Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda,

إِذَا سَمِعْتُمْ نُهَاقَ الْحَمِيْرِ، فَتَعَوَّذُوْا بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ، فَإِنَّهَا رَأَتْ شَيْطَانًا. وَإِذَا سَمِعْتُمْ صِيَاحَ الدِّيَكَةِ، فَاسْأَلُوا اللهَ مِنْ فَضْلِهِ، فَإِنَّهَا رَأَتْ مَلَكًا.

“Apabila kamu mendengar ringkikan keledai, maka mintalah perlindungan (ta’awwudz) kepada Allah dari godaan setan, karena dia melihat setan. Dan apabila kamu mendengar ayam jantan berkokok, maka mintalah karunia Allah, karena dia melihat malaikat.”

Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab Bad’i al-Khalqi, Bab Khairu Mal al-Muslim, 6/350, no. 3303, dan Muslim, Kitab adz-Dzikru, Bab Istihbab ad-Du’a` Inda Shiyah ad-Dik, 4/2092, no. 2729.

Kami meriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud; dari Jabir bin Abdullah radiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِذَا سَمِعْتُمْ نُبَاحَ الْكِلاَبِ وَنَهِيْقَ الْحَمِيْرِ بِاللَّيْلِ، فَتَعَوَّذُوْا بِاللهِ فَإِنَّهُنَّ يَرَيْنَ مَا لاَ تَرَوْنَ.

‘Apabila kalian mendengar gonggongan anjing dan ringkikan keledai pada malam hari, maka mintalah perlindungan (ta’awwudz) kepada Allah, karena mereka melihat sesuatu yang tidak kalian lihat’.”

Shahih: Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah no. 29797; Ahmad 3/306 dan 355; Abd bin Humaid no. 1157-Muntakhab; al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, no. 1234; Abu Dawud, Kitab al-Adab, Bab ad-Dik wa al-Bahaim, 2/748, no. 5103; Abu Ya’la no. 2221 dan 2327; Ibnu Hibban no. 5517 dan 5518; ath-Thabrani dalam ad-Du’a` no. 2008; al-Hakim 4/283; al-Baghawi no. 3060: dari berbagai jalur, dari Muhammad bin Ishaq, dari Muhammad bin Ibrahim bin al-Harits, dari Atha` bin Yasar, dari Jabir dengan hadits tersebut.

Dan ini adalah sanad yang hasan, perawinya tsiqah, perawi asy-Syaikhain, kecuali Ibnu Ishaq, maka dia shaduq. Muslim meriwayatkannya dalam al-Mutaba’ah. Dia telah menegaskan dengan tahdits (fulan menceritakan kepada kami) pada Abu Ya’la dan Ibnu Hibban sehingga hilanglah syubhat pentadlisan. Kemudian saya mendapatkan Ahmad 3/306, dia telah menghubungkannya dengan Yazid bin Abdullah bin al-Had -dia seorang tsiqah termasuk perawi kutub sittah– dalam sanad itu sendiri. Maka ini merupakan mutaba’ah yang sangat kuat yang mana hadits menjadi shahih dengannya, insya Allah. Dan hadits ini mempunyai tiga jalur sanad yang lain pada Ahmad 3/355, al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad no. 1233 dan 1235, Abu Dawud, Ibid., 2/749, no. 5104; an-Nasa`i dalam al-Yaum wa al-Lailah no. 948, dan tidak ada suatu celah kedhaifan pun dari tiga jalur ini, akan tetapi ia mengupayakan kekuatan dengan kolektifitasnya. Dan al-Hakim telah menshahihkannya berdasarkan syarat Muslim. Al-Baghawi berkata, “Hadits ini hasan shahih”. Dan al-Albani menshahihkannya.

Sumber : Ensiklopedia Dzikir Dan Do’a, Imam Nawawi, Pustaka Sahifa Jakarta. Disadur oleh Yusuf Al-Lomboky