Pidato yang disampaikan Isa Qasim, salah seorang tokoh spritual besar Syi’ah di Bahrain menimbulkan masalah besar di sana dan menuai kritik pedas dari para anggota legislatif faksi Salafi di parlemen.

Ceramah yang menggemparkan itu disampaikan Isa Qasim, ketua Dewan Ulama Islam (DUI) pada tanggal 10 Muharram lalu di kawasan Darraz, sebelah utara ibukota Bahrain. Di situ, ia berceramah di hadapan para jemaahnya, “Yang kalian jadikan dalil setelah para imam itu adalah para ahli fiqih yang adil. Siapa yang menolak mereka, berarti ia telah menolak para imam AS.”

Ia menambahkan, “Dan siapa yang menolak para imam, berarti menolak Rasulullah SAW, dan orang yang menolak Rasulullah SAW berarti ia menolak Allah SWT.” Demikian klaimnya.!

Ia melanjutkan kedustaan-kedustaannya, “Hasilnya, siapa yang menolak seorang ahli fiqih yang adil, yang wajib ditaklidi atau ditaati, maka ia telah menolak Allah SWT.!”

Seorang anggota parlemen dari faksi Salafi, Jaseem Al Saedi melontarkan kritikan-kritikan kerasnya atas statement tersebut dan mengingatkan ketua DUI itu agar jangan sampai terjerumus ke dalam ‘kesyirikan.’

Al Saedi menjelaskan, “Tidak mendatangkan dalil-dalil yang jelas lagi terang atas perkataan ini dapat menyeret pelakunya, Na’udzu billah, ke dalam Syirik Akbar (besar), sebab anda dengan gampangnya telah menyamakan perkataan para imam dan ahli fiqih yang adil dalam mazhab anda -sebagaimana yang anda sebutkan itu- dengan Kalamullah SWT dan nabiNya, penghulu seluruh umat manusia. Sedangkan Nabi saw tidak berbicara karena dorongan hawa nafsu.” Demikian seperti yang dilansir situs ‘Arabia.net’

Senada dengan itu, seorang anggota parlemen yang lain dari faksi Salafi, Abdul Halim Murad juga mengeritik statement Isa Qasim tersebut. Ia menegaskan, ceramahnya itu telah melukai perasaan mayoritas Ahlussunnah di Bahrain yang menuntut mereka untuk membantahnya.

Tak mau kalah, para anggota legislatif lainnya dari faksi Syi’ah di parlemen pun bereaksi. Mereka menilai kritikan yang ditujukan kepada Isa Qasim, yang mereka anggap sebagai rujukan spritual Syi’ah dalam berbagai permasalahan politik dan agama itu sebagai provokasi dan memecah belah persatuan umat.

Sejumlah anggota legislatif Syi’ah itu bangkit dan mengecam Jaseem Al Saedi dengan melontarkan berbagai cercaan tak pantas kepada dirinya.

Mereka menuduhnya sebagai penyebar fitnah dan provokator sehingga dapat mengancam keutuhan persatuan umat Islam dan rekonsiliasi nasional.

Sementara Syaikh Al Saedi sendiri menyatakan keheranannya atas polemik yang dibesar-besarkan kalangan Syi’ah tersebut. Ia kembali menegaskan bahwa apa yang dikatakannya itu sebagai pendapat pribadi, bukan bentuk provokasi dan fitnah. Seterusnya, ia juga melaporkan bahwa dirinya kerap mendapat sejumlah ancaman akan dibunuh.

Al Saedi mengajak umat (kaum Sunni-red) untuk membantah statement Isa Qasim tersebut secara ilmiah dan profesional, sekaligus meminta pihak-pihak tertentu untuk tidak mengalihkan permasalahan tersebut kepada tema pribadi. “Ini adalah keyakinan pribadi yang saya imani dan telah saya ungkapkan dengan sangat gamblang,” katanya.

Ia juga meminta agar tidak ada pihak tertentu yang mengadu-dombanya dengan pemerintah. Ia mengatakan, “Mereka itu (kalangan Syi’ah) setiap waktu selalu mendesak pemerintah agar menahan saya. Kenapa mereka tidak menganggap saya sebagai orang yang hanya berseberangan pendapat dengan mereka, padahal antara sesama Syi’ah sendiri juga terjadi perbedaan pendapat.?” (almkhtsr/AS)