Saudaraku para pemuda! Wahai engkau yang rela menjadikan Allah subhanahu wata’aala sebagai Rabbnya. Islam sebagai agamanya, Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam sebagai Nabi dan RasulNya. Engkau yang beriman kepada Al-Qur`an, rasul-rasul dan para malaikat. Engkau yang telah dipilih oleh Allah subhanahu wata’aala sebagai hambaNya. Ketahuilah bahwa kita semua pasti memiliki kesalahan dan dosa, senantiasa lupa dan lengah sehingga terjerumus ke dalam kubangan dosa dan maksiat, akan tetapi bagi yang diberi taufiq oleh Allah subhanahu wata’aala ia mengetahui kekeliruannya sehingga cepat-cepat sadar, beristighfar dan bertaubat kepada Allah subhanahu wata’aala, menyesal dan bertekad untuk tidak mengulanginya.

Mereka orang-orang yang dipuji Allah subhanahu wata’aala dalam firmanNya yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa bila mereka ditimpa was-was dari setan mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (QS. Al-A`raf: 201), dalam ayat yang lain disebutkan, “Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah subhanahu wata’aala, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah ? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu, sedang mereka mengetahui. Balasan untuk mereka ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (QS. Ali Imran : 135-136).

Allahu Akbar…! Perbuatan keji, mendzalimi diri sendiri…?, akan tetapi ketika mereka bertobat, menyesal dan beristighfar, mereka tinggalkan seluruh kemaksiatan dan tidak mengulanginya lagi, maka Allah subhanahu wata’aala akan mengampuni mereka, dan memberikan kepada mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, buah-buahan yang ranum, tempat-tempat berteduh yang mengasyikkan, bidadari-bidadari cantik tak terbayangkan yang belum pernah disentuh oleh manusia, tidak pula jin, dan indahnya menikmati wajah Allah Rabbul izzati, yang merupakan kenikmatan tiada banding.

Maasya Allah…, tidakkah Engkau wahai para pemuda berlomba-lomba untuk meraihnya? Akankah Engkau jual kenikmatan abadi tersebut dengan syahwat dan kesenangan dunia yang fana dan hanya sesaat saja? Dengan mengisi lembaran hidupmu dengan kemaksiatan dan dosa? Tidak saudaraku, tidak…! Pemuda yang cerdas yang memiliki pandangan jauh ke depan, pastilah ia akan segera berlomba untuk meraihnya dan segera menghentikan segala kesalahan-kesalahan dan aktivitas yang sia-sia.

Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi di kalangan para pemuda yang hendaknya diperhatikan dan segera dijauhi di antaranya:

  • Menyepelekan kewajiban-kewajiban agama.

    Mereka lupa akan tujuan Allah subhanahu wata’aala menciptakannya di dunia, yaitu untuk beribadah kepadaNya, sejak ia mukallaf (dibebani kewajiban-kewajiban masa baligh) hingga ajal menjemputnya. Bahkan Allah subhanahu wata’aala mengatakan dalam hadits qudsi, “Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu yang lebih Aku sukai dari apa yang aku wajibkan kepadanya.” (HR. al-Bukhari). Dan kewajiban paling besar yang paling sering di tinggalkan oleh para pemuda adalah shalat. Padahal tidaklah seseorang dikatakan muslim kecuali dengan menegakkannya. Dia adalah amal shalih yang pertama kali dihisab, yang merupakan standar dan ukuran akan diterimanya amal-amal shalih yang lain. Jika baik, maka baik pulalah amal yang lain dan jika buruk, maka buruk pulalah amal yang lainnya. Maka siapa yang berani meninggalkannya berarti ia telah melakukan perbuatan dosa terbesar yang dapat menjadikannya berstatus kafir bagi pelakunya.

  • Mengarungi bahtera syahwat.

    Pemuda yang kehilangan pegangan, buta terhadap ilmu agama, tidak memandang apakah yang ia konsumsi dan nikmati adalah sesuatu yang halal ataukah haram, apakah yang ia lakukan merupakan perbuatan maksiat atau ketaatan. Ia telah dibutakan oleh gemerlapnya dunia dan nikmatnya mengarungi lautan syahwat, sehingga Allah subhanahu wata’aala mencela mereka dalam firmanNya, artinya “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” (QS. Maryam :59).

  • Menghabiskan waktu dengan hal-hal yang tidak bermanfaat.

    Jika mereka tahu bahwa waktunya adalah kehidupannya, umur adalah harta yang paling berharga baginya, yang tidak akan pernah kembali hari yang telah berlalu, pasti ia tidak akan menghabiskan umur dan waktunya dalam kesia-siaan

  • Mengonsumsi minuman memabukkan dan barang-barang terlarang.

    Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda, “Setiap yang memabukkan adalah khamr, dan setiap yang memabukkan adalah haram.” (Muttafaq `Alaih).

  • Merokok.

    Tidak diragukan bahwa merokok adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan dalil-dalil umum yang bersumber dari al-Quran dan as-Sunnah serta akal yang sehat, karena ia termasuk sesuatu yang membahayakan badan, mengganggu orang dan menyia-nyiakan harta. Allah subhanahu wata’aala berfirman, artinya, “Dan (Allah) menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk.” (QS. al-A’rof: 157). Dan juga Allah subhanahu wata’aala berfirman, artinya, “Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri.” (QS. an-Nisa: 29). Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda, “Tidak boleh melakukan tindakan bahaya dan membahayakan (orang lain).” (HR. Ahmad, dishahihkan oleh al-Albani).

  • Melakukan kebiasaan buruk ‘onani’ dan yang sejenisnya.

    Maka obat yang paling tepat dan syar`i adalah iman kepada Allah subhanahu wata’aala, menikah, menundukkan pandangan, puasa, menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat, berteman dengan orang-orang shalih, menjauhkan diri dari hal-hal yang menjadikan seseorang terjerumus ke dalam perbuatan hina ini.

  • Tasyabbuh (menyerupai) orang-orang kafir.

    Mereka merasa bangga ketika berhasil menyamai penampilan, gaya hidup, perilaku dan segala hal yang bersumber dari musuh-musuh Allah subhanahu wata’aala. Mereka lupa sabda Rasul shallallahu ‘alahi wasallam, “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Daud, dinilai shahih oleh Syaikh al-Albani).

  • Menjerumuskan diri ke dalam ‘penyakit lisan’.

    Seperti mencela sesama, menghina ajaran agama, ghibah, adu domba, dusta, mengucapkan kata-kata jorok lagi buruk, mencela orang lain, dll.

  • Durhaka kepada orang tua.

    Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda, “Dilaknat siapa saja yang durhaka kepada orang tua.” (HR. ath-Thabrani)

  • Isbal (mengulurkan kain sarung atau celana di bawah mata kaki).

    Nabi shallallahu ‘alahi wasallam telah begitu jelas memberikan peringatan terhadap perbuatan dosa tersebut dalam sabdanya, “Apa-apa yang menjulur di bawah kedua mata kaki dari kain sarung (atau yang sejenisnya) maka di neraka.” (HR. al-Bukhari)

  • Menyanyi dan mendengarkan musik.

    Telah banyak kaum Muslimin baik muda ataupun tua yang terjerumus oleh panah iblis yang satu ini, padahal Allah subhanahu wata’aala telah berfirman, artinya, “Dan di antara manusia ada orang yang mempergunakan ‘lahwal hadits’ untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah “(QS. Luqman:6). Ibnu Mas`ud berkata, “lahwal hadits’ adalah nyanyian.” Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam juga bersabda, “Sungguh akan datang kepada ummatku suatu zaman yang mana mereka akan menghalalkan kemaluan wanita (zina), sutera, khamr dan musik.” (HR. Al-Bukhari).

  • Bermaksiat dengan terang-terangan.

    Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda, “Seluruh ummatku akan dimaafkan, kecuali ‘al-Mujahiruun’ (terang-terangan dalam bermaksiat) di antara bentuknya adalah seseorang melakukan suatu kemaksiatan di malam hari dan Allah telah menutupinya, kemudian ketika pagi ia berkata, “Tadi malam saya melakukan ini dan itu (menceritakan kemaksiatan yang ia lakukan)”, padahal Allah telah menutupinya, akan tetapi justru ia sendiri yang membukanya.” (Muttafaq `alaih)

  • Dan masih banyak lagi kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan oleh kaum muda,

    Seperti: Tidak mensyukuri nikmat Allah subhanahu wata’aala, menyakiti orang lain, tidak menghormati yang lebih tua , memutuskan hubungan silaturrahim, banyak tertawa dan bergurau yang berlebihan, berteman dengan pemuda-pemuda yang buruk akhlaknya, tidak peduli dengan urusan-urusan ummat dan kaum muslimin, lebih mengutamakan belajar untuk kepentingan dunianya daripada akhiratnya. Ini semua dilatar belakangi oleh kekeliruan mereka dalam memahami pentingnya ilmu syar`i, kekeliruan pandangan mereka terhadap pemanfaatan marhalah (fase) umur mereka, sehingga mereka menilai bahwa masa-masa muda adalah masa berfoya-foya dan menumpahkan segala keinginan hawa nafsunya. Lalu dengan entengnya mereka melakukan kemaksiatan tanpa berfikir apa akibatnya, yang dalam benaknya ia menganggap bahwa taubat adalah kewajiban bagi mereka yang sudah beruban rambutnya. Padahal Islam mengajarkan bahwa bertobat adalah kewajiban yang harus segera dilakukan bagi mereka yang bersalah ataupun tidak. Ibadah adalah kewajiban bagi seluruh kaum muslimin yang sudah mukallaf, baligh dan bukan bagi yang tua saja. Allahu a`lam.

Sumber: Disadur dari: “Min Akhtha`i Asy-Syabab” Qismul-`Ilmi bidaril-wathn. Oleh : Abu Thalhah Andri Abd. Halim