Oleh: Agus Hasan Bashori, Lc

Jamaah Jum’at yang berbahagia.
Kini kita benar-benar sangat mendambakan hadirnya para Alim Robbani, karena cahaya Islam di tengah kita semakin pudar, benang-benang iman bertambah kusut, ulama-ulama gadungan semakin banyak yang gentayangan, serta derasnya arus serangan yang dilancarkan oleh musuh-musuh Islam. Islam tidak bisa diselamatkan tanpa Alim Robbani, umat tidak bisa dibina tanpa Alim Robbani dan kemungkinan tidak akan maju tanpa Alim Robbani. Alim Robbani sangat langka di negeri kita ini, namun patut bagi kita mengenal siapa Alim Robbani itu !!

Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqor menyimpulkan bahwa Alim Robbani adalah seseorang yang mentarbiyah umat manusia dengan manhaj Allah Subhannahu wa Ta’ala, ia membina mereka setahap demi setahap sampai berhasil membawa mereka kepada pengikutnya yang tinggi yang diinginkan oleh Allah Subhannahu wa Ta’ala (Ma’alim Asy-Syakhshiyah Al-Islamiyah hal: 30).

Alim dalam istilah syar’i adalah orang yang memiliki ilmu dan mengamalkannya. Sebutan Robbani adalah : Dinisbatkan kepada lafazh-lafazh “Rabb” dengan tujuan pengkhususan terhadap ilmu Rabb yaitu ilmu syariat. Karena itu ditambah dengan alif dan nun رباني ini menurut Imam Sibawaih. Sebagian ahli nahwu berpendapat bahwa tambahan alif dan nun untuk mubalaghah (memberi arti lebih) artinya sangat alim dan menguasai ilmu syariat.

Al-Mubarrid berkata : Robbani dinisbatkan kepada lafadz tarbiyah (pendidikan) رَبِّ رُبُ رِبًا فَهُوَ رَبَّانِ = ditambahi alif dan nun untuk mubalaghah artinya seorang guru yang sangat mendidik dan benar-benar membimbing.

Imam Mujahid berkata: Rabbaniyyun adalah diatas Ahbaar, sedangkan ahbaar adalah ulama.
Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh para nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya”. (Al-Maidah : 44).

Abu Umar Az-Zauhid bertanya kepada Tsa’lab tentang makna Robbani. Maka Tsa’lab menjawab: Saya dulu juga bertanya kepada Ibnul A’robiy. Maka jawabnya: “Jika seorang itu menguasai ilmu (syar’i) lalu mengamalkan dan mengajarkannya maka gelar ini diberikan kepadanya, itulah Robbani. Dan jika ia lepas dari salah satu sifat tersebut maka kamu tidak lagi menyebutnya “Rabbani”

Jadi sungguh langka Alim Robbani di negeri ini pada jaman ini, padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita dan ulama kita agar menjadi Rabbani. Dalam firmanNya:

“… Hendaklah kamu menjadi orang-orang Rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya” (Al-Imran : 79)

كونوا ربانين Jadilah ulama syariat yang mengamalkan dan mengajarkannya kepada manusia sesuai dengan manhaj Allah. Manhaj yang benar ini adalah manhaj ulama salaf dalam belajar mengajar beramal dan berda’wah.

Seorang Tabi’in besar Abu Abdir Rahman As Sulaimani memutuskan: Sungguh kami balajar Al-Quran dari para shahabat seperti Utsman bin Affan (W 35 H) dan Abdullah bin Mas’ud Radhiallaahu anhu mereka bercerita kepada kami bahwa mereka dulu jika belajar sepuluh ayat mereka tidak melewatinya untuk belajar sepuluh ayat yang baru. Sebelum mereka mempelajari dan mengamalkannya. Maka kami juga belajar ilmu dan pengamalannya sekaligus. Sesungguhnya Al-Qur’an sesudah kami ini akan diwarisi oleh suatu kaum yang menirukan Al-Qur’an. Seperti layaknya meminum air tidak akan melewati tenggorokan (tidak memahaminya)(HR. Ibnu Sa’ad dalam Thabaqat dengan sanad shahih dan HR. Ibnu Abi Syaibah).

Begitulah, ulama Rabbani mengajarkan Al-Qur’an, mulai dari cara membacanya, menghafalkan, menafsirkan dan mengamalkan-nya. Coba kita perhatikan di sekeliling kita :

Banyak dari para hafizh sampai terbentuk banyak wadah untuk mereka seperti Jam’iyyatul Qura’wal huffazh dan Jam’iyyah sema’an, namun apakah mereka telah melaksanakan amanah Al-Qur’an seperti ulama Rabbani ? mereka kebanyakan membaca Al-Qur’an hanya dalam pesta, festifal, musabaqah dan upacara-upacara. Istilah Qurra’ dan Huffadz yang ada dalam Islam telah mereka zhalimi dan mereka kotori. Qurra’ menurut pamahaman syara’ adalah ulama fuqaha’ yang benar-benar memahami Al-Qur’an dan Sunnah.

Imam Adh Dhahhak Radhiallaahu anhu berkata:

Maksudnya adalah jadilah kalian ulama Robbaniyyun yang memahamkan Al-Kitab kepada manusia, dan maknanya, hukum-hukumnya, perintah-perintah dan segala larangannya, serta hafalkan lafadz-lafadznya!

Para Khotib, mubaligh dan Da’i juga banyak, namum kebanyakan mereka masih bersifat sebagai da’i penghibur yaitu da’i pemusik (yang berda’wah menggunakan alat-alat musik) dan da’i pelawak (yang menjadikan lawakan sebagai bumbu utama dalam setiap waktunya).

Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani berkata:
“Kamu duduk di maqom ini menasehati manusia kemudian kamu tertawa di tengah mereka dan juga kamu kisahkan cerita lucu maka cara seperti itu tidak akan selamat”.

Benar yang dikatakan oleh syaikh sebagai buktinya lihat masyarakat yang menyukai kiyai-kiyai pelawak, apakah mereka mengerti dan mengamalkan Islam? Apakah mereka memahami aqidah ahlussunnah yang benar dan bisa membedakan mana yang sunnah mana yang bid’ah? Apakah mereka memiliki hati yang bergetar jika disebut ayat-ayat Allah? Jawabannya tentu tidak. Mengapa? Karena mereka berguru kepada kiyai pelawak yang jika membahas adzab kubur dan adzab neraka pendengarnya akan terpingkal-pingkal karena asyik, senang dan gembira. Itu baru membahas adzab neraka, belum lagi kalau bicara tentang pernikahan maka Allah Maha mengetahui tentang penyimpangan mereka والعياذ بالله منه.

Dan sebagai akibatnya mereka tidak menyukai ulama ahlussunnah yang mengisi pengajian atau ceramah dengan serius sebagaimana sikap Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam ketika khutbah atau khithabah. Sungguh telah jungkir balik timbangan yang telah dipasang oleh Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam di saat sekarang ini ولا حول ولا قوة إلا بالله .
Ma’asiral Muslimin rahimakumullah.

Kiyai penghibur lainnya adalah Kiyai dan pemusik yang menjalankan maksiat sebagai media resmi dan sarana kebanggaan dalam berkhutbah. Da’i atau Kiyai jenis ini mempunyai andil besar dalam menanamkan kemunafikan dan menyebarkan kefasikan. Mengapa tidak ? Mereka yang telah gandrung di musiknya para da’i ini baik musik kosidah, gambus, dangdut, pop, gending jawa atau musik jenis apa saja hatinya akan berpaling dari Al-Qur’an dan akan berpaling dari As-Sunnah dan akan berpaling dari Ashhabul Hadits. Padahal sebenarnya mereka mencintai Al-Qur’an, As-Sunah dan Ahlus Sunnah, bahkan ini adalah nifak! tentu Ulama, Kiyai, dan Da’i penghibur bukanlah Alim Robbani yang kita dambakan.

Ada lagi ulama yang serius dalam berda’wah, namun tidak berjalan di atas manhaj Allah, manhaj yang shahih, mereka serius mengajak kepada bid’ah, mengajak untuk membunuh Sunnah dan memadamkannya, ada yang mengajak kepada wirid-wirid bid’ah, ada yang mengajak kepada upacara-upacara bid’ah, ada yang mengajak kepada aqidah-akidah bid’ah. Mereka bukan ulama Rabbaniyyun yang bisa memuliakan Islam. Tetapi merekalah yang membodohi umat dan mencoreng Islam dengan warna hitam. والله المستعان.

Padahal Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
الْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ.

“Ulama adalah pewaris para nabi” (HR. Amhad dan At-Tirmidzi dihasankan oleh Al-Hafidz dalam Fathul Bari).

Mereka adalah ulama Robbaniyyun yang mewarisi tugas Nabi yang telah termasuk dalam surat Ali Imran: 164.

Tugas pertama adalah Tazkiyah, mensucikan akhlaq dan jiwa mereka dari syirik, riya, dusta, khiyanat, sombong, hasad dan sebagainya) dan Tazkiyah ini tidak bisa sempurna tanpa tarbiyah.

Tugas kedua adalah Ta’lim Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan ta’lim ini tidak bisa sempurna tanpa Tashfiyah yaitu membersihkan Islam dari ajaran yang telah mengotori Islam. Tazkiyah dan Tashfiyah ialah tugas berat yang diemban oleh para Alim Robbani yang kehadiran mereka yang sangat kita dambakan demi membimbing umat manusia ke dalam jalan yang lurus Al-Kitab dan As-Sunnah.

نَفَعَنِي اللهُ وَإِيَّاكُمْ بِهُدَى كِتَابِهِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Kedua

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَأَقِمِ الصَّلاَةَ.

Bacaan Khutbah Pertama :

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.

أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحِسَانِ إِلَّى يَوْمِ الدِّيْنِ.