Dakwah salafiyah adalah dakwah yang menyeru kaum muslimin untuk kembali kepada Islam sesuai dengan manhaj salaf shalih. Di bidang ini dakwah yang digawangi oleh Syaikh Ibnu Abdul Wahab merupakan motor utama bagi gerakan-gerakan perbaikan yang lahir pasca kemunduran dan kemandekan pemikiran di dunia Islam.

Dakwah ini menyeru kaum muslimin untuk kembali kepada akidah Islam yang shahih dengan menimbanya dari sumbernya yang jernih. Dakwah ini berupaya membersihkan kemurnian tauhid dari noda-noda syirik yang mengotorinya.

Dakwah ini bukan madzhab baru dan bukan manhaj bid’ah, karena ia hanya melanjutkan dan meneruskan dakwah salafiyah yang lahir sebelumnya. Dakwah ini adalah dakwah yang berupaya membuka jalan salaf shalih di depan mata kaum muslimin sehingga mereka mengetahuinya dan selanjutnya menitinya.

Pendiri

Dakwah ini lahir di tangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab at-Tamimi an-Najdi, 1115 – 1206 H. Syaikh lahir di kota al-Uyainah yang dekat dengan Riyadh. Ayahnya adalah guru pertamanya, kepadanya Syaikh belajar dasar-dasar madzhab Hanbali, tafsir dan hadits. Syaikh telah hafal al-Qur`an dalam usia sepuluh tahun.

Syaikh berangkat ke Makkah untuk beribadah haji, di sana Syaikh belajar dari ulama-ulamanya. Kemudian Syaikh pindah ke Madinah, di sini Syaikh bertemu dengan Syaikh Muhammad Hayat as–Sindi yang selanjutnya menjadi guru baginya, di samping Syaikh belajar kepada Syaikh Abdullah bin Ibrahim Alu Saif.

Syaikh berangkat ke Irak, di sana Syaikh belajar dari ulamanya di kota Bashrah dan Baghdad. Syaikh meninggalkan Bashrah ke al-Ahsa` kemudian ke Huraimala` mengikuti ayahnya yang seorang hakim yang pindah karena tuntutan pekerjaan. Di kota ini Syaikh mulai menebarkan dakwah tauhidnya sekalipun tidak berlangsung lama karena konspirasi sebagian kalangan untuk membunuh Syaikh.

Syaikh pindah ke al-Uyainah, dia menyampaikan dakwahnya kepada Amirnya Usman bin Ma’mar. Bersama Amir ini Syaikh mulai menghancurkan kubah-kubah yang dibangun di atas kuburan dan menegakkan hukum rajam atas seorang wanita yang berzina dan mengakui perbuatannya.

Amir al-Ahsa` Urai’ir bin Dujain mengirim surat kepada Amir al-Uyainah yang berisi perintah untuk membunuh Syaikh, sebagaimana orang-orang buruk yang tidak menyukai dakwah Syaikh mengadukan Syaikh ke Ibnu Ma’mar, maka Ibnu Ma’mar meminta Syaikh untuk meninggalkan negerinya ke mana Syaikh suka.

Syaikh hijrah ke ad-Dir’iyah, wilayah dibawah kepemimpinan Alu Suud, Syaikh singgah sebagai tamu pada seorang laki-laki Muhammad bin Suwailim al-Uraini, di sini para penuntut ilmu berkumpul kepada Syaikh dan memuliakannya.

Amir Muhammad bin Suud yang berkuasa pada masa itu mendengar kedatangan Syaikh ke wilayahnya, maka dia menemui Syaikh dan menyambutnya. Amir Ibnu Suud berjanji kepada Syaikh untuk memberikan perlindungan dan dukungan.

Di antara percakapan yang terjadi di antara kedua:
Amir Ibnu Suud berkata, “Bergembiralah dengan negeri kebaikan dan bergembiralah dengan kemuliaan dan perlindungan.”
Syaikh berkata, “Bergembiralah dengan kemuliaan dan kekuasaan. Ini adalah kalimat la ilaha illalllah, siapa yang memegangnya, mengamalkannya dan mendukungnya maka dia akan menguasai negeri dan manusia, ia adalah kalimat tauhid, ia adalah dakwah semua rasul dan Allah akan mewariskan bumi ini kepada kaum muslimin.”

Kemudian Amir meletakkan dua syarat:
1- Hendaknya Syaikh tidak meninggalkannya dan mencari pendukung lain.
2- Hendaknya Syaikh tidak melarangnya untuk mengambil pada saat panen apa yang sudah biasa diambil dari penduduk ad-Dir’iyah.

Syaikh menjawab tentang syarat yang pertama, “Berikan tanganmu, aku membaiatmu. Darah dengan darah dan kematian dengan kematian.”
Syaikh menjawab tentang syarat kedua, “Semoga Allah memberikan ganti kepadamu melalui harta rampasan yang kamu peroleh melalui beberapa penaklukan.”

Syaikh dengan dukungan Amir menyebarkan dakwah tauhid di seantero Nejed. Ketika Amir Muhammad bin Suud wafat, dia digantikan oleh anaknya Abdul Aziz bin Muhammad yang tetap mendukung Syaikh menyebarkan dakwahnya sampai Syaikh wafat di ad-Dir’yah dan di sana Syaikh dimakamkan.

Syaikh meninggalkan karya-karya dalam jumlah besar, di antaranya adalah Kitab at-Tauhid, Kitab al-Iman, Kasyf asy-Syubuhat, Adab al-Masyi ila ash-Shalah, Masa`il al-Jahiliyah dan lain-lainnya.

Dari al-Mausu’ah al-Muyassarah, isyraf Dr. Mani’ al-Juhani.