MAKKAH — Pemerintah Kerajaan Arab Saudi memutuskan Hari Arafah tanggal 26 November atau Hari Kamis pekan depan. Keputusan ini didasarkan pada pengamatan langsung atau rukyah yang memperkuat awal bulan Dzulhijjah jatuh pada hari Rabu (18/11).

Kemarin, pihak berwenang di Arab Saudi mengumumkan secara resmi Hari Arafah itu. ”Karena Rabu ditetapkan sebagai awal bulan Dzulhijjah, maka Idul Adha jatuh pada hari Jumat tanggal 27 November,” kata Ketua Mahkamah Agung, Abdul Rahman Al-Kelya, Rabu (18/11).

Ritual Wukuf (perenungan diri) di Padang Arafah yang merupakan puncak ritus haji akan berlangsung 9 Zulhijah (26/11), hitungannya dimulai saat matahari mulai tergelincir dari tengah hari. Sejak satu hari sebelumnya jamaah sudah mulai bergeser dari Makkah ke Padang Arafah yang berjarak sekitar 25 Km.

Pada 10 Zulhijah (27 November) dan tiga hari setelah itu (hari Tasyrik) jamaah melontar jumrah atau ritus untuk memperingati saat Nabi Ibrahim digoda setan agar membangkang dari perintah Allah menyembelih puteranya, Ismail.

Berkaitan dengan persiapan Armina, Misi Haji Indonesia menyatakan kesiapannya. ”Semua hal sudah kami antisipasi. Kami juga mengimbau agar jamaah menjaga kondisi fisiknya, karena haji adalah lebih banyak mengandalkan fisik,” kata Kepala Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja Makkah, Subakin AM.

Selama Armina, jamaah calhaj Indonesia akan ditempatkan di 70 maktab. Tiap maktab terdiri atas 2.500 hingga 3.000 jamaah.Hal yang paling krusial, yaitu penyediaan makanan selama lima hari di Armina, juga sudah diantisipasi. Mulai hari ini sistem pengambilan makanan akan disosialisasikan kepada jamaah. Sistem yang dipakai adalah buffet (prasmanan), bukan nasi kotak.

”Tujuannya adalah agar makanan yang disajikan pada jamaah adalah makanan yang segar dan jamaah bisa melihat langsung menunya,” ujar penanggung jawab katering Armina, Sri Ilham Lubis.

Menurut Sri, selama Armina jamaah akan mendapat 16 kali makan. Dimulai dengan makan malam pada tanggal 8 Dzulhijjah dan terakhir makan siang tanggal 13 Dzulhijjah. Pada masing-masing maktab akan disediakan tujuh atau delapan meja prasmanan.

Ia menjamin semua jamaah akan kebagian makanan, karena tiap kloter disediakan meja prasmanan sendiri-sendiri dan pengambilan makanan dilakukan per rombongan. ”Yang penting, jadwal melontar jumrah jamaah disesuaikan dengan jam makan,” jelasnya.

Selain itu, pihaknya akan menyediakan pengawas katering sebanyak dua orang untuk tiap maktab. Penyajian juga dijamin akan dilakukan dengan cepat, karena ke-13 perusahaan katering yang bertanggung jawab terhadap penyediaan makanan memiliki dapur di dekat tenda jamaah.

Pelaksanaan katering jamaah haji di Arafah-Mina mengacu pada SK Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah nomor D/53 tahun 2009 dan kontrak kerja antara kantor misi haji Indonesia dengan pelaksana katering, yaitu Muassasah. Kedua pihak ini kemudian menunjuk perusahaan yang nantinya akan memberikan pelayanan katering selama lima hari di Armina.

Biaya katering Armina meliputi 215 riyal per jamaah untuk 16 kali makan, meliputi empat kali prasmanan, 1 boks makanan ringan, dan 11 kali makan prasmanan di Mina. Selain itu ada tambahan biaya 60 riyal per jamaah untuk biaya pelayanan logistik penyiapan sarana dan prasarana dapur Armina. ”Jadi seluruh biaya yang dikeluarkan per jamaah 275 riyal,” ujar Sri.

Keamanan pemondokan
Terkait dengan Armina, Wakadaker Makkah bidang Pengawasan Perumahan, Syihabuddin Latief, menyatakan pihaknya akan mengintensifkan pengamanan pemondokan yang ditinggalkan jamaah selama pelaksanaan Armina. Termasuk dalam upaya pengamanan itu adalah menjamin ketersediaan air bersih dan minuman. ”Kami sudah menyebarkan surat edaran kepada pemilik pemondokan untuk menjamin ketersediaan pasokan air dan air minum jamaah,” ujarnya.

Terutama, kata dia, bagi pemondokan di sektor I, II, dan III. Pasalnya, ketiga sektor itu adalah sektor terdekat dengan Mina. Biasanya, banyak jamaah yang pulang ke pemondokan setelah pelemparan jumrah yang pertama. Syihabuddin mengimbau agar jamaah meninggalkan kamar dalam keadaan barang-barang berharga tersimpan rapi di kopor yang terkunci, penyejuk udara dan air tidak dalam kondisi menyala, serta memastikan peralatan elektrik tidak dalam kondisi terpakai dan mematikan lampu.

Terkait dengan pemulangan jamaah gelombang I, Subakin menyatakan semua sesuai jadwal. Pemulangan dipercepat hanya akan dilakukan terhadap jamaah yang sakit dan direkomendasikan dokter untuk segera diterbangkan ke Tanah Air. Atau jamaah yang karena alasan tertentu harus segera kembali ke Tanah Air. ”Itu pun kita akan melihat dulu ketersediaan kursi di pesawat,” ujarnya.
Sumber: http://republika.co.id