Karena manusia telah mengakui Tauhid Rububiyah sesuai dengan bimbingan fitrah mereka dan pandangan mereka ke alam semesta, dan mengakuinya semata tidak cukup membuat orangnya dianggap beriman kepada Allah dan tidak menyelamatkan orangnya dari azab, maka dakwah para rasul tertuju kepada Tauhid Uluhiyah, khususnya penutup mereka yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau meminta manusia untuk mengucapkan la ilaha illallah yang mengandung ibadah kepada Allah dan meninggalkan ibadah kepada selainNya, maka mereka menolak beliau, dan mereka pun berkata,

أَجَعَلَ الْآلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ

“Apakah dia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan yang satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar sesuatu yang sangat mengherankan.” (Shad: 5).

Mereka berusaha membuat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meninggalkan dakwah ini dan membiarkan mereka menyembah berhala, mereka mengerahkan segala sarana demi tujuan tersebut, terkadang mereka mengiming-imingi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, terkadang menakut-nakuti, sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab,

‏وَاللّٰهِ، لَوْ وَضَعُوا الشَّمْسَ بِيَمِيْنِيْ وَالْقَمَرَ بِشِمَالِيْ عَلىَ  أَنْ أَتْرُكَ هَذَا الْأَمْرَ؛ لَا أَتْرُكُهُ حَتَّى يُظْهِرَهُ اللّٰهُ أَوْ أَهْلِكَ دُوْنَهُ

“Seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku dengan syarat aku meninggalkan perkara (agama) ini, niscaya aku tidak akan meninggalkannya hingga Allah memenangkannya atau aku binasa karenanya.”

Ayat-ayat Allah Ta’ala turun kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajak kepada Tauhid Uluhiyah ini dan menjawab syubhat-syubhat kaum musyrikin serta menegakkan bukti-bukti atas kebatilan apa yang mereka lakukan.

Al-Qur`an memiliki beberapa metode dalam berdakwah kepada Tauhid Uluhiyah, kami menyebutkan sebagian darinya:

(1) Allah Ta’ala memerintahkan beribadah kepadaNya semata dan meninggalkan ibadah kepada selainNya, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا

“Dan sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan sesuatu pun denganNya.” (An-Nisa’: 36).

Allah Ta’ala juga berfirman,

يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ. الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

“Wahai manusia! Sembahlah Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertakwa. (Dia-lah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kalian dan langit sebagai atap, dan Dia-lah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rizki untuk kalian. Karena itu janganlah kalian mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kalian mengetahui.” (Al-Baqarah: 21-22).

(2) Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dia menciptakan makhluk untuk beribadah kepadaNya, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaKu.” (Adz-Dzariyat: 56).

(3) Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dia mengutus para rasul agar mengajak manusia untuk ibadah kepada Allah dan melarang mereka beribadah kepada selainNya, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

“Dan sungguh Kami telah mengutus seorang rasul pada setiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut’.” (An-Nahl: 36).

(4) Allah Ta’ala menjadikan keesaanNya dalam Rububiyah, penciptaan dan pengaturan sebagai dalil atas keesaanNya sebagai yang berhak disembah (Tauhid Uluhiyah), sebagaimana dalam Firman Allah Ta’ala,

يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ

“Wahai manusia! Sembahlah Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian.” (Al-Baqarah: 21).

Juga Firman Allah Ta’ala,

لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ

“Janganlah kalian bersujud kepada matahari dan jangan (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakan semua itu.” (Fushshilat: 37).

Dan Firman Allah Ta’ala,

أَفَمَنْ يَخْلُقُ كَمَنْ لَا يَخْلُقُ

“Maka apakah (Allah) yang menciptakan sama dengan yang tidak dapat menciptakan (sesuatu)?” (An-Nahl: 17).

(5) Allah Ta’ala menjadikan keesaanNya dalam sifat-sifat kesempurnaan yang tidak dimiliki oleh tuhan-tuhan kaum musyrikin, sebagai dalil atas keesaanNya, sebagai yang berhak disembah (Tauhid Uluhiyah), sebagaimana dalam Firman Allah Ta’ala,

رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا

“Maka sembahlah Dia dan berteguhhatilah dalam beribadah kepadaNya. Apakah engkau mengetahui ada sesuatu yang sama denganNya?” (Maryam: 65).

Juga Firman Allah Ta’ala,

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا

“Dan Allah memiliki Asma’ul Husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepadaNya dengan (menyebut) Asma’ul Husna itu.” (Al-A’raf: 180).

Juga Firman Allah Ta’ala tentang KhalilNya, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang berkata kepada bapaknya,

يَاأَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا

“Wahai ayahku! Mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolongmu sedikit pun?” (Maryam: 42).

Juga Firman Allah Ta’ala,

إِنْ تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ

“Jika kalian menyeru mereka, mereka tidak mendengar seruan kalian.” (Fathir: 14).

Dan juga Firman Allah Ta’ala,

وَاتَّخَذَ قَوْمُ مُوسَى مِنْ بَعْدِهِ مِنْ حُلِيِّهِمْ عِجْلًا جَسَدًا لَهُ خُوَارٌ أَلَمْ يَرَوْا أَنَّهُ لَا يُكَلِّمُهُمْ وَلَا يَهْدِيهِمْ سَبِيلًا

“Dan kaum Musa, setelah kepergian Musa (ke gunung Sinai), membuat dari perhiasan-perhiasan (emas) mereka (patung) anak sapi yang bertubuh dan dapat menguak (bersuara). Apakah mereka tidak mengetahui bahwa anak lembu itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka?” (Al-A’raf: 148).

(6) Allah Ta’ala membuktikan kelemahan tuhan-tuhan kaum musyrikin, sebagaimana FirmanNya Ta’ala,

أَيُشْرِكُونَ مَا لَا يَخْلُقُ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ. وَلَا يَسْتَطِيعُونَ لَهُمْ نَصْرًا وَلَا أَنْفُسَهُمْ يَنْصُرُونَ

“Mengapa mereka mempersekutukan (Allah dengan) sesuatu (berhala) yang tidak dapat menciptakan sesuatu apa pun? Padahal (berhala) itu sendiri diciptakan. Dan (berhala) itu tidak dapat memberikan pertolongan kepada penyembahnya, dan kepada dirinya sendiri pun mereka tidak dapat memberi pertolongan.” (Al-A’raf: 191-192).

Juga Firman Allah Ta’ala,

قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِهِ فَلَا يَمْلِكُونَ كَشْفَ الضُّرِّ عَنْكُمْ وَلَا تَحْوِيلًا

“Katakanlah (wahai Muhammad), ‘Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan-tuhan) selain Allah, mereka tidak kuasa untuk menghilangkan mudarat dari kalian dan tidak (pula) mampu mengubah(nya)’.” (Al-Isra`: 56).

Juga Firman Allah Ta’ala,

وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَمْلِكُ لَهُمْ رِزْقًا مِنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ شَيْئًا وَلَا يَسْتَطِيعُونَ

“Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang sama sekali tidak dapat memberikan rizki kepada mereka, dari langit dan bumi, dan tidak akan sanggup (berbuat apa pun).” (An-Nahl: 73).

Dan Firman Allah Ta’ala,

يَاأَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ

“Wahai manusia! Telah dibuat suatu perumpamaan. Maka dengarkanlah! Sesungguhnya segala yang kalian seru selain Allah tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, mereka tidak akan dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Sama lemahnya yang menyembah dan yang disembah.” (Al-Haj: 73).

(7) Allah Ta’ala menyatakan kebodohan kaum musyrikin yang menyembah selainNya, sebagaimana FirmanNya Ta’ala,

قَالَ أَفَتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكُمْ شَيْئًا وَلَا يَضُرُّكُمْ . أُفٍّ لَكُمْ وَلِمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

“Dia (Ibrahim) berkata, ‘Mengapa kalian menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun, dan tidak (pula) mendatangkan mudarat kepada kalian? Alangkah buruk kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah itu. Maka apakah kalian tidak memahami?'” (Al-Anbiya`: 66-67).

Dan Firman Allah Ta’ala,

وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ

“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang-orang yang menyembah selain Allah, (sembahan) yang tidak dapat memperkenankan (doa)nya sampai Hari Kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka?” (Al-Ahqaf: 5).

(8) Allah Ta’ala menjelaskan akibat buruk yang akan menimpa kaum musyrikin yang menyembah selain Allah, menerangkan akhir hidup mereka bersama tuhan-tuhan mereka, di mana sesembahan-sesembahan mereka itu akan berlepas diri di saat yang paling sulit, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ. إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الْأَسْبَابُ. وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا كَذَلِكَ يُرِيهِمُ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ وَمَا هُمْ بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ

“Sekiranya orang-orang yang berbuat zhalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada Hari Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat azabNya (niscaya mereka menyesal). (Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti berlepas diri dari orang-orang yang mengikuti, dan mereka melihat azab, dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus. Dan orang-orang yang mengikuti berkata, ‘Sekiranya kami mendapat kesempatan (kembali ke dunia), tentu kami akan bersikap anti dari mereka, sebagaimana mereka bersikap anti dari kami.’ Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatan mereka yang menjadi penyesalan mereka. Dan mereka tidak akan keluar dari api neraka.” (Al-Baqarah: 165-167).

Allah Ta’ala juga berfirman,

وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ

“Dan pada Hari Kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikan kalian dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepada kalian seperti yang diberikan oleh (Allah) Yang Mahateliti.” (Fathir: 14).

Allah Ta’ala juga berfirman,

وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ. وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ

“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang-orang yang menyembah selain Allah (sembahan) yang tidak dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari Kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan (pada Hari Kiamat), sesembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari penyembahan-penyembahan yang mereka lakukan kepadanya.” (Al-Ahqaf: 5-6).

Allah Ta’ala juga berfirman,

وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ يَقُولُ لِلْمَلَائِكَةِ أَهَؤُلَاءِ إِيَّاكُمْ كَانُوا يَعْبُدُونَ. قَالُوا سُبْحَانَكَ أَنْتَ وَلِيُّنَا مِنْ دُونِهِمْ بَلْ كَانُوا يَعْبُدُونَ الْجِنَّ أَكْثَرُهُمْ بِهِمْ مُؤْمِنُونَ

“Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Allah mengumpulkan mereka semuanya, kemudian Dia berfirman kepada para malaikat, ‘Apakah kepada kalian mereka ini dahulu menyembah?’ Para malaikat itu menjawab, ‘Mahasuci Engkau. Engkau-lah Pelindung kami, bukan mereka; bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu’.” (Saba`: 40-41).

Dan Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَاعِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ

“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, ‘Wahai Isa putra Maryam! Engkaukah yang mengatakan kepada orang-orang, jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan selain Allah?’ (Isa) menjawab, ‘Mahasuci Engkau, tidak patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku’.” (Al-Ma`idah: 116).

(9) Allah Ta’ala menyangkal kaum musyrikin yang mengangkat perantara antara mereka dengan Allah. Allah menjelaskan bahwa syafa’at adalah milik Allah Semata, tidak boleh diminta kepada selainNya, tidak ada seseorang yang memberi syafa’at kecuali dengan izinNya sesudah Dia meridhai siapa yang menerima syafa’at. Allah Ta’ala berfirman,

أَمِ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ شُفَعَاءَ قُلْ أَوَلَوْ كَانُوا لَا يَمْلِكُونَ شَيْئًا وَلَا يَعْقِلُونَ. قُلْ لِلَّهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيعًا لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ

“Ataukah mereka mengambil penolong selain Allah. Katakanlah, ‘Apakah (kamu mengambilnya juga) meskipun mereka tidak memiliki sesuatu apa pun dan tidak mengerti?’ Katakanlah, ‘Syafa’at itu hanya milik Allah semuanya. Dia memiliki kerajaan langit dan bumi’.” (Az-Zumar: 43-44).

Allah Ta’ala juga berfirman,

مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ

“Tidak ada yang dapat memberi syafa’at di sisiNya tanpa izinNya.” (Al-Baqarah: 255).

Dan Allah Ta’ala berfirman,

وَكَمْ مِنْ مَلَكٍ فِي السَّمَاوَاتِ لَا تُغْنِي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا إِلَّا مِنْ بَعْدِ أَنْ يَأْذَنَ اللَّهُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَرْضَى

“Dan betapa banyak malaikat di langit, syafa’at (pertolongan) mereka sedikit pun tidak berguna kecuali apabila Allah telah mengizinkan (dan hanya) bagi siapa yang Dia kehendaki dan Dia ridhai.” (An-Najm: 26).

Dalam ayat-ayat di atas Allah Ta’ala menjelaskan bahwa syafa’at adalah milikNya Semata, tidak diminta kecuali kepadaNya, tidak terwujud kecuali dengan izinNya bagi pemberi syafa’at dan ridhaNya kepada penerima syafa’at.

(10) Allah Ta’ala menjelaskan bahwa sesembahan-sesembahan selainNya tidak mewujudkan manfaat apa pun bagi orang yang menyembahnya dari sisi apa pun, dan siapa yang keadaannya demikian, tidak layak untuk disembah, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِنْ شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُمْ مِنْ ظَهِيرٍ. وَلَا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ عِنْدَهُ إِلَّا لِمَنْ أَذِنَ لَهُ

“Katakanlah (wahai Muhammad), ‘Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan-tuhan) selain Allah! Mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat dzarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka sama sekali tidak mempunyai peran serta dalam (penciptaan) langit dan bumi dan tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagiNya. Dan syafa’at (pertolongan) di sisiNya hanya berguna bagi orang yang telah diizinkanNya (memperoleh syafa’at itu).” (Saba`: 22-23).

(11) Allah Ta’ala membuat banyak perumpamaan di dalam al-Qur’an yang membuktikan kebatilan syirik, di antaranya adalah Firman Allah Ta’ala,

وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ

“Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka seakan-akan dia jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (Al-Haj: 31).

(Dalam ayat ini) Allah Ta’ala menyerupakan tauhid dalam hal ketinggian, keluhuran, keluasan dan kemuliaannya dengan langit, dan Allah menyerupakan orang yang tidak bertauhid dengan orang yang jatuh dari langit ke tempat paling rendah, karena dia jatuh dari puncak iman ke kerak kekafiran, serta Allah menyerupakan setan yang menyesatkannya dengan burung yang mencabik-cabik tubuhnya, lalu Allah menyerupakan hawa nafsunya yang menjauhkannya dari kebenaran dengan angin yang melemparkannya ke tempat yang jauh.

Ini hanya satu perumpamaan dari sekian banyak perumpamaan di dalam al-Qur’an, Allah menyebutkannya untuk membuktikan kebatilan syirik dan kerugian orang musyrik di dunia dan akhirat.

Apa yang kami sebutkan di sini, yaitu metode al-Qur’an dalam berdakwah kepada Tauhid Uluhiyah dan membatalkan syirik hanya sedikit dari yang banyak, kini tinggal seorang Muslim yang patut membaca al-Qur’an dengan tadabbur agar dia bisa menimba kebaikan yang banyak, mengetahui dalil-dalil yang akurat, bukti-bukti yang nyata, yang menguatkan akidah tauhid di hatinya dan mengikis segala bentuk syubhat.

 

Referensi:

Panduan Lengkap Membenahi Akidah Berdasarkan Manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, Darul Haq, Jakarta, Cetakan IV, Shafar 1441 H/ Oktober 2019 M.