Terkait dengan akidah muslim terhadap para sahabat Nabi saw ada dua golongan sesat yang menyimpang dari kebenaran, akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Yang pertama adalah Rafidhah dan yang kedua adalah Nashibah.

Rafidhah adalah kelompok yang bersikap sangat berlebih-lebihan terhadap Ali bin Abu Thalib dan Ahlul Bait Rasulullah saw, mereka meyakini bahwa kecintaan kepada keluarga Nabi saw tidak terwujud dengan sempurna tanpa membenci sahabat-sahabat beliau yang lain, bahkan mencaci dan melaknat mereka khusushan Abu Bakar dan Umar. Maka tuduhan takfir dan tafsiq mereka alamatkan kepada para sahabat selain Ahlul Bait Rasulullah saw. Mereka disebut Rafidhah karena mereka rafadhu, menolak ucapan Zaid bin Ali bin al-Husain bin Ali bin Abu Thalib saat mereka bertanya kepadanya tentang sikapnya terhadap Abu Bakar dan Umar, maka Zaid menjawab, “Keduanya adalah sepasang pendukung kakekku.”

Rafidhah menyerang sahabat dengan hati dan lisan. Hati mereka membenci dan memusuhi sahabat kecuali orang-orang yang menjadi perantara mereka untuk meraih ambisi mereka dan mereka pun bersikap berlebih-lebihan pada orang-orang tersebut, dan orang-orang tersebut adalah Ahli Bait.

Lisan mereka melaknat dan mencaci sahabat. mereka berkata, “Para sahabat adalah orang-orang zhalim.” Mereka berkata, “Para sahabat murtad setelah Nabi kecuali sedikit dari mereka.” Dan masih banyak lagi.

Sebenarnya mencaci sahabat tidak sekedar pelecehan terhadap mereka, lebih dari itu ia adalah pelecehan terhadap mereka, terhadap Nabi saw, terhadap syariat Allah bahkan terhadap dzat Allah.

Kalau ia adalah pelecehan terhadap mereka maka ia jelas.

Kalau ia adalah pelecehan terhadap Nabi maka karena sahabat adalah orang-orang kepercayaannya dan penerusnya atas umat dalam menghadapi orang-orang buruk, dari sisi lain ia berarti mendustakan Nabi yang telah menetapkan keutamaan dan keistimewaan mereka.

Kalau ia adalah pelecehan terhadap syariat Allah maka karena merekalah perantara antara kita dengan Rasulullah dalam mengemban syariat, jika keadilan meriwayatkan gugur maka tidak ada lagi kepercayaan dalam syariat yang mereka sampaikan.

Kalau ia adalah pelecehan terhadap Allah karena itu berarti Allah mengutus NabiNya dikelilingi oleh manusia-manusia buruk Allah memilih mereka untuk menyertai Nabi, memikul syariat dan menukilnya kepada umat.
Lihatlah akibat buruk yang begitu besar dari mencaci sahabat. Ahlus Sunnah berlepas diri dari jalan orang-orang Rafidhah yang memusuhi dan mencaci sahabat. Kita meyakini bahwa mencintai mereka adalah wajib, menahan diri dari keburukan mereka adalah wajib, hati kita – alhamdulillah – dipenuhi dengan kecintaan kepada mereka karena keimanan dan ketakwaan yang mereka miliki serta penyebaran ilmu dan dukungan kepada Nabi yang mereka berikan.

Ahlus Sunnah wal Jamaah berlepas diri dari jalan orang-orang Nashibah. Mereka ini adalah kebalikan orang-orang Rafidhah yang mengkultuskan ahli bait sehingga mereka mengangkatnya dari lingkaran kemanusiaan kepada lingkaran kewalian yang tidak mungkin salah.

Nashibah adalah orang-orang yang nashabu, menegakkan permusuhan terhadap Ahlul Bait, mereka menghadapi bid’ah dengan bid’ah, ketika mereka melihat Rafidhah bersikap berlebih-lebihan terhadap Ahli Bait maka mereka berkata, “Kalau begitu kita memusuhi dan mencela Ahli Bait, sebagai reaksi dan respon balik terhadap Rafidhah yang berlebih-lebihan dalam mencintai dan memuji Ahli Bait. Sikap pertengahan selalu menjadi yang terbaik, merespon bid’ah dengan bid’ah hanya menguatkan bid’ah itu sendiri.

Ahlus Sunnah mengambil sikap di antara kedua kelompok ini. Ahlus Sunnah menyintai para sahabat seluruhnya dan menyintai Ahlu Bait Rasulullah.

Dari Syarah Aqidah Wasithiyah, Syaikh Ibnu Utsaimin.