Ada hal-hal lain yang juga menafikan tauhid dan menyebabkan murtad dari Islam. Di antaranya adalah berburuk sangka kepada Allah, menghina sesuatu yang mengandung dzikir kepada Allah Ta’ala.

Berburuk sangka kepada Allah Ta’ala sangatlah berbahaya, karena di antara tuntutan tauhid adalah berbaik sangka kepada Allah, dan berburuk sangka kepada Allah Ta’ala menafikan tauhid.

Allah Ta’ala menyifati orang-orang munafik, bahwa mereka menyangka tidak benar terhadap Allah. Allah Ta’ala berfirman,

يَظُنُّونَ بِاللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ يَقُولُونَ هَلْ لَنَا مِنَ الْأَمْرِ مِنْ شَيْءٍ قُلْ إِنَّ الْأَمْرَ كُلَّهُ لِلَّهِ

“Mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata, ‘Apakah ada bagi kita suatu (hak campur tangan) dalam urusan itu?’ Katakanlah (wahai Muhammad), ‘Sesungguhnya urusan itu segalanya di Tangan Allah’.” (Ali Imran: 154).

Allah Ta’ala mengabarkan tentang mereka di ayat lain bahwa mereka buruk sangka kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman,

وَيُعَذِّبَ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْمُشْرِكِينَ وَالْمُشْرِكَاتِ الظَّانِّينَ بِاللَّهِ ظَنَّ السَّوْءِ عَلَيْهِمْ دَائِرَةُ السَّوْءِ وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَلَعَنَهُمْ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا

Dan Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, dan (juga) orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran (azab) yang buruk dan Allah murka kepada mereka dan melaknat mereka serta menyediakan Neraka Jahanam bagi mereka. Dan (Neraka Jahanam) itu seburuk-buruk tempat kembali.” (Al-Fath: 6).

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah [1] berkata tentang tafsir ayat pertama, “Prasangka yang tidak layak kepada Allah ditafsirkan bahwa (maksud mereka) Allah tidak menolong RasulNya, bahwa dakwah beliau akan gagal. Ditafsirkan juga dengan prasangka mereka bahwa apa yang menimpa mereka bukan karena Qadha’ dan Qadar Allah dan tidak mengandung hikmah bagiNya padanya. Ditafsirkan juga dengan pengingkaran hikmah, pengingkaran qadar, pengingkaran bahwa Allah akan memenangkan dakwah RasulNya dan mengunggulkannya di atas seluruh agama.

Ini adalah prasangka buruk orang-orang munafik dan orang-orang musyrik yang Allah sebutkan dalam Surat al-Fath. Ini adalah prasangka buruk, karena ia adalah prasangka yang tidak layak bagi Allah, tidak layak dengan hikmah, pujian dan janjiNya yang benar. Barangsiapa berprasangka bahwa Allah akan memenangkan kebatilan atas kebenaran secara terus-menerus sehingga kebenaran akan terkikis, atau mengingkari bahwa apa yang terjadi adalah dengan Qadha’ dan Qadar Allah, atau mengingkari bahwa Qadar Allah mengandung hikmah mendalam yang karenanya Dia berhak dipuji, sebaliknya dia mengklaim bahwa ia hanya karena kehendak semata, maka

ذَلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ

itu adalah sangkaan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang yang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.” (Shad: 27).

Mayoritas manusia berprasangka terhadap Allah dengan prasangka buruk dalam perkara yang sebenarnya merupakan tindakan mereka sendiri, dan tentang apa yang Allah lakukan terhadap selain mereka; tidak ada yang selamat dari hal itu kecuali siapa yang mengetahui Allah, Nama-namaNya, Sifat-sifatNya, tuntutan hikmah dan pujianNya. Maka hendaknya orang yang berakal yang menasihati dirinya memperhatikan masalah ini, hendaknya bertaubat kepada Allah, beristighfar kepadaNya dari prasangka buruknya terhadap Tuhannya.

Bila Anda meneliti siapa yang Anda teliti, niscaya Anda menemukan penentangan terhadap Qadar padanya, kemarahan terhadapnya, bahwa semestinya urusannya adalah begini dan begini. Ada yang sedikit dan ada yang banyak. Periksalah diri Anda, apakah Anda selamat darinya?

Bila kamu selamat darinya, kamu selamat dari sesuatu yang besar

Bila tidak, maka sesungguhnya aku mendugamu tidak selamat.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah [2] juga berkata, “Barangsiapa berprasangka bahwa Allah tidak menolong RasulNya, tidak memenangkan dakwahnya, tidak mendukungnya dan tidak mendukung para pengikutnya, tidak meninggikan mereka dan memenangkan musuh mereka atas mereka dan mengunggulkan mereka, bahwa Allah tidak menolong agama dan kitabNya, bahwa Dia memenangkan syirik atas tauhid, kebatilan atas kebenaran secara terus-menerus sehingga tauhid dan kebenaran tersisih dan tidak tegak untuk selamanya, maka dia telah berprasangka buruk terhadap Allah, menisbatkan Allah kepada perbuatan yang tidak sesuai dengan kesempurnaan, keagungan, dan sifati-sifatNya, sesungguhnya kemuliaan, keperkasaan, hikmah dan Uluhiyah Allah menolak hal itu, menolak mengalahkan bala tentara dan golonganNya, menolak bila kemenangan dan keunggulan abadi untuk musuh-musuhNya kaum musyrikin yang berpaling dariNya. Barangsiapa berprasangka demikian, maka dia tidak mengetahui Allah, tidak mengetahui Nama-namaNya, Sifat-sifatNya dan kesempurnaanNya.

Demikian juga barangsiapa mengingkari bahwa hal itu terjadi dengan qadha’ Allah, maka dia tidak mengetahui Allah, tidak mengetahui Rububiyah, kekuasaan dan keagunganNya.

Demikian juga barangsiapa mengingkari bahwa mentakdirkan apa yang Dia takdirkan dari hal itu dan lainnya karena sebuah hikmah mendalam yang karenanya Dia berhak dipuji, bahwa hal itu berasal dari kehendakNya semata yang kosong dari hikmah dan tujuan yang dituntut yang Dia lebih cintai daripada kelenyapannya, bahwa sebab-sebab yang dibenci yang mengantarkan kepadanya, penetapannya tidak keluar dari hikmah, karena ia mengantarkan kepada apa yang Dia cintai sekalipun ia dibenci, sehingga apa yang Dia takdirkan adalah sia-sia, dan apa yang Dia jadikan adalah main-main, dan apa yang Dia ciptakan adalah batil,

ذَلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ

Itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang yang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.” (Shad: 27).

Mayoritas manusia berprasangka terhadap Allah Ta’ala dengan prasangka buruk dalam perkara yang khusus dengan mereka dan tentang apa yang Allah lakukan terhadap selain mereka, tidak ada yang selamat dari hal itu kecuali siapa yang mengetahui Allah, Nama-namaNya, Sifat-sifatNya, tuntutan hikmah dan pujianNya.

Barangsiapa berputus asa dari rahmat Allah, berputus harapan dari pertolonganNya, maka dia berprasangka buruk terhadap Allah.

Barangsiapa membolehkan Allah mengazab wali-waliNya padahal mereka berbuat baik dan ikhlas, Allah menyamakan mereka dengan musuh-musuhNya, maka dia berprasangka buruk terhadap Allah.

Barangsiapa berprasangka bahwa Allah Ta’ala membiarkan makhlukNya sia-sia, tidak diperintah dan tidak dilarang, tidak mengutus para rasul kepada mereka, tidak menurunkan kitab-kitab kepada mereka, sebaliknya Allah membiarkan mereka begitu saja seperti hewan, maka dia berprasangka buruk terhadap Allah.

Barangsiapa berprasangka bahwa Allah Ta’ala tidak mengumpulkan hamba-hambaNya ketika mereka mati untuk memberi mereka pahala dan hukuman di alam yang di sana Allah membalas orang yang berbuat baik karena kebaikannya dan membalas orang jahat karena kejahatannya, menjelaskan kepada makhlukNya hakikat dari apa yang mereka perselisihkan, menunjukkan kepada seluruh alam kebenaranNya dan kebenaran RasulNya, bahwa musuh-musuhNya adalah orang-orang yang berdusta, maka dia menduga buruk terhadap Allah.

Barangsiapa berprasangka bahwa Allah menyia-nyiakan amal shalih seseorang yang dia kerjakan secara ikhlas karena WajahNya Yang Mulia atas pelaksanaannya terhadap perintahNya, membatalkannya tanpa ada sebab dari hamba, atau Allah menghukumnya karena sesuatu yang dia tidak memiliki perbuatan, pilihan, kuasa dan kehendak dalam terwujudnya, sebaliknya menghukumNya atas perbuatanNya terhadapnya, atau dia menduga bahwa Allah mungkin mendukung musuh-musuhNya yang berdusta atasNya dengan mukjizat-mukjizat yang dengannya Dia mendukung Nabi-nabi dan Rasul-rasulNya, Allah membuat mukjizat tersebut terjadi lewat tangan para pendusta itu yang dengannya mereka menyesatkan hamba-hamba, bahwa segala sesuatu dariNya adalah baik, termasuk mengazab orang yang menghabiskan umurnya dalam ketaatan kepadaNya, lalu Allah mengekalkannya di dalam Neraka Jahanam di tingkatan paling rendah, memberi nikmat orang yang menghabiskan usianya dalam memusuhiNya, memusuhi rasul-rasulNya dan agamaNya; meninggikan derajatnya hingga di Illiyyin tertinggi, kedua perkara tersebut bagi Allah adalah sama-sama baik, dan tidak diketahui kemustahilan salah satunya dan terjadinya yang lain kecuali melalui berita yang benar, karena bila tidak, maka akal tidak memutuskan keburukan salah satunya dan kebaikan yang lain, maka dia berprasangka buruk terhadap Allah.

Barangsiapa menduga bahwa Allah mengabarkan tentang DiriNya, Sifat-sifat dan Perbuatan-perbuatanNya dengan kabar yang zhahirnya adalah batil, tasybih dan tamtsil, Allah meninggalkan kebenaran dan tidak mengabarkan dengan kebenaran, sebaliknya Dia hanya memberikan rumus-rumus yang sulit dipecahkan, memberi isyarat-isyarat yang merupakan teka-teki, tidak mengabarkan secara jelas, sebaliknya Dia mengabarkan melalui tasybih, tamtsil, dan kebatilan, Allah ingin makhluk-makhlukNya melelahkan akal pikiran dan kekuatan mereka dalam menyelewengkan FirmanNya dari tempat-tempatNya, menakwilkannya bukan dengan takwil yang benar, memaksa mereka mencari-cari kemungkinan makna yang jauh dan takwil-takwil yang lebih dekat kepada teka-teki dan sandi-sandi daripada ia sebagai keterangan dan penjelasan, mengalihkan mereka dalam memahami Nama-nama dan Sifat-sifatNya kepada akal dan pendapat mereka, bukan kepada KitabNya, sebaliknya Allah menginginkan mereka agar tidak membawa FirmanNya kepada apa yang mereka ketahui dalam bahasa dan percakapan mereka, padahal Allah mampu menjelaskan kebenaran kepada mereka yang memang patut dijelaskan, mengistirahatkan mereka dari lafazh-lafazh yang bisa menjerumuskan mereka ke dalam keyakinan batil, tetapi Allah tidak melakukan, sebaliknya Allah mengambil jalan bersama mereka bukan jalan hidayah dan penjelasan, maka dia berprasangka buruk terhadap Allah. Hal itu karena bila dia berkata, bahwa Allah tidak mampu mengungkapkan kebenaran dengan lafazh yang jelas dan langsung, yang mana dia dan pendahulunya mampu ungkapkan, maka dia telah menuduh Allah tidak mampu. Bila dia berkata Allah mampu tetapi Allah tidak menjelaskan, meninggalkan penjelasan tentang kebenaran sejelas-jelasnya dan menggantinya dengan lafazh-lafazh yang membingungkan, yang menjerumuskan kepada kebatilan yang mustahil dan keyakinan yang rusak, maka dia berprasangka buruk terhadap Allah, hikmah dan rahmatNya.

Barangsiapa berprasangka bahwa dirinya dan pendahulunya mengungkapkan kebenaran sejelas-jelasnya, sementara Allah dan RasulNya tidak, bahwa petunjuk dan kebenaran ada di pihak mereka, adapun Firman Allah, maka zhahirnya hanya menunjukkan tasybih, tamtsil dan kesesatan, sedangkan zhahir perkataan orang-orang yang bingung lagi sembrono adalah petunjuk dan kebenaran, maka ini adalah dugaan terburuk kepada Allah.

Mereka semuanya termasuk orang-orang yang berprasangka buruk terhadap Allah, termasuk orang-orang yang berprasangka tidak benar terhadap Allah yaitu prasangka jahiliyah.” Demikian Ibnul Qayyim tentang orang-orang yang berprasangka tidak baik terhadap Allah, yaitu prasangka jahiliyah. Barangsiapa ingin membaca selengkapnya, silakan merujuk Zad al-Maad. Hanya Allah Yang memberikan pertolongan.

Keterangan:

[1]  Zad al-Ma’ad, 3/228. Lihat Kitab at-Tauhid hal. 215 dan sesudahnya.

[2]  Zad al-Ma’ad, 3/228.

Referensi:

Panduan Lengkap Membenahi Akidah Berdasarkan Manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, Darul Haq, Jakarta, Cetakan IV, Shafar 1441 H/ Oktober 2019 M.