestinya ada standar ganda dalam menghadapi apa yang diklaimnya sebagai teroris.

Seperti yang dirilis kantor berita baru China, Shinhwa dari Shau, ia mengatakan, “Negara, partai atau kelompok mana pun tidak seharusnya memiliki sikap standar ganda yang bermuatan politis atau lainnya yang menunjukkan sikap ego dalam berinteraksi dengan terorisme.”

Nampaknya, pemerintah China berusaha untuk mencap kelompok perlawanan Islam di Turkistan Timur yang menentang pendudukan mereka sebagai kaum teroris agar dapat menjalin kerjasama dengan dunia Barat dan mendapat legalisasi atas pembantaian yang dilakukannya terhadap nyawa-nyawa penduduk propinsi itu yang tak berdosa.

Sejauh ini, pemerintah Amerika Serikat tidak menunjukkan persetujuannya. Di antara salah satu buktnya, Amerika hingga kini tidak bersedia menyerahkan tawanan Guntanamo asal Turkistan Timur kepada pemerintah China. Para tawanan itu dibawa ke penjara tersebut setelah berhasil di tangkap karena didapati berperang di barisan gerakan Taliban. Alasannya, karena bila diserahkan, mereka pasti dihukum mati oleh pemerintah China.

Sementara itu, beberapa lembaga HAM di China mengeritik pemerintah mereka karena telah menggunakan perang yang ditabuh Amerika Serikat terhadap apa yang disebut Terorisme sebagai alasan untuk terus memburu orang-orang Yogour dengan tanpa memilah lagi.

Dalam rangka antisipasi terhadap ancaman dan serangan yang akan dilakukan kelompok perlawanan Turkistan Timur, bulan lalu pemerintah China telah membentuk detasemen anti teror di 36 kota guna mengamankan pesta olympiade yang rencananya akan diselenggarakan di China tahun 2008. Mereka memperkirakan kelompok perlawanan itu akan menjadikan olympiade sebagai target serangan.

Shau menambahkan, tiga kekuatan dalam kelompok perlawanan itu telah melakukan sebanyak lebih dari 260 kegiatan ‘teroris’ di Xin Jiang dan di luar negeri selama sepuluh tahun terakhir sehingga menyebabkan tewasnya 160 jiwa dan melukai 440 jiwa lainnya. Demikian seperti yang diklaimnya.

Seperti diberitakan pula surat kabar ‘China Daily’ dari seorang pejabat bernama Fing, segelintir kelompok teroris yang jahat sekarang masih berkeliaran. Mereka berusaha dengan sungguh-sungguh menyusun dan memperluas jaringan mereka untuk melakukan gelombang serangan baru.

Berdasarkan laporan yang dikeluarkan lembaga HAM internasional, pemerintah China yang dikuasai oleh partai komunis sejak lebih dari setengah abad melakukan penindasan terhadap minoritas Muslim.

Laporan itu menyiratkan, ribuan umat Islam Turkistan Timur telah ditangkapi enam bulan lalu oleh aparat kepolisian China dengan memanfa’atkan momen internasional saat ini dalam memerangi terorisme di dunia. Pemerintah China telah melakukan operasi penangkapan besar-besaran terhadap kaum minoritas Muslim yang hidup di sebelah barat negeri itu.

Lembaga HAM Internasional menjelaskan, sebagian para tahanan tidak pernah melakukan tindakan apa-apa selain menjalankan kegiatan keagamaan atau membela keyakinan mereka. Namun juru bicara pemerintah komunis di Peking menolak mengomentari hal tersebut.

Di antara bentuk pelanggaran yang dinyatakan lembaga HAM Internasional telah dilakukan pemerintah China adalah mengekang kebebasan beribadah kaum Muslim dan menekan para murid sekolah agar tidak menjalankan puasa Ramadhan yang merupakan kewajiban dalam syari’at Islam.

Kondisi kaum Muslimin yang mayoritasnya berasal dari suku Yogour amat berbeda dengan mayoritas penduduk China yang berasal dari suku Han. Kaum Muslimin juga menggunakan bahasa Turkistan.

Seperti diketahui, pemerintah China saat ini sudah mulai melunak sikapnya setelah mendapatkan beberapa tekanan dari dunia internasional dengan memberikan otonomi kepada kaum Muslimin di Xin Jiang sekali pun hanya sebagai formalitas belaka sebab realitasnya tidak seperti yang selama ini ingin diperjuangkan kaum Muslim Turkistan Timur. (istod/AS)