Kalangan sekuler di Aljazair ‘menyerang’ Perdana Menteri (PM) baru, Abdul Aziz Balkhadim karena orientasinya yang dinilai mereka pro-Islam. Serangan itu merupakan bentuk kekhawatiran mereka akan dibukanya kembali ‘kran’ bagi kelompok Islam untuk memasuki kancah kehidupan politik di negeri itu. Inilah yang menjadi penyebab utama kecemasan kalangan sekuler tersebut.

Sekjen Partai Pesatuan Untuk Demokrasi Dan Republik, Emarah Bin Yunus, Selasa mengungkapkan penolakannya atas ditunjuknya Balkhadim sebagai PM. Ia menyiratkan, penunjukannya merupakan kemajuan bagi kelompok Islam di negeri itu.

Dalam keterangan yang dikeluarkannya, Gerakan Demokrasi Dan Sosial –yang merupakan embrio dari partai komunis- juga mengeritik penunjukan Abdul Aziz Balkhadim sebagai PM dengan mengatakan, hal itu akan membukakan ‘kran’ bagi kembalinya Front Islam Untuk Penyelamatan (FIS) yang telah dilarang pemerintah Aljazair hingga saat ini.

Sebelumnya, presiden Aljazair, Abdul Aziz Butafliqa telah mengumumkan penunjukan penasehatnya, Abdul Aziz Balkhadim sebagai PM menggantikan Ahmad O’ Yahya setelah mendapat tekanan dari kalangan anggota Front Nasional Untuk Kemerdekaan (FKN) yang merupakan kelompok mayoritas di parlemen yang dipimpin presiden Ajazair sendiri. FKN menyiratkan, mereka akan mengadakan mosi tidak percaya terhadap O’ Yahya bila Butafliqa tidak bersedia menerimanya lagi.

Baru-baru ini, Balkhadim mengumumkan prioritas yang akan diambilnya dalam menjalankan program kerja kabinet baru yang dipimpinnya yaitu memperbaiki taraf hidup masyarakat di negeri itu, menaikkan upah para buruh, menarik investor asing dan merevisi konstitusi. Hanya saja ia menegaskan, kapan akan melakukan revisi konstitusi tersebut, khususnya dalam tenggat masa jabatan presiden, maka itu merupakan wewenang presiden Butafliqa sendiri.

Saat ini, Aljazair masih dilanda pertarungan sengit antara kalangan sekuler dan pendukung kelompok Islam. Ini dimulai sejak awal tahun 90-an ketika kelompok FIS meraih kemenangan mencengangkan dalam pemilu legislatif yang diadakan pada akhir tahun 1991. Dari sejak tahun itu pulalah terjadi perang saudara berkepanjangan di Aljazair akibat pembatalan hasil pemilu secara sepihak oleh junta militer yang dikuasai kalangan sekuler.

Kelompok Islam di Aljazair saat ini sedang naik daun akibat prilaku kekuatan sekuler di dalam pemerintahan yang sudah kehilangan kepercayaan dari rakyat. Sebaliknya, slogan kelompok Islam politik malah mendapat dukungan positif sekalipun berbagai propaganda anti mereka dilakukan kalangan sekuler. Semoga Islam berjaya di tanah Aljazair.! (istod/AH)