Hikmah Allah menuntut mendukung seorang rasul bukan pembual

Di antara tanda-tanda yang menunjukkan kebenaran para nabi yang termasuk ke dalam ketinggian derajat Nabi yang terus berlangsung sampai wafat dan sesudahnya adalah bahwa seandainya mereka bukan orang-orang yang jujur niscaya Allah tidak akan menolong mereka, sebaliknya Allah akan memegang tangan kanannya dan meotong urat lehernya, ini adalah hikmah ar-Rabb yang berlaku pada orang-orang yang berdusta atas namaNya.

Mengingkari risalah Nabi adalah gugatan terhadap ar-Rabb, menisbatkan ar-Rabb kepada kezhaliman dan kebodohan, Mahatinggi Allah dari apa yang mereka katakan setinggi-tingginya, bahkan hal itu merupakan pengingkaran terhadap ar-Rabb secara total.

Penjelasannya begini, bila menurut mereka Muhammad bukan seorang nabi yang benar, akan tetapi seorang raja yang zhalim, dia bisa berdusta dan berbohong atas nama Allah dan hal itu berlangsung terus menerus sehingga dia bisa menghalalkan dan mengharamkan, menetapkan kewajiban-kewajiban, meletakkan syariat, menasakh agama-agama masa lalu, memenggal leher, membunuh orang-orang yang mengikuti para rasul padahal mereka adalah ahlul haq, menawan wanita-wanita mereka, menyita harta benda mereka, anak-anak dan tanah mereka, semua itu bisa dia lakukan sampai dia berhasil melebarkan kekuasaannya di bumi, dia menisbatkan semua itu kepada Allah, bahwa Dialah yang memerintahkannya untuk melakukan itu dan menyintainya, sementara ar-Rabb mengetahui dan melihatnya melakukan terhadap ahlu haq, dia terus berkata dusta atas nama Allah selama dua puluh tiga tahun dan sekalipun demikian Allah terus menolongnya, mendukungnya, meninggikan seruannya, memberinya sebab-sebab kemenangan yang di luar batas kebiasaan manusia dan lebih mendalam dari itu Allah menjawab doanya, membinasakan musuh-musuhnya, meninggikan namanya, semua ini terjadi padahal bagi mereka dia adalah pendusta dan pembual terbesar, pelaku kezhaliman paling agung, karena tidak ada kezhaliman paling agung daripada seseorang yang berdusta atas nama Allah, membatalkan syariat nabi-nabiNya, merubahnya dan membunuh wali-waliNya, sementara dia terus-menerus meraih kemenangan atas mereka, Allah membiarkannya di atas hal itu, tidak memegang tangan kanannya, tidak memotong urat lehernya, maka semestinya mereka harus berkata, “Alam tidak memiliki pencipta dan pengatur.” Karena bila alam ini memiliki pengatur yang Mahakuasa lagi Maha Bijaksana, niscaya Dia sudah mendegarnya dan menimpakan hukuman yang paling berat dan menjadikannya sebagai pelajaran bagi orang-orang yang shahih, karena hal itu tidak patut dilakukan oleh seorang raja biasa, lalu bagaimana dengan Raja para raja yang paling bijaksana secara mutlak?

Tidak diragukan Allah telah meninggikan namanya, memenangkan dakwahnya, mengakuinya sebagai nabi di depan manusia di segala penjuru bumi ini, kami pun tidak memungkiri bahwa tidak sedikit pembual yang muncul ke permukaan, memiliki kekuatan, akan tetapi perkaranya tidak pernah mencapai titik sempurna dan tidak berlangsung lama, sebaliknya Allah menguasakan para rasulNya dan orang-orang yang mengikuti mereka atasnya, mereka pun memangkas habis akar-akarnya dan memberangusnya. Ini adalah sunnah Allah yang telah berlaku sebelumnya, bahkan orang-orang kafir pun mengetahui hal ini.

Allah berfirman, artinya,“Bahkan mereka mengatakan, ‘Dia adalah seorang penyair yang kami tunggu-tunggu kecelakaan menimpanya. Katakanlah, ‘Tunggulah, maka sesungguhnya aku pun termasuk orang yang menunggu (pula) bersamamu.” (Ath-Thur: 30-31).

Apakah engkau tidak melihat bahwa kesempurnaan Allah dan hikmahNya serta kodratNya menolak untuk membiarkan orang yang berkata dusta atas namanya, sebaliknya dia pasti akan menjadikannya sebagai pelajaran bagi hamba-hambaNya sebagaimana sunnahnya yang telah berlaku pada orang-orang yang berkata dusta atas namaNya.

Allah berfirman,artinya, “Bahkan mereka mengatakan, ‘Dia (Muhammad) telah mengada-adakan dusta terhadap Allah.’ Maka jika Allah menghendaki niscaya dia mengunci mati hatimu.” (Asy-Syura: 24), di sini jawaban dari kalimat syarat berhenti. Kemudian Allah mengabarkan sebuah kabar yang pasti yang tidak menggantung, bahwa Dia menghapus kebatilan dan menetapkan kebenaran.

Allah berfirman,artinya, “Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, dikala mereka berkata, ‘Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia.” (Al-An’am: 91). Allah mengabarkan bahwa siapa yang mengingkari Allah mengutus dan berbicara maka dia tidak menghargai Allah dengan sebenar-benarnya.

Perkara-perkara umum yang menyeluruh tidak lain kecuali merupakan kebaikan dan kemaslahatan bagi hamba-hamba, seperti hujan yang menyeluruh dan pengutusan seorang rasul yang umum, hal ini menunjukkan bahwa Allah tidak akan mendukung seorang pembual dengan mukjizat-mukjizat yang dengannya Dia mendukung orang-orang yang benar, karena bila demikian maka ia merupakan keburukan umum bagi manusia, menyesatkan dan merusak agama dan dunia serta akhirat mereka dan hal ini tidak seperti raja yang zhalim dan musuh, karena Allah akan menolak dengan raja yang zhalim keburukan yang lebih besar dari kezhalimannya. Maka ada yang berkata, enam puluh tahun dengan pemimpin yang zhalim adalah lebih baik daripada satu malam tanpa pemimpin.

Bila diasumsikan kezhalimannya besar, maka hal itu tetap lebih baik bagi agama, seperti musibah-musibah, bisa jadi ia merupakan kaffarat bagi dosa-dosa mereka dan mereka pun mendapatkan pahala atas kesabaran mereka dan diharapkan dengan itu mereka akan kembali kepada Allah, memohon ampun kepadaNya dan bertaubat kepadaNya, demikian pula bila Allah menguasakan musuh atas mereka.

Terkadang Allah memberi kekuasaan beberapa waktu kepada sebagian raja yang zhalim, adapun para pengaku nabi yang berdusta maka kekuasaan mereka tidak pernah berlangsung lama, karena Allah pasti akan membiansakan mereka, sebab kerusakan mereka bersifat umum mencakup dunia, agama dan akhirat.

Allah berfirman, artinya,“Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas nama Kami, niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya.” (Al-Haqqah: 44-46).

Syariat yang bijaksana

Ini termasuk bukti paling agung, dalam bukti hidup yang selalu tegak di sepanjang zaman, sebab setiap hari ia semakin jelas dengan terungkapnya kemaslahatan-kemaslahatan yang terkandung di dalamnya, setiap hari orang-orang mengungkap dan membuktikan bahwa ia adalah sebuah syariat yang bijaksana di mana tidak mungkin seorang laki-laki ummi sampai umur empat puluh bisa mendatangkannya, bahwa seandainya seluruh manusia, semua manusia berkumpul untuk membuat sebuah perkataan sepertinya, niscaya mereka tidak kuasa melakukan, lalu bagaimana dengan seorang laki-laki yang tidak pernah belajar dan tidak diajari oleh seorang pun?

Barangsiapa mengetahui syariat-syariat berikut rincian-rincian keadaannya yang dibawa oleh para rasul, maka dia akan mengakui bahwa mereka adalah makhluk yang paling tahu, bahwa hal itu tidak akan pernah terjadi pada pembual yang jahil, bahwa kandungan kemaslahatan, rahmat, petunjuk, kebaikan yang terkandung di dalam apa yang mereka bawa, bimbingan untuk manusia kepada apa yang bermanfaat dan larangan terhadap mereka dari apa yang merugikan, semua itu membuktikan bahwa hal itu hanya keluar dari orang yang baik lagi penyayang di mana dia tidak bermaksud kecuali kebaikan puncak dan manfaat bagi manusia. Wallahu a’lam.

Dari Syarah al-Aqidah ath-Thahawiyah, Ibnu Abu al-Izz al-Hanafi.