Pemimpin organisasi ‘Umat Islam’, milik Muslim Negro di Amerika Serikat, Luis Farkhan menuduh pemerintah Amerika melakukan tindak kriminal ‘pengabaian’ karena reaksinya dalam menangani musibah badai Katrina sangat lamban sekali. Hal ini disampaikan Luis dihadapan massa yang berkumpul untuk memperingati 10 tahun berlangsungnya ‘pawai sejuta umat’ yang diprakarsanya.

Dalam sambutannya di hadapan ribuan warga Negro Amerika yang berkumpul di National Mall, Washington, Farkhan mengajak kaum minoritas dan fakir miskin untuk bekerja sama dalam memperbaiki taraf hidup mereka. Ia mempertanyakan sebab bermati-matiannya pemerintah dalam menolong warga Florida tahun lalu dan sedikitnya korban tewas akibat empat badai dahsyat yang menghantam kawasan tersebut waktu itu.

Ia mengatakan, “Saya yakin sekali bahwa andaikata orang-orang yang berdiri di atas loteng bangunan (di New Orleans) sana adalah manusia-manusia berambut kuning, bermata biru dan berkulit halus tentu segala sesuatunya sudah dilakukan tepat waktu dan dalam skala yang lebih besar. Kami menuduh Amerika telah melakukan tindak kriminal ‘pengabaian.’”

Sorotan mengenai hubungan antar etnis beberapa minggu ini terus menghangat pasca badai Katrina yang menghantam kawasan New Orleans dan menghancurkan separoh kawasan Night Word yang dihuni mayoritas penduduk kulit hitam dan miskin.

Lebih lanjut Farkhan mengatakan, perwakilan unit pengontrol emergency yang dikoordinir kementerian keamanan dalam negeri harus dipraperadilkan. “Saya berkeyakinan bahwa kita perlu memikirkan untuk melakukan ‘class action’ atas nama penduduk New Orleans yang telah kehilangan segala-galanya sementara pemerintah belum melakukan tindakan yang semestinya guna mengembalikan apa yang telah hilang dan mengembalikan rumah-rumah mereka.” (istod/AH)

Berita Terkait:

“Badai Katrina, Murka Tuhan!?”

Sebagian umat kristen Amerika mengungkapkan keyakinan mereka bahwa badai Katrina yang menimpa kawasan New Orleans, Agustus lalu merupakan pesan dari ‘Tuhan Yang Murka.”

Dalam kemunculannya bulan ini di salah satu sekolah kristen di kawasan Virginia, Pendeta Franklyn Graham mengatakan, “Memang di sana ada awan roh hitam di atas New Orleans sejak beberapa tahun ini.” Ia menjelaskan, New Orleans adalah kota yang dikenal dengan kemunculan sekte penyembah setan, lokasi maraknya khamer dan narkoba. Sebagian orang meyakini bahwa Tuhan telah menggunakan badai ini agar kebangkitan spritual muncul lagi di sana.

Seperti yang dilansir kantor berita ‘Reuters’, pemahaman seperti itu pun telah melesak masuk ke agenda pemerintah. Indikasinya, kepala sidang kota New Orleans pernah menjelaskan kepada para wartawan selepas terjadi badai, “Barangkali Tuhan akan menyucikan kami.’

Sementara sebagian umat kristen Amerika lainnya memandang, ‘penyucian yang baik’ itu akan dimulai dari warung-warung dan kafe-kafe diskotik yang bertebaran di sepanjang jalan raya Poorpon, gang Perancis di kota itu. di sana sering berkumpul para pelancong dan penduduk lokal ketika mereka datang ke kota itu, khususnya saat diadakannya pesta tahunan, ‘Mardy Grass’ yang biasanya diselingi dengan adegan bertelanjang dan bermesum ria.

Berdasarkan laporan sebuah sumber, salah seorang missionaris Evangelis yang bernama Michael Work terlihat berada di jalan raya Poorpon tersebut sembari membawa spanduk bertuliskan, “Waktunya sudah tiba; apakah anda kenal Yesus.?”

Seperti diketahui, badai Katrina yang sangat dahsyat telah menghantam kawasan pantai selatan Amerika Serikat pada bulan Agustus lalu dengan meninggalkan kerugian yang sangat besar baik dari segi jiwa mau pun materil, demikian juga dengan kehancuran dan kerusakan yang merata di mana-mana. (ismo/AS)