Juha ingin melakukan perjalanan jauh (safar), dan dia mempunyai sepotong besi yang dia tinggalkan. Maka dia menitipkan besi itu kepada seorang pedagang. Ketika Juha kembali dari bepergian dia ingin mengambil lagi besi miliknya. Tetapi pedagang itu menjawab, “Besi tersebut sudah dimakan tikus.” Juha keheranan lalu bertanya, “Apakah masuk akal ada tikus memakan besi? Pedagang itu menjawab, “Ya, masuk akal.” Juha pun seakan-akan percaya dan membenarkan omongannya.” Dia lalu pulang ke rumahnya. Diam-diam Juha ingin membuat rencana terhadap pedagang tersebut, yakni dia akan menyembunyikan anaknya yang masih kecil di tempat yang aman. Rencana itu pun dia laksanakan, dan si pedagang pun kalang kabut karena kehilangan anak kesayangannya. Juha lalu menemui pedagang tersebut dan berlagak tidak tahu apa-apa. Pedagang itu lalu bertanya tentang anaknya, maka Juha pun menjawab, ”Tadi siang aku mendengar jeritan seorang anak di angkasa, lalu aku melihat ke atas dan ternyata ada seorang anak kecil disambar seekor burung dan dibawa terbang, mungkin saja dia anakmu.” Si pedagang lalu berteriak, “Hah, apakah masuk akal seekor burung menyambar seorang anak? Maka Juha menjawab, “Mengapa tidak? Suatu negeri yang tikusnya bisa memakan besi, tentu tidak mustahil burungnya bisa menyambar anak-anak.” Katanya.