Barang siapa yang mendalami makna dunia akan sampai pada kesimpulan bahwa dunia sebenarnya tak memiliki kenikmatan hakiki, walaupun kenikmatan ada, biasanya akan diikuti berbagai cobaan yang jauh melebihi kenikmatan itu.

Salah satu kenikmatan di dunia adalah wanita cantik. Mungkin saja ia tak mencintai suaminya. Jika suaminya mengetahui hal itu, ia akan meninggalkanya. Mungkin juga wanita cantik itu mengkhianati suaminya. Jika itu yang terjadi, kehancuran telah menanti. Jika ia berhasil melakukan apa saja kepadanya, perpisahan pasti akan mengiris-iris hatinya.

Kenikmatan yang lain adalah anak-anak laki-laki dan perempuan hingga mereka menikah. Jika anak perempuannya menikah, ia merasa khawatir suaminya akan berkhianat sehingga merebaklah aib sang anak dan keluarganya. Jika anak laki-lakinya sakit, hati terasa gundah. Jika ia keluar dari batas-batas moral, semakin menguatlah keresahan itu. Jika menjadi musuh ayahnya, yang ia inginkan adalah agar orang tuanya segera mati. Akan tetapi, jika perpisahan yang terjadi, hal itu akan menusuk-nusuk hati sang ayah.

Saat menginginkan sesuatu, orang fasik akan menghancurkan agamanya demi mencapai dunia. Perangainya menjadi berubah akibat kelakuannya yang yang berlumuran dosa dan noda. Salah satu bentuk kelezatan dunia yang lain adalah harta. Akan tetapi, sering kali harta-harta itu didapat dari jalan yang haram. Jika harta itu lepas dari tangannya, terganggulah jiwanya dan umurnya akan pergi dengan sia-sia.

Ini hanya beberapa misal (contoh). Oleh sebab itu, wajib bagi orang yang mendapat taufiq dari Allah subhanahu wa ta’ala untuk mencari hal-hal yang penting dan mendorong kepada jalan keselamatan agama, raga, dan kesehatan rohani. Hendaknya ia menjauhi hawa nafsu yang membakar-bakar yang bencananya berlipat-lipat dari kenikmatannya.

Barang siapa bersabar atas semua hal yang buruk dengan harapan memoeroleh faidah, akan menikmati kenikmatan yang berlipat-lipat, seperti para penuntut ilmu yang mau berpayah-payah. Ia akan mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. Orang yang senang menganggur akan menyesal dengan penyesalan berlipat ketika menerima balasan akibat penganggurannya.

Berhati-hatilah, jangan sampai hawa nafsu menjebak anda dalam jerat-jerat mematikan. Jika hawa nafsu menginginkan sesuatu yang terlarang, cegahlah ia serta bandingkanlah kenikmatan di akhirat. Tentu saja, hanya orang-orang yang berhati beninglah yang akan banyak mengingat Allah subhanahu wa ta’ala .

Sumber: Shaidul Khatir,Imam Ibnul Jauziy (Edisi Indonesia) Pustaka Maghfirah.
Disadur oleh Abu Yusuf Sujono