Pengertian

Dari sisi bahasa bid’ah berarti sesuatu yang baru tanpa didahului contoh sebelumnya, termasul dalam hal ini firman Allah Ta’ala, بَدِيعُ السَمَوَاتِ وَالأرْضِ (Al-Baqarah: 117), yakni Allah adalah pencipta langit dan bumi tanpa contoh sebelumnya.

Secara istilah bid’ah didefinisikan oleh beberapa ulama. Ibnu Taimiyah berkata, “Bid’ah dalam agama adalah sesuatu yang tidak disyariatkan Allah dan RasulNya, yaitu apa yang tidak diperintahkan baik perintah wajib maupun perintah istihbab.”

Ibnu Taimiyah juga berkata, “Bid’ah memiliki dua bentuk: bentuk terkait dengan perkataan dan keyakinan dan bentuk terkait dengan perbuatan dan ibadah, bentuk yang kedua mencakup bentuk yang pertama, sebagaimana bentuk yang pertama mengajak kepada yang kedua.”

Ibnu Taimiyah juga berkata, “Bid’ah adalah sesuatu menyelisihi al-Qur`an dan sunnah atau ijma’ salaf umat dalam bentuk keyakinan dan ibadah.”

Asy-Syathibi berkata, “Bid’ah adalah sebuah metode dalam agama yang dibuat-buat yang menandingi metode syar’i yang dilakukan dengan maksud beribadah kepada Allah secara lebih mendalam.” Atau, “Bid’ah adalah sebuah metode dalam agama yang dibuat-buat yang menandingi metode syar’i yang dilakukan dengan maksud seperti dilakukannya motode syar’i.”

Hafizh Ibnu Rajab berkata, “Yang dimaksud dengan bid’ah adalah sesuatu yang diada-adakan yang tidak mempunyai dasar dalam syariat yang menunjukkannya, adapun sesuatu yang mempunyai dasar dalam agama maka ia bukan bid’ah secara syar’i, sekalipun bisa disebut bid’ah secara bahasa. Siapa pun yang membuat-buat sesuatu dan menisbahkannya kepada agama dan ia tidak memilik dasar dari agama yang dipijak maka ia adalah kesesatan dan agama terbebas darinya, baik dalam masalah akidah atau amal perbuatan atau perkataan lahir dan batin.”

Celaan terhadap bid’ah

Firman Allah Ta’ala, “Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah ia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya.” (Al-An’am: 153).

Jalan yang lurus adalah jalan Allah di mana Dia menyeru manusia kepadanya, adapun jalan-jalan yang lain maka ia adalah jalan orang-orang yang berselisih yang menyimpang dari jalan yang lurus dan mereka adalah ahli bid’ah. Ayat ini mencakup segala bentuk jalan dan metode ahli bid’ah.

Firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamaNya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka.” (Al-An’am: 159).

Dengan apa mereka memecah-belah agama? Dengan hawa nafsu dan bid’ah dan mereka adalah orang-orang yang mengikuti kesesatan dan hawa nafsu dari kalangan umat ini.

Firman Allah Ta’ala, “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (An-Nur: 63). Menyelisihi perintah Allah atau RasulNya adalah dengan berbuat bid’ah dan mengikuti hawa nafsu, orang yang demikian maka dia layak untuk ditimpa fitnah atau disentuh dengan siksa yang pedih.

Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa membuat sesuatu dalam agama kami ini padahal ia bukan darinya maka ia tertolak.” Muttafaq alaihi dari Aisyah.
Sesuatu yang dibuat-buat dalam agama dan bukan termasuk agama adalah bid’ah itu sendiri, ia tertolak di depan wajah pelakunya.

Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitab Allah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad dan seburuk-buruk perkara adalah yang diada-adakan dan setiap bid’ah adalah kesesatan.” Diriwayatkan Muslim dari Jabir bin Abdullah.

Bila sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad dan itu merupakan sunnahnya, maka lawannya adalah bid’ah yang merupakan seburuk-buruk perkara dalam agama.

Al-Irbadh bin Sariyah berkata, Rasulullah saw menasihati kami dengan sebuah nasihat yang membuat hati tergetar dan mata bercucuran, kami berkata, “Ya Rasulullah, sepertinya ini adalah nasihat perpisahaan, maka berwasiatlah kepada kami.” Beliau bersabda, “Aku berwasiat kepada kalian agar bertakwa kepada Allah, mendengar dan menaati pemimpin sekalipun pemimpin kalian adalah seorang hamba sahaya, siapa di antara kalian yang berumur panjang maka dia akan melihat banyak perbedaan, maka berpeganglah kalian kepada sunnahku dan sunnah khulafa rasyidin yang diberi petunjuk, gigitlah ia dengan gigi geraham dan jauhilah perkara-perkara yang diada-adakan, karena setiap bid’ah itu adalah kesesatan.” Diriwayatkan oleh Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah. Wallahu a’lam.