Pemerintah Belgia masih melakukan penyelidikan terkait dengan pemberitaan di beberapa media massa bahwa seorang wanita yang diduga berasal dari Belgia telah melakukan aksi ‘Fedayee’ (pengorbanan diri) di Iraq beberapa minggu lalu.

Situs berita ‘RTL’ berbahasa Perancis, selasa kamarin, menyebutkan, seorang wanita yang membawa paspor Belgia telah melancarkan serangan ‘Fedayee’ di Baghdad.

Situs itu menyiratkan, ini adalah kali pertama dilakukannya aksi Fedayee oleh seorang wanita asal Eropa di Iraq. Tetapi sayang, situs itu tidak mengungkap lebih lanjut mengenai sumber informasi yang diperolehnya mengenai hal ini.

Seperti yang dirilis surat kabar ‘Associated Press’ dari Levy Pelenz, wanita juru bicara wanita Kejaksaaan Umum Belgia, “Hingga saat ini, kami belum menerima penegasan resmi mengenai identitas wanita tersebut.” Ia menambahkan, “Kami sangat berhati-hati sekali mengenai hal ini sebab pada beberapa waktu lalu juga pernah terjadi penggunaan paspor palsu Belgia untuk aksi yang sama.”

Dalam pada itu, juru bicara kementeriaan luar negeri Belgia menegaskan, pemerintah sedang melakukan penyelidikan mengenai hal ini. Roddy Hiogelen mengatakan, “Kami akan menyelidiki kasus ini melalui berbagai channel yang kami miliki dibantu oleh kedutaan besar kami di ‘Amman, Yordania.” Hiogelen menyiratkan, masih belum adanya penegasan resmi megenai identitas wanita tersebut.

Sementara itu, Greg Paraz, juru bicara tentara pendudukan di Baghdad menegaskan, seorang wanita telah melakukan aksif ‘Fedayee’ terhadap patroli Amerika di Baghdad pada tanggal 9 November ini. Namun para pejabat Amerika tak satu pun yang dapat menegaskan apa kewarganegaraan wanita tersebut.

Situs ‘RTL’ juga menyebutkan, sejumlah aparat intelijen Eropa sebelumnya telah menerima peringatan mengenai hal ini setelah mengecek kewarganegaraan wanita tersebut. Situs itu menyiratkan, wanita ini dilahirkan di Belgia dan bersuamikan seorang laki-laki Muslim yang diyakini sebagai orang yang telah membawanya ke Iraq. Hingga kini, berdasarkan pengakuan situs itu, pemerintah setempat di Iraq belum mengetahui keberadaan suami wanita tersebut. (ismo/AH)