Syaikh Abu Bakar Ad-Dharir berkata, bapakku termasuk orang miskin, dia berdagang bejana dari tanah liat. Aku mempunyai kakak perempuan. Aku sendiri buta.

Suatu malam aku terbangun, aku mendengar bapakku berkata kepada ibu, “Aku sudah tua, kamu juga, kamu tua dan lemah. Apa yang jauh dari kita telah dekat.”
Kemudian bapak bersyair,

Sesungguhnya seseorang yang berumur lima puluh tahun
berarti dia telah mendekati sumur kematiannya.

Bapakku melanjutkan, “Anak perempuan itu, dia hidup sehat bisa membantu orang-orang. Tetapi bocah laki-laki ini, dia buta, seperti seonggok daging. Kira-kira apa yang bisa dilakukannya.”

Kemudian keduanya menangis. Keduanya terus menangis di malam itu dalam waktu yang cukup lama. Hatiku bersedih.

Pagi hari seperti biasa aku pergi ke halaqah. Tidak lama berselang seorang pesuruh khalifah datang dan berkata kepada ustadzku, “Ibu permaisuri menyampaikan salam kepada ustadz, dia berkata, ‘Bulan Ramadhan telah tiba. Aku menginginkan seorang bocah laki-laki yang belum baligh, bacaannya bagus, suaranya merdu, sebagai imam shalat tarawih.”

Ustadz menjawab, “Bocah seperti itu ada pada kami namun dia buta.” Kemudian ustadz memintaku pergi bersamanya. Utusan itu menuntunku. Kami berjalan sehingga kami sampai di rumah yang dituju. Dia meminta izin, maka ibu suri memberi izin kepadaku untuk masuk. Aku masuk dan memberi salam. Aku mulai membaca. Aku membaca, bismillahir Rahmanir Rahim, ibu suri menangis. Aku meneruskan bacaan, tangisannya bertambah.

Dia berkata, “Aku belum pernah sekalipun mendengar bacaan seperti ini.” Hatiku tersentuh, aku pun menangis. Dia bertanya mengapa aku menangis. Aku lalu bercerita apa yang aku dengar dari bapakku. Ibu suri berkata kepadaku, “Wahai anakku kamu akan mendapatkan apa yang tidak disangka-sangka oleh bapakmu.”
Ibu suri memberiku seribu dinar, dia berkata, “Ini untuk modal dagang bapakmu dan menyiapkan kakak perempuanmu. Aku telah memerintahkan gaji untukmu tiga puluh dinar setiap bulan.” Di samping itu ibu memberiku pakaian dan kendaraan yang bagus dengan pelana yang berhias. Demikianlah Allah berbuat untuk si lemah.

Dari Makarim al-Akhlak, Ali Shalih al-Hazza`
(Izzudin Karimi)