Ramadhan datang dan telah pergi, ‘Ied (hari raya) tiba dan telah berlalu dan ini adalah sunatullah (ketetapan Allah) pada makhluk-Nya bahwa segala sesuatu itu datang dan pergi, ada awal dan ada akhir, ada kehidupan dan ada kematian. Saudaraku tercinta, ada beberapa renungan yang harus kita renungi bersama-sama setelah kita meninggalkan Ramadhan, renungan-renungan itu adalah:

Ramadhan adalah tamu

Ramadhan datang kepada kita sebagai tamu yang mulia, dan setiap tamu suatu hari nanti pasti akan pergi. Saya dan anda sekalian wahai para hamba Allah di dunia ini adalah tamu-tamu yang pada suatu hari nanti pasti akan meninggalkan dunia ini. Maka bersiap-siaplah untuk menghadapi hari itu dengan ketaatan, amal shalih, ketakwaan dan keimanan.

Ramadhan dan manusia

Ramadhan seperti manusia, ketika dia datang keluarganya bergembira dengan kedatangannya dan mereka semua tertawa dengan kelahirannya. Demikian juga Ramadhan, seluruh kaum mukminin bergembira dengan kedatangannya, dan mereka saling mengucapkan selamat dengan datangnya Ramadhan. Dan ketika manusia itu meninggalkan dunia, maka orang-orang terdekat dan kekasihnya menangis atas perpisahan tersebut. Demikian juga Ramadhan, setiap mukmin menangis karena berpisah dengannya.

Ramadhan saksimu (pembelamu) atau penuntutmu

Ramadhan pergi setelah menjadi tamu yang mulia bagi kita setelah berlalu kira-kira 30 hari, akan tetapi apakah Ramadhan akan menjadi saksi bagi kita terhadap kebaikan-kebaikan, shalat malam, dan puasa yang kita laksanakan. Ataukah justru dia bersaksi atas keburukan-keburukan, maksiat-maksiat dan kelalaian kita dari ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala? Dan dia pergi menyayangkan (sedih) terhadap kita dan kondisi kita. Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala supaya Dia menerima amalan Ramadhan kita, sebagaimana Dia menyampaikan kita kepada Ramadhan dan memberikan taufiq (kemudahan) kepada kita untuk berpuasa, shalat malam dan membaca al-Qur’an sepanjang siang dan malamnya.

Jangan sampai kita seperti pemintal benang yang mengurai kembali benangnya setelah dipintal

Waspadalah saudaraku, jangan sampai engkau menjadi seperti perempuan gila yang tinggal di Mekah pada zaman dahulu, namanya Riithah bintu Sa’d. Dia telah memintal benangnya seharian penuh dengan pintalan yang kuat, lalu dia menguraikan kembali pintalannya itu, maksudnya dia merusak pintalan yang telah kokoh. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

(وَلا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنكَاثًا تَتَّخِذُونَ أَيْمَانَكُمْ دَخَلاً بَيْنَكُمْ أَنْ تَكُونَ أُمَّةٌ هِيَ أَرْبَى مِنْ أُمَّةٍ إِنَّمَا يَبْلُوكُمْ اللَّهُ بِهِ وَلَيُبَيِّنَنَّ لَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ) النحل:92.

”Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dangan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu. (QS. An-Nahl: 92)

Makna تَتَّخِذُونَ أَيْمَانَكُمْ دَخَلاً بَيْنَكُمْ yaitu:”Kalian membuat perjanjian dengan suatu kaum bahwa kalian akan bersamanya, dan perjanjian ini adalah tipu daya, lalu apabila kalian mendapatkan kaum yang lebih banyak dan lebih kuat dari mereka kalian mebatalkan perjanjian dengan kaum yang pertama dan kalian buat perjanjian dengan kaum yang lain (baru).

Saudaraku tercinta, apa yang engkau katakan terhadap seorang perempuan yang duduk selama sebulan penuh membuat baju dari wol dengan alat tenun, hingga mendekati selesai pembuatan baju itu dia membongkar dan merusak tenunan yang telah dia buat?

Perumpamaan ini menggambarkan kondisi sebagian kita, yang dengan hanya selesai dari Ramadhan begitu cepatnya kembali kepada perbuatan dosa dan maksiat. Padahal selama sebulan penuh dia shalat, puasa, shalat malam dengan khusyu’, menangis (karena mengingat kesalahannya), berdo’a, dan merendahkan diri di hadapan Allah. Dengan itu semua dia telah mngumpulkan kebaikannya, sampai-sampai di antara kita berada pada suatu tingakatan berharap diambil nyawanya oleh Allah pada kondisi yang seperti itu, karena banyaknya kebaikan yang dia dapatkan berupa kelezatan ibadah dan ketaatan. Akan tetapi sebagian kita mengurai dan menghapus semua itu setelah terbenamnya matahari di hari terakhir bulan Ramadhan.

Waspadalah, jangan sampai kita seperti Bal’am bin Ba’uraa’

Dia adalah seorang laki-laki dari Bani Israil yang telah merasakan manisnya iman, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberinya tanda-tanda kekuasan-Nya, lalu dia berbalik (menjadi sesat) dan dia membeli kesesatan dengan hidayah, dan membeli azab dengan ampunan dan dia melepaskan dari ayat-ayat Allah, sebagaimana lepasnya ular dari kulitnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

(وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنْ الْغَاوِينَ وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصْ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ) الأعراف:175، 176.

”Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al-Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (QS. Al-A’raaf: 175-176)

Dan peringatan Qur’ani ini berlaku bagi siapa saja yang merasakan manisnya ketaatan kepada Allah di bulan Ramadhan, dia menjaga kewajiban-kewajiban agama, dan dia meninggalkan larangan-larangan agama di bulan itu, hingga berakhirnya Ramadhan yang penuh berkah, dia lepas dari ayat-ayat Allah dan pagi harinya menjadi teman dekat syetan.

Waspadai syetan setelah Ramadhan

Sesungguhnya syetan-syetan dilepas ikatannya, dan bebaskan belenggunya setelah bulan Ramadhan, akan tetapi tipu daya syetan lemah sebagaimana telah dikabarkan kepada kita dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan barang siapa yang meminta perlindungan kepada Allah, maka Allah akan melindunginya dari tipu daya syetan. Syetan adalah musuh yang kebanyakan manusia lalai darinya, dan tidak memperhitungkan hal itu kecuali orang-orang yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, meskipun kita telah mengetahui permusuhan syetan kepada kita dan peringatan dari Allah kepada kita dengan firman-Nya:

(إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوّاً إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ )فاطر6

”Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu, maka jadikanlah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Faathir: 6)

Syetan memiliki misi yaitu untuk memasukan engkau (manusia) ke dalam neraka, dan dia memiliki target-target yang jelas, yaitu membuatmu terjatuh ke dalam maksiat, dan dosa-dosa yang menjadi sebab masuknya engkau ke dalam neraka, dan supaya hancur dan hilanglah semua yang telah engkau lakukan di bulan Ramadhan berupa ketaatan-ketaatan.

Saya dan anda, apa misi kita di kehidupan dunia ini? Apa target-target kita? Apa kewajiban kita terhadap agama kita, atau apakah kita hidup ini hanya untuk sekedar makan, minum dan menikah?

Bertakwalah kepada Allah untuk menjaga shalat lima waktu secara berjama’ah, khususnya shalat shubuh

Kita di dalam bulan Ramadhan telah membuktikan kepada diri kita bahwa kita mampu untuk menunaikan shalat jama’ah di Masjid, dan kita mampu menunaikan shalat shubuh setiap hari. Maka hendaknya setelah Ramadhan kita menjaga shalat lima waktu dengan berjama’ah di masjid secara maksimal. Shalat adalah cahaya bagimu dalam kehidupanmu, di dalam kuburmu dan ketika melewati Shirath. Shalat adalah berkah dalam harta dan keluarga, shalat apabila baik maka baiklah seluruh amalannya, maka takutlah kepada Allah, janganlah anda menyia-nyiakan shalat setelah Ramadhan. Dan juga janganlah anda tinggalkan shalat malam, walaupun satu malam (yang anda tinggalkan) dalam satu minggu.

Jangan acuhkan al-Qur’an setelah Ramadhan

Jangan menjadi orang-orang yang hanya membaca al-Qur’an di bulan Ramadhan dan mengacuhkannya pada hari-hari lain. Al-Qur’an diturunkan supaya kita membacanya di bulan Ramadhan dan di luar Ramadhan. Anda sekalian (pada bulan Ramadhan) telah mampu membacanya setiap hari satu juz, dua atau tiga juz dan anda telah bersungguh-sungguh dalam membacanya. Dan anda telah mengkhususkan waktu dalam hari-harimu untuk membacanya, maka berusahalah supaya dirimu memiliki kebiasaan harian yang tetap dengan membaca al-Qur’an, dan janganlah anda menjadi orang-orang yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika menghikayatkan perkataan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam:

(وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآنَ مَهْجُوراً }الفرقان30

Berkatalah Rasul:”Ya Rabbku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan al-Qur’an ini sesuatu yang tidak diacuhkan.” (QS. Al-Furqan: 30)

Perbanyaklah berdzikir

Bersungguhlah setelah Ramadhan untuk menjadi orang-orang yang berdzikir kepada Allah, supaya anda terlindungi dari segala keburukan, dari sesuatu yang memiliki keburukan dan mendapatkan pahala yang besar. Biasakanlah untuk membaca dzikir pagi dan petang (sore), dzikir sebelum tidur, dzikir keluar dari rumah, dan manfaatkan waktu kosongmu ketika bekerja atau ketika anda berangkat kerja dengan memperbanyak dzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Pergaulan yang baik

Pilihlah orang-orang yang dapat membantu anda untuk taat kepada Allah setelah bulan Ramadhan, karena seseorang tergantung agama teman dekatnya. Dan teman-teman dekat saling memusuhi satu sama lain pada hari kiamat nanti, kecuali orang-orang yang bertakwa. Dan antara mukmin yang satu dengan mukmin yang lain seperti satu bangunan yang saling menguatkan satu sama lainnya, maka pilihlah teman yang apabila dia melihat anda berbuat maksiat akan mengingatkan anda dan menunjukki anda ke jalan yang benar. Dan sebagaimana anda menginginkan teman yang berakhlak baik maka temanmu juga menginginkan teman yang bisa mengukuhkannya dalam kebaikan, maka berniatlah dengan kebaikan supaya anda bisa mendapatkan apa yang anda inginkan.

Apakah kita termasuk orang yang diterima amalannya atau ditolak?

Diantara tanda diterimanya ketaatan (ibadah) kita adalah adanya ketaatan setelahnya, maka bersungguh-sungguhlah dalam kebaikan, ketaatan, al-Qur’an, iman, shodaqoh, dan puasa setelah Ramadhan supaya anda termasuk orang-orang yang diterima pahalanya, Insya Allah.

Usahakan setelah Ramadhan terjadi perubahan dalam hidup anda menjadi lebih baik, dan anda menang mengalahkan nafsu dan syetan yang ada pada diri anda.

Jangan terpedaya dengan ibadah anda, jangan anda katakan (dengan bangga):”Aku telah berpuasa satu bulan penuh” Akan tetapi pujilah Allah yang telah memberikan taufiq (kemudahan) kepada anda, dan menyampaikanmu kepada bulan Ramadhan, bulan kebaikan dan kebajikan. Pujilah Allah juga karena Dia telah memberikan taufiq kepada anda untuk berpuasa dan shalat malam di bulan Ramadhan tersebut, karena betapa banyak orang-orang yang terhalangi dari darinya, dan beristighfarlah, maka demikianlah kebiasaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam setelah melakukan setiap ketaatan yaitu beristighfar.

Tujuan dari puasa adalah taqwa, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

( يا أيها الذين أمنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون )

” Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah:183)

Jadi, apabila tujuan dari berpuasa adalah taqwa, lalu hal itu terwujud pada diri anda di akhir Ramadhan, berarti telah diterimalah amalan Ramadhan anda berkat karunia Allah.

Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah ditanya:

كيف كان عمل رسول الله صلى الله عليه وسلم ؟ قالت: كان عمله ديمة، وأيكم يستطيع ما كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يستطيع رواه مسلم.

”Bagaimana kondisi amalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?” ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha menjawab:”Amalan beliau adalah kontinyu (terus-menerus), dan setiap kalian mampu melakukan apa-apa yang beliau mampu.” (HR. Muslim)

Imam Muslim rahimahullah juga meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

((إن أحب الأعمال إلى الله ما داوم عليه وإن قل)).

”Sesungguhnya amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah apa yang dilakukan secara kontinyu (terus-menerus), walaupun sedikit.”

Maka wajib bagi setiap muslim untuk memaksa dirinya dengan kadar tertentu dari ibadah yang dia mampu untuk kontinyu walaupun sedikit.Maka hal itu akan menjadi banyak dan akan menjadikan dia dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Jangan lupakan puasa enam hari di bulan Syawwal

Termasuk amal shalih yang disyaratkan kepada kita setelah Ramadhan adalah puasa enam hari di bulan Syawwal. Dari Abi Ayyub radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

((من صام رمضان وأتبعه ستا من شوال فذلك صيام الدهر)) رواه مسلم.

”Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dan diikuti enam hari dari bulan Syawwal, maka itu adalah puasa sepanjang tahun (satu tahun).”

Dan hal itu karena bulan Ramadhan setara dengan sepuluh bulan, karena satu kebaikan setara dengan sepuluh kebaikan dan enam hari setara dengan 60 hari atau dua bulan, dan hal itu setara dengan puasa satu tahun penuh. Maka jangan sampai kesempatan yang besar ini terlewat dari anda sekalian.

Tidak disyaratkan untuk berurutan (bersambung) pada puasa enam hari di bulan Syawwal ini, dan tidak harus berpuasanya dilakukan langsung setelah lebaran, bahkan boleh dilakukan kapanpun selama masih di bulan Syawwal. Dan mungkin juga bisa dilakukan pada hari senin dan kamis atau di hari selainnya.

Para ulama berbeda pendapat tentang orang yang memiliki kewajiban mengqodho’ puasa Ramadhan, apakah dia mendapatkan keutamaan puasa enam hari bulan Syawwal, apabila dia berpuasa Syawwal padahal belum mengqodho’ puasa Ramadhannya. Dan karunia Allah luas, Dia tidak menghalangi seorang muslim dari mendapatkan pahala –dengan izin Allah- apabila dia berpuasa Syawwal walaupun belum mengqodho, maka apabila dia mendapatkan keutamaan puasa enam hari Syawwal itu adalah keberuntungan, namun apabila tidak mendapatkannya maka dia pun akan mendapatkan keutamaan puasa secara umum, dan keutamaan puasa secara umum adalah besar.

Dari Abi Umamah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

((من صام يوما في سبيل الله جعل الله بينه وبين النار خندقا كما بين السماء والأرض)) رواه الترمذي وصححه الألباني في صحيح الجامع (6233)

”Barangsiapa berpuasa satu hari di jalan Allah, Allah akan membuatkan baginya parit yang memisahkan dia dari neraka sejauh jarak langit dan bumi.” (HR. At-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam kitab Shahihul Jami’ 6233)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

((من صام يوما في سبيل الله زحزح الله وجهه عن النار بذلك اليوم سبعين خريفًا)) صححه الألباني في صحيح الجامع (6334).

”Barangsiapa yang berpuasa satu hari di jalan Allah, Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka karena puasanya itu sejauh tujuh puluh tahun.” (dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ 6334)

Maka wajib bagi setiap muslim untuk istiqomah di dalam ketaatan kepada Allah dan untuk kontinyu/berkesinambungan di dalamnya, hingga datang kematian dan dia berada pada kondisi seperti itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

(وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ) الحجر:99

”Dan sembahlah (ibadahlah) Rabb-mu sampai datang al-yakin (maksudnya kematian)”(QS. Al-Hijr: 99)

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengisahkan tentang ucapan Isa ‘alaihissalam dalam firman-Nya:

(وَأَوْصَانِي بِالصَّلاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا) مريم:31.

”Dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup.” (QS. Maryam: 31)

Dan tidak ada batasan/titik akhir untuk beramal shalih selain kematian, maka waspadailah wahai saudaraku sikap meremehkan ketaatan setelah bulan Ramadhan, dan jauhilah maksiat setelah Ramadhan sebagaimana anda menjauhinya ketika bulan Ramadhan. Dan ketahuilah bahwasanya dunia adalah ladang untuk kampung akhirat, maka barangsiapa yang menanam kebaikan maka dia akan memanen kebaikan, dan siapa saja yang menanam dia akan memanen keburukan pula. Wal Hamdulillahi Rabbil ‘Alamin was Shalaatu was Salaamu ‘ala Rasulullah wa ‘ala Alihi wa Shahbihi Ajma’in.

(Sumber:Diterjemahkan dari إلى كل مسلم بعد رمضان tulisan Amir bin Muhammad al-Madari, Imam dan Khathib Masjid al-Iman Yaman, oleh Abu Yusuf Sujono)