Segala pujian kita persembahkan kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- atas karunia nikmat-nikmatNya nan agung. Kesyukuran kita panjatkan kepadaNya atas beragam bentuk kebaikan dan banyaknya keberkahan yang diturunkanNya kepada kita.

Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- semata. Tidak ada sekutu bagiNya. Dialah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- penguasa bumi dan langit, yang agung pemberian-pemberianNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- adalah hamba dan utusanNya, Nabi yang membimbing kepada petunjuk dan kasih sayang. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepadanya, beserta segenap kelurganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang meniti jalan mereka sampai hari Kiamat tiba.

Ketakwaan Sebab Kebaikan
Ketakwaan-wahai saudaraku- merupakan sebab yang mendatangkan setiap kebaikan, jalan lewatnya setiap keberkahan. Belum terketukkah pendengaran Anda oleh beberapa ayat dalam surat al-A’raf, di mana Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- sang pemilik beragam bentuk karunia itu berfirman,

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (96) أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ (97) أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ (98) أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ (99)

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.
Maka apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang malam hari ketika mereka sedang tidur ?
Atau apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang pada pagi hari ketika mereka sedang bermain ?
Atau apakah mereka merasa aman dari siksaan Allah (yang tidak terduga) ? Tidak ada yang merasa aman dari siksaan Allah selain orang-orang yang rugi.” (al-A’raf : 96-99).

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menjelaskan bahwa menjauhkan diri dari kemaksiatan-kemaksiatan dan melaksanakan kewajiban-kewajiban yang dibebankan termasuk sebab terbesar diturunkannya keberkahan-keberkahan, diturunkannya hujan dan banyaknya beragam bentuk kebaikan.

Kemaksiatan dan Hujan
Allah -عَزَّوَجَلَّ- menyebutkan bahwa penduduk negeri kalaulah saja mereka beriman dengan hati-hati mereka dengan keimanan yang benar yang dibuktikan dengan amal dan mereka mempergunakan ketakwaan kepada Allah -عَزَّوَجَلَّ- lahir batin, dengan meninggalkan semua hal yang diharaman oleh Allah -عَزَّوَجَلَّ-; niscaya Dia -عَزَّوَجَلَّ- membukakan untuk mereka keberkahan-keberkahan dari langit dan bumi, maka dicurahkan kepada mereka hujan yang lebat, ditumbuhkan untuk mereka dari bumi apa-apa yang dengannya mereka hidup untuk waktu yang lama, dan sesuatu yang dengannya hewan-hewan ternak mereka hidup turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam kehidupan yang sangat makmur. Akan tetapi, mereka tidak beriman dan tidak pula mereka bertakwa. Maka, apa gerangan hasilnya?

فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”
Maka Kami siksa mereka dengan beragam bentuk hukuman dan bala bencana, dicabutnya berbagai macam bentuk keberkahan, dan banyaknya ragam bentuk penyakit, di mana hal tersebut merupakan sebagian bentuk dari balasan atas apa yang telah mereka kerjakan. Kalaulah tidak demikian, maka kalaulah Allah -عَزَّوَجَلَّ- menghukum mereka karena semua keburukan yang telah mereka lakukan, niscaya tidak ada yang ditinggalkan-Nya (di bumi) dari makhluk yang melata sekalipun, seperti firman Allah -عَزَّوَجَلَّ-,

وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِظُلْمِهِمْ مَا تَرَكَ عَلَيْهَا مِنْ دَابَّةٍ وَلَكِنْ يُؤَخِّرُهُمْ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

“Dan kalau Allah menghukum manusia karena kezhalimannya, niscaya tidak akan ada yang ditinggalkan-Nya (di bumi) dari makhluk yang melata sekalipun, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai waktu yang sudah ditentukan. Maka apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.” (an-Nahl: 61).

Dan seperti juga firman Allah -عَزَّوَجَلَّ-,

وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِمَا كَسَبُوا مَا تَرَكَ عَلَى ظَهْرِهَا مِنْ دَابَّةٍ وَلَكِنْ يُؤَخِّرُهُمْ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِعِبَادِهِ بَصِيرًا

“Dan sekiranya Allah menghukum manusia disebabkan apa yang telah mereka perbuat, niscaya Dia tidak akan menyisakan satu pun makhluk bergerak yang bernyawa di bumi ini, tetapi Dia menangguhkan (hukuman)nya, sampai waktu yang sudah ditentukan. Nanti apabila ajal mereka tiba, maka Allah Maha Melihat (keadaan) hamba-hambaNya.” (Fathir: 45).

Ketakwaan dan Tercurahkannya Hujan
Takwa adalah engkau menjadikan penghalang antara dirimu dan antara adzab Allah -عَزَّوَجَلَّ-. Bagaimana caranya? Caranya adalah engkau mengerjakan apa yang diperintahkan dan engkau meninggalkan apa yang dilarang. Dengan demikian engkau menjadi golongan orang-orang yang bertakwa. Hendaknya engkau-wahai saudaraku-tidak marah bila dikatakan kepadamu,” اِتَّقِ اللهَ ” (bertakwalah engkau kepada Allah !). Sungguh Allah -عَزَّوَجَلَّ- telah mengatakan kepada NabiNya -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-,

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ اتَّقِ اللَّهَ وَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَالْمُنَافِقِينَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا

“Wahai Nabi! Bertakwalah kepada Allah dan janganlah engkau menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” (al-Ahzab: 1).

Renungkanlah! Wahai hamba yang sangat butuh kepada Allah, bagaimana Allah-عَزَّوَجَلَّ- menjelaskan bahwasanya Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) kalaulah saja mereka melaksanakan perintah-perintah Taurat dan Injil dan menjauhkan diri dari larangan-larangannya-dan itulah takwa- niscaya Allah-عَزَّوَجَلَّ-mengucurkan rizki dengan melimpah kepada mereka, menjadikan langit mengucurkan hujan, dan menumbuhkan bumi bagi mereka. Allah-عَزَّوَجَلَّ-berfirman,

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَكَفَّرْنَا عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَأَدْخَلْنَاهُمْ جَنَّاتِ النَّعِيمِ (65) وَلَوْ أَنَّهُمْ أَقَامُوا التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ مِنْ رَبِّهِمْ لَأَكَلُوا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ مِنْهُمْ أُمَّةٌ مُقْتَصِدَةٌ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ سَاءَ مَا يَعْمَلُونَ (66)

“Dan sekiranya Ahli Kitab itu beriman dan bertakwa; niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahan mereka dan mereka tentu Kami masukkan ke dalam Surga-surga yang penuh kenikmatan.
Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil dan (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka. Di antara mereka ada sekelompok yang jujur dan taat. Dan banyak di antara mereka sangat buruk apa yang mereka kerjakan.” (al-Maidah: 65-66).

Realisasi Ketakwaan dan Hujan
Dengan sebab merealisasikan ketakwaan, seorang mukmin akan mendapatkan segala bentuk kebaikan dalam urusan agamanya dan urusan dunianya, dan akan juga tersingkirkan darinya segala bentuk keburukan. Maka, barang siapa lurus dalam ketakwaannya dan melazimkan diri dalam ucapannya perkataan yang benar, niscaya Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-menunjukinya kepada perkataan yang baik, dan membimbingnya kepada jalan-Nya yang terpuji. Barang siapa bertakwa kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-dan mempergunakan lisannya untuk mengucapkan kata-kata yang baik berupa membaca al-Qur’an, dzikir (mengingat Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-), taubat dan istighfar, amar ma’ruf nahi munkar, menjaga lisannya dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah atas dirinya, mengekangnya dari memperbincangkan kehormatan orang lain, dan dari perkataan-perkataan yang keji dan buruk, niscaya Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-akan memudahkan baginya ke jalan kemudahan (mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat) dan menjauhkannya dari kesulitan, memberikan rizki yang baik kepadanya, dan memberikan keamanan kepadanya dalam kehidupan akhirat dan kehidupan dunia.

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا

“Dan barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya.” (ath-Thalaq: 4).

Maka, bila suatu ummat bertakwa kepada Rabbnya, takut kepada penciptanya, takut kepada pemberi rizkinya, niscaya akan datang kepadanya rizkinya malam dan siang.

Kewajiban Bertakwa
Sesungguhnya bertakwa itu wajib hukumnya atas seorang hamba dalam semua keadaannya, dalam kesendiriannya dan ketika bersama dengan orang lain, dalam urusan agamanya dan urusan dunianya, dalam muamalahnya dengan Rabbnya, keluarganya, kerabatnya, dan tetangga-tetangganya, dalam transaksi jual belinya, dalam ikatan-ikatan perjanjian-perjanjiannya, dalam amal perbuatannya dan pekerjaannya, serta hal-hal yang diamanatkan kepadanya, menunaikan hak-hak Allah- سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, menunaikan hak-hak hamba-hamba Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, jujur dalam ucapnnya, amanat dalam muamalah-muamalahnya, jauh dari kecurangan dan tipu daya, manipulasi, khianat, jauh dari sumpah palsu, perkataan dusta, dan persaksian palsu. Bila seorang muslim tidak demikian itu, maka dimanakah ketakwaan itu ?! dan di mana pula keimanan yang benar itu?!

Bagaimanakah termasuk golongan orang-orang yang bertakwa, orang yang menyepelekan dan menyia-nyiakan kewajiban-kewajiban yang dibebankan oleh Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- kepadanya, berani menerobos dan melanggar hal-hal yang diharamkan Rabbnya, meluncurkan lisannya untuk mencabik-cabik kehormatan hamba-hamba Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- yang beriman kepadaNya, mengadu-domba, menghiasinya dengan dusta, melakukan dosa-dosa?!,

Bagaimana menjadi orang yang bertakwa, orang yang berani memakan harta orang lain dengan cara yang batil, memakan riba, melakukan transaksi riba, melakukan kecurangan dan tipu daya, mengurangi dan mencurangi timbangan dan takaran?!

Bagaimana menjadi orang yang bertakwa, orang yang mengkhianati amanat-amanatnya yang dipercayakan kepadanya, berupa kekuasaan atau pekerjaan, atau harta atau yang lainnya berupa perkara-perkara yang diamanatkan kepadanya?!

Kehilangan Takwa
Sungguh, hari ini, telah banyak orang yang tertimpa khianat dan tidak amanat, jika ia berkewajiban menunaikan sesuatu, ia tidak menunaikannya dengan sempurna, atau jika ia dibebani suatu pekerjaan, ia tidak melakukannya sebagaimana mestinya, jika orang lain memiliki hak atas dirinya, ia malas-malasan memberikannya dan menunda-nunda pemberian hak-hak mereka. Dan, bisa jadi ia tidak menunaikan hak saudaranya kecuali dengan cara memangkas sebagiannya, atau menguasai sebagian darinya, atau mengambil imbalannya, bukankah ini merupakan pengkhianatan terhadap pekerjaannya?! Bukankah tindakan ini jauh dari ketakwaan?! Bukankah ini termasuk kezhaliman yang merupakan kegelapan-kegelapan yang akan menyelimutinya di hari Kiamat?!

Maka, hendaklah setiap muslim dan muslimah mengetahui bahwa turunnya hujan beserta adanya kemaksiatan-kemaksiatan, hanyalah merupakan rahmat dari Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-untuk binatang-binatang.

Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-pernah bersabda kepada kaum Muhajirin,

يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِيْنَ خَمْسٌ إِنْ ابْتُلِيْتُمْ بِهِنَّ وَ نَزَلَ فِيْكُمْ أَعُوْذُ بِاللهِ أَنْ تُدْرِكُوْهُنَّ لَمْ تَظْهَرْ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ حَتَّى يَعْمَلُوْا بِهَا إِلَّا ظَهَرَ فِيْهِمُ الْطَّاعُوْنُ وَ اْلأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ يَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلَافِهِمْ وَ لَمْ يَنْقُصُوْا الْمَكْيَالَ وَ الْمِيْزَانَ إِلَّا أُخِذُوْا بِالسِّنِيْنَ وَ شِدَّةِ الْمُؤْنَةِ وَ جَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ وَ لَمْ يَمْنَعُوْا الزَّكَاةَ إِلَّا مُنِعُوْا الْقَطْرُ مِنَ السَّمَاءِ وَ لَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوْا…الحديث (رَوَاهُ الْحَاكِمُ)

Wahai sekalian kaum Muhajirin! Lima hal, jika kalian diuji dengnnya dan turun pada kalian-Aku berlindung kepada Allah agar kalian tidak mendapatkan lima hal itu-.; tidaklah nampak kekejian di tengah-tengah suatu kaum sehingga mereka pun melakukannya melainkan akan tampak di tengah-tengah mereka tha’un dan penyakit-penyakit yang belum pernah terjadi pada para pendahulu mereka. Dan, tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan melainkan mereka akan ditimpa paceklik, beratnya beban penghidupan, dan kezhaliman penguasa atas mereka. Dan, tidaklah mereka enggan mengeluarkan zakat melainkan mereka dihalangi mendapatkan hujan dari langit. Sekiranya tidak ada binatang-binatang niscaya tidak diturunkan hujan kepada mereka…” al-hadis. (HR. al-Hakim).

Syukur dan Beragam Kenikmatan
Apabila Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- mengaruniakan kepada para hambaNya berbagai kenikmatan, maka termasuk kesempurnakan kesyukuran orang yang mendapatkan kenikmatan tersebut adalah menyukuri dan memuji pemberi kenikmatan tersebut atas kenikmatan-kenikmatan yang diberikanNya. Sesunguhnya kita-alhamdulillah, segala puji bagi Allah- masih saja berada dalam kebaikan yang merupakan pemberian dari Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dan berada dalam keutamaan yang Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- curahkan kepada kita, tetapi peringatan ilahi senantisa sebagai pengingat bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya. Tuhan yang Maha Perkasa, Maha Terpuji berfirman,

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (Ibrahim: 7).

Maka, memelihara berbagai kenikmatan dan menghindarkan hukuman dan siksaan tidaklah dapat dilakukan melainkan dengan melakukan ketaatan kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dan RasulNya-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-. Barang siapa menyelisihinya, niscaya akan berjalan padanya sunatullah. Dan, sungguh apa yang tengah mendera kaum Muslimin pada hari ini dalam berbagai halnya merupakan peringatan ilahi agar manusia tidak lupa terhadap rabb mereka, agar orang yang tersesat kembali ke jalan yang benar, agar orang yang tengah lalai tersadar, dan orang yang berdosa beristighfar memohon ampun kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-.

Kemaksiatan Sebab Ketakutan
Sesungguhnya kemaksiatan-kemaksiatan dan dosa-dosa itu merupakan sebab pokok timbulnya rasa ketakutan, kecemasan, musibah dan fitnah. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Maka hendaklah orang-orang yang menyelisihi perintah Rasul-Nya takut akan mendapat cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (an-Nur: 63).

Dan ketika Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-perintahkan agar mentaatiNya dan mentaati RasulNya dalam firmanNya,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَوَلَّوْا عَنْهُ وَأَنْتُمْ تَسْمَعُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman ! Taatlah kepada Allah dan RasulNya, dan janganlah kamu berpaling dariNya, padahal kamu mendengar (perintah-perintah-Nya).” (al-Anfal  20), Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman di ayat ke-25-nya,

وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً

Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu.” (al-Anfal: 25).

Ibnu Abbas-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-berkata, “Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-perintahkan orang-orang yang beriman agar mereka tidak membiarkan kemungkaran yang muncul di tengah-tengah mereka, sehingga adzab itu bakal merata menimpa mereka pula.

Kemudian, setelah itu, Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- mengaruniakan kepada orang-orang yang beriman berupa mengingatkan mereka dengan sesuatu di mana dulu mereka berada dalam ketakutan kemudian Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- memberikan rasa aman kepada mereka yang mana hal tersebut mengisyaratkan bahwa menyelisihi perintah Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dan RasulNya-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- mengizinkan pelakunya didera fitnah, ketakutan, dan kehilangan rasa aman dalam jiwanya,

وَاذْكُرُوا إِذْ أَنْتُمْ قَلِيلٌ مُسْتَضْعَفُونَ فِي الْأَرْضِ تَخَافُونَ أَنْ يَتَخَطَّفَكُمُ النَّاسُ فَآوَاكُمْ وَأَيَّدَكُمْ بِنَصْرِهِ وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Dan ingatlah ketika kamu (para Muhajirin) masih (berjumlah) sedikit, lagi tertindas di bumi (Mekah), dan kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Dia memberi kamu tempat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolonganNya dan diberi-Nya kamu rezeki yang baik agar kamu bersyukur.” (al-Anfal: 26).

Mengikuti Kitab dan Sunnah Sebab Mendapat Berkah
Maka, ketaatan kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dan RasulNya-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- merupakan jalan tetap untuk dapat kokoh memegang prinsip dalam kehidupan dan selamat dari badai ujian,

وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُوا مَا يُوعَظُونَ بِهِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَشَدَّ تَثْبِيتًا (66) وَإِذًا لَآتَيْنَاهُمْ مِنْ لَدُنَّا أَجْرًا عَظِيمًا (67) وَلَهَدَيْنَاهُمْ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا (68)

Dan sekiranya mereka benar-benar melaksanakan perintah yang diberikan, niscaya itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka).
Dan dengan demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami.
Dan pasti Kami tunjukkan kepada mereka jalan yang lurus.” (An Nisa: 66-68).

Dan, perhatikanlah serta renungkanlah firman Tuhan kalian ketika berfirman,

وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Dan ini adalah Kitab (Al-Qur’an) yang Kami turunkan dengan penuh berkah. Ikutilah, dan bertakwalah agar kamu mendapat rahmat.” (al-An’am : 155).

Akhirnya, kita memohon kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-semoga menjadikan kita dan seluruh kaum Muslimin semuanya sebagai orang-orang yang bertakwa, orang-orang yang tunduk patuh kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, dan orang-orang yang takut kepadaNya dan siksaNya. Amin. Wallahu A’lam. (Redaksi)

Sumber :
Al-Matharu Wa at-Taqwa, Yahya bin Musa az-Zahraniy-حَفِظَهُ اللهُ تَعَالَى- . Dengan gubahan.