Surat kabar ‘The Independent’, Inggeris menyingkap fenomena baru dalam operasi militer yang dilancarkan pasukan NATO beberapa waktu lalu terhadap gerakan TALIBAN di selatan Afghanistan. Apa gerangan fenomena itu? Rasa ciut yang menyelimuti pasukan NATO, khususnya pasukan Inggeris melalui kesaksian sebagian prajuritnya di sana.!!

Seperti yang dilansirnya dari para prajurit tersebut, surat kabar terkenal itu menyebutkan, “Sesungguhnya apa yang terjadi di sana lebih buruk dari yang biasanya dipublikasikan.” Seorang prajurit Inggeris mengatakan, “Kami telah ratakan beberapa kawasan dengan tanah yang sebelumnya pun telah kami lakukan hal yang sama akan tetapi serangan demi serangan tidak pernah berhenti. Kami telah membunuh puluhan orang bahkan lebih dari itu, tetapi tiba-tiba muncul serangan terhadap kami dari dalam Afghanistan mau pun dari perbatasan.”

Prajurit itu menambahkan, “Kami telah menggunakan senjata mortir jenis B1, pesawat tempur F16 dan Mirrage 2000. Kami sudah gempur mereka dengan berbagai jenis bom. Namun demikian, setiap gerakan kami di atas tanah kami berpijak seakan selalu dibalas dengan ranjau yang setiap saat mengintai kami.” Demikian seperti yang diberitakan kantor berita el-Jazeera.

Kondisi tersebut terjadi seiring dengan semakin gencarnya serangan-serangan yang dilancarkan TALIBAN terhadap pasukan pendudukan. Hal ini mendorong pasukan NATO untuk meminta bantuan tambahan secepatnya. Akan tetapi beberapa surat kabar Inggeris mengatakan, negara-negara anggota NATO tersebut akan mengabaikan setiap permintaan pengiriman pasukan baru ke front Afghanistan.

Surat kabar ‘Daily Telegraph’ menyebutkan, nampaknya sebagian negara anggota utama NATO di Eropa akan menutup telinga terhadap permintaan semacam itu.!!

Seperti yang dilansir surat kabar itu dari seorang perwira besar di NATO, “Ada sinyal-sinyal yang menunjukkan bahwa pertemuan NATO saat ini tidak akan merealisasikan permintaan yang khusus berkenaan dengan Afghanistan tersebut.” Perwira itu menyiratkan, kondisi tersebut membuat negara seperti Latvia mengajukan pengiriman 20 tentaranya namun hal itu masih disangsikan.” (ismo/AH)