Penduduk kota Azhomiya yang dihuni mayoritas kaum Sunni, sebelah utara Baghdad mengutuk ‘sikap diam’ Dunia Islam terhadap apa yang terjadi dan dialami kaum Sunni di Baghdad dan beberapa kota di Iraq yang dibunuh, diusir dan disiksa semata karena mereka adalah Ahlussunnah.

Wartawan salah satu situs Islam terkenal di Timur Tengah ‘elmafkara’ yang berada di Baghdad meliput beragam reaksi penduduk Baghdad yang berkisar antara keputus-asaan mereka terhadap sikap para ulama Sunni di Arab Saudi, Mesir, negara-negara teluk, semenanjung Maroko dan belahan dunia Islam lainnya dan perasaan bahwa mereka memiliki saudara di negara-negara lain tetapi telah mengucilkan dan membiarkan mereka menghadapi sendiri musibah yang mereka alami tanpa mau bergerak membela mereka. Bahkan untuk sekedar mengutuk, mengecam atau menyampai sepatah kata menentang tindakan ‘genocide’ dan pembantaian yang dialami kaum Sunni di Iraq pun tidak mereka lakukan.

Dalam pertemuan yang digelar kemarin, Rabu selepas shalat Shubuh di Jami’ Abu Hanifah an-Nu’man, penduduk Sunni di kota Azhomiya mengungkapkan, mereka sudah putus harapan terhadap ulama Islam Sunni di negara-negara Islam.

Salah seorang penduduk bernama Omar el-Karbuli mengatakan, “Kami memperkirakan Ahlussunnah akan menyatukan kata dan sikap; tidak rela dengan apa yang terjadi terhadap kami di sini. Demi Allah! Andai mereka mengungkapkan hal itu dan membela kami pastilah akan sangat bermanfa’at sekali bagi kami secara moril dalam memikul musibah ini. Paling tidak, kami merasa bahwa kami tidak sendirian dalam menghadapi Iran dan kaum Syi’ah di sini.!!”

Sementara itu, Dr Mahmoud el-Jabouri, anggota Lembaga Pemuda Sunni di Iraq mengatakan, “Kaum Sunni di negara-negara Arab, khususnya di negara-negara teluk wajib menyadari bahwa kaum Sunni Iraq saat ini merupakan tameng yang melindungi mereka dari serangan anak cucu daulah Shafawi (Syi’ah ekstrem) yang setiap saat dapat mengancam eksistensi mereka. Bila kaum Sunni di Iraq hancur, maka itu artinya secara otomatis teritorial Iran menjadi bertambah luas dan berbatasan langsung dengan Arab Saudi, Syiria, Yordania dan seluruh negara-negara Islam lainnya.”

El-Jabouri menambahkan, “Kami sudah lama menunggu sikap terhormat mereka namun sangat disayangkan sekali, mereka malah mengucilkan kami. Saya berharap Allah tidak mengucilkan dan menghinakan kami. Demi Allah, andaikata bukan karena kami ini adalah Ahlussunnah pastilah mereka tidak akan membunuhi, mengusir atau pun menyiksa kami.!!”

Syaikh Ahmad Zaubai, imam dan khatib Jami’ al-Kasrah di Azhamiya kepada wartawan situs Islam itu mengatakan, “Tatkala rumah-rumah ibadah umat Nashrani Iraq diserang, Vatikan serta merta mengutuk kejadian tersebut padahal tidak seorang pun yang tewas di sana. Kenapa sekarang, ulama Islam di seluruh dunia Islam mendiamkan pembantaian yang terjadi terhadap kaum Sunni Iraq? Apakah mereka benar-benar tulus sebagai bangsa Arab dan orang-orang merdeka? Ataukah mereka cukup merasa puas dengan proses politik dan pertunjukan demokrasi palsu di Iraq.?”

Zaubai menambahkan, “Tatkala kota Nejf (yang dihuni mayoritas Syi’ah) diserang, Iran serta merta mengutuk, menangisi dan memberikan sumbangan kepada anggota keluarga korban Syi’ah. Sedangkan kami, ketika puluhan bahkan ratusan yang tewas, tidak ada seorang pun yang berteriak, ‘Wahai manusia! Ini perbuatan haram! Kami tidak terima saudara-saudara kami, Kaum Sunni Iraq dizhalimi.!!??’”

Zaubai melanjutkan, “Saya memohon kepada Allah agar ‘menghisab’ sikap diam para ulama umat terhadap nyawa setiap pemuda Sunni yang dibunuh dan dibuang di tempat-tempat sampah di Baghdad serta terhadap setiap kehormatan pemudi Iraq yang direnggut oleh kaum Rafidhah di selatan Iraq.!!” (ismo/AH)