Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya dunia ini merupakan medan perlombaan, arena cobaan dan ujian, dimana Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menguji manusia dalam keimanan dan kejujuran mereka, dalam tindakan mereka dan dalam berbagai keadaan mereka. Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

Yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (Al-Mulk: 2).

Sementara kebaikan amal tidaklah akan terwujud melainkan dengan sempurnanya keikhlasan kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dan keselarasan amal tersebut dengan petunjuk manusia terbaik, yaitu, Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ–

Inilah dua standar yang dengannya akan membedakan amal saleh dengan amal yang tidak saleh. Dengan kedua standar ini pula akan terwujud perlombaan dalam kebaikan amal. Maka, sejauh mana kadar keikhlasan kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dan kesibukan dengan amal saleh, niscaya seseorang akan beruntung dan berhasil dalam menghadapi ujian dan cobaan dunia yang Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- sebutkan dalam firman-Nya,

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

Yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dia Mahaperkasa lagi Maha Pengampun. (al-Mulk: 2)

Sungguh dunia ini merupakan ladang di mana seorang insan menanam di dalamnya apa-apa yang akan dipetiknya di hadapan Rabbnya. Oleh karenanya, orang-orang yang cerdas menyibukkan dirinya di dalamnya dengan setiap hal yang manfaatnya akan kembali kepada diri mereka kala berjumpa dengan Rabbnya. Akan tetapi, hal ini tidaklah mungkin ada kecuali untuk hati-hati yang penuh dengan keimanan bahwa dirinya akan berdiri di hadapan Allah -عَزَّ وَجَلَّ- dan bahwa ia akan kembali kepada-Nya, bahwasanya Dia -عَزَّ وَجَلَّ- akan menghisab mereka dan meminta pertanggung jawaban terhadap mereka. Karenanya, bila hati telah penuh dengan keimanan akan adanya hari Akhir, niscaya ia akan bersungguh-sungguh dan mengerahkan segenap daya dan upayanya untuk melecut dirinya agar ia dapat meraih keuntungan pada hari itu.

Adapun hati-hati yang lalai dan hati-hati yang tenggelam dalam kehidupan dunia, serta hati-hati yang tidak melihat kecuali hari-harinya saja, tidak tahu esok harinya. Maka, tentang perkara ini (kehidupan akhirat) ia lalai. Padahal Allah -عَزَّ وَجَلَّ- berulang kali dan menonjolkan penyebutan (kehidupan) hari akhir itu agar jiwa mempersiapkan diri untuk menghadapinya, dan oleh karena kelalaian itu akan mengalahkan hati.

Allah -عَزَّ وَجَلَّ- berfirman,

وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

Waspadalah terhadap suatu hari (kiamat) yang padanya kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian, setiap orang diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang telah dilakukannya dan mereka tidak dizalimi. (Qs. al-Baqarah: 281)

Ini adalah ayat terakhir yang Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- turunkan kepada Rasul-Nya -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ–.

Maka, Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menyebutkan akan adanya hari akhir sebagai sebuah pengingat (bagi kita), Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- memenuhi kitab-Nya dengan hal tersebut, maka hampir tidak ada satu surat pun di dalam kitab-Nya melainkan di dalamnya disebutkan tentang hari Akhir, sesuatu yang akan memompa semangat dan menggelorakan jiwa untuk beramal saleh. Sehingga, apabila telah datang hari Kiamat, ia datang sementara ia telah menyibukkan dirinya dengan amal saleh yang akan menggembirakannya saat perjumpaannya dengan rabbnya, Dzat yang Maha Agung dalam ketinggian-Nya.

Dan sungguh bukan termasuk hikmah, bukan pula termasuk akal dan pikiran yang sehat, ketika kita melihat kepada hari di mana pada saat itu manusia berteduh di bawah naungan amal-amal mereka, kita melihat kepada suatu hari di mana manusia didatangkan sementara tak ada yang bersamanya selain amalnya, kemudian setelah itu kita justru menyibukkan diri dengan berbagai amal yang tidak akan memberikan manfaat kepada kita pada hari tersebut, hari di mana amal-amal itu dipertunjukkan kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-.

Sesungguhnya seorang mukmin itu akan mengerahkan segenap kesungguhannya secara optimal dalam upaya mengekang jiwanya, dan mengetahui bahwa setiap langkah di jalan kebaikan, di jalan keistiqamahan adalah lebih baik baginya di sisi Rabbnya. Hal tersebut adalah lebih baik daripada dunia beserta seluruh isinya, apabila ia membenarkan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى–, ia memurnikan ketaatannya kepada-Nya dan ia berjalan selaras dengan petunjuk Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ–.

Oleh karena itu, maka bersegeralah kalian -wahai orang-orang yang berakal- mengisi hari-hari kalian dan sisa umur kalian dengan amal-amal kebaikan. Karena sungguh kita tidak tahu kapankah waktunya kita beranjak meninggalkan kehidupan dunia ini. Bagaimana pun dunia ini, manis ataukah pahit (rasanya), maka kita harus beranjak pergi meninggalkannya. Sama saja dalam hal ini, anak kecil dan orang dewasa, orang kaya dan orang miskin, orang sehat dan orang sakit. Mereka semuanya bakal pergi meninggalkan kehidupan dunia ini. Mereka semuanya akan berjalan menuju ke kehidupan akhirat. Dan, orang yang bijak lagi berakal sehat adalah siapa yang memperbanyak hal yang akan memberikan manfaat pada hari akhir.

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى— berfirman,

 وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى

Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa (al-Baqarah: 197)

Begitulah Rabb kalian -Dzat yang Maha Agung dalam ketinggian-Nya- memerintahkan kepada kalian agar kalian berbekal dengan sebaik-baik bekal yang dengannya kalian akan menjumpai Rabb kalian. Dan, bekal ketakwaan itu bukan sesuatu yang dibawa di dalam tempat-tempat yang tersembunyi, bukan pula yang dibawa di dalam kantong-kantong baju, atau hal sesuatu yang lainnya yang dibawa di dalamnya barang-barang dan uang. Tetapi, ia adalah sesuatu yang menggoreskan keadaan-keadaannya dan memperjelas sifat-sifat di dalam catatan-catatan amalnya. Karenanya, berbekallah kalian dengan hal-hal yang baik dari amal-amal, dan berharaplah pahala di sisi Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Dan, ketahuilah bahwa tak sedikit pun amal baik akan tersia-siakan di sisi Rabb kalian, baik amal baik itu kecil ataupun besar, amal baik tersebut amal yang dilakukan dengan sembunyi-sembunyi atau pun amal baik tersebut merupakan amal yang dilakukan dengan terang-terangan, baik amal baik tersebut adalah amal yang merupakan muamalah seseorang dengan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- ataupun amal baik tersebut merupakan amal yang merupakan muamalah sesamanya. Sungguh tak ada sesuatu pun dari amal baik itu yang akan tersia-siakan di sisi Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى.

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ

Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu (al-Baqarah: 143).

Yakni, Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- tidak akan menyia-nyiakan amal-amal kalian.

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- juga berfirman,

فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّي لَا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى

Maka, Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman),Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan perbuatan orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan…’” (Ali Imran: 195)

Maka, carilah pahala di sisi Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, dan ketahuilah bahwa sesuatu yang tersia-siakan di antara manusia dan apa-apa yang kamu lupakan dari amal saleh, hal tersebut telah tercatat dengan baik secara sempurna.

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

إِنْ كُلُّ نَفْسٍ لَمَّا عَلَيْهَا حَافِظٌ

Setiap orang pasti ada penjaganya. (ath-Thalaq: 4)

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- juga berfirman,

إِنَّا كُنَّا نَسْتَنْسِخُ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

“Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan.” (al-Jatsiyah: 29)

Ya Allah! Bantunlah kami untuk mentaati-Mu, dan jadikanlah kami termasuk golongan-Mu dan wali-wali-Mu.

**

Bertakwalah kalian kepada Allah –wahai orang-orang yang beriman! Karena sesungguhnya bertakwa kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- itu merupakan keselamatan bagi orang-orang yang mengerjakannya di dunia dan di akhirat.

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

وَيُنَجِّي اللَّهُ الَّذِينَ اتَّقَوْا بِمَفَازَتِهِمْ لَا يَمَسُّهُمُ السُّوءُ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Allahmenyelamatkan orang-orang yang bertakwa karena kemenangannya sehingga mereka tidak disentuh oleh azab dan tidak bersedih. (az-Zumar: 61)

Wahai hamba-hamba Allah! Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- telah bersabda, sebagaimana diriwayatkan oleh imam Muslim di dalam shahihnya dari hadis Ma’qil bin Sinan -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-,

الْعِبَادَةُ فِي الْهَرْجِ كَهِجْرَةٍ إِلَيَّ

“Ibadah di masa al-Harj seperti hijrah kepadaku.”

Yakni, ibadah di waktu munculnya dan menyebarnya berbagai macam fitnah dan banyaknya kerusakan di tengah-tengah manusia, kedudukannya seperti hijrah kepada Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- dalam hal ganjaran dan pahalanya, dan dalam hal penjagaan dan pemeliharaannya.

Sungguh, dunia ini telah penuh dengan berbagai warna-warni bentuk fitnah, berbagai macam dan ragam keburukan. Karenanya, setiap muslim hendaknya bersungguh-sungguh dan mengerahkan segenap daya dan upaya, serta menambah hal itu di musim-musim kebaikan. Sementara, saat ini kalian tengah berada di musim-musim Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, di dalamnya terdapat kebaikan-kebaikan dan pemberian-pemberian dari-Nya, di dalamnya terdapat anugerah dan karunia-Nya, di dalamnya terdapat beragam keutamaan dan kebaikan dari-Nya.

Maka, orang yang berakal adalah orang yang memanfaatkan dengan baik waktu ini dengan melakukan hal-hal yang diridai-Nya, di mulai dengan menyempurnakan perkara-perkara yang diwajibkan dan senantiasa memeriksanya (apakah telah dilakukannya dengan sempurna ataukah belum dilakukannya dengan sempurna?), karena tidaklah seorang hamba melakukan pendekatan diri kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dengan melakukan sesuatu yang lebih dicintai-Nya daripada seorang hamba mendekatkan diri kepada-Nya dengan sesuatu yang diwajibkan-Nya kepada dirinya.

Karena itu, periksalah dirimu terkait dengan salatmu, zakatmu, puasamu, hajimu, hak-hak kedua orang tuamu, amanat-amanat yang dipikulkan kepadamu.

Periksalah dirimu saat kesendirianmu. Periksalah dirimu saat keadaanmu bersama orang lain.

Periksalah hatimu! Apakah ia kosong dari penyakit-penyakit dan hal-hal yang akan membinasakan dirimu berupa ujub dan kesombongan dan semua jenis penyakit yang lainnya, seperti hasad, dendam, kebencian, dan lainnya, ataukah justru hatimu penuh dengan beragam penyakit-penyakit itu?

Periksalah lisanmu! Apakah lisanmu terpenjarakan dari mengghibah (menggunjing), mengadu-domba, menghina dan mencerca orang lain ataukah tidak?

Dan, periksalah pula keadaan-keadaanmu! Apakah setiap keadaan-keadaanmu dalam perkara yang diridhaiNya ataukah sebaliknya, tidak diridhai-Nya?. Apakah keadaanmu dalam ketaatan kepada-Nya ataukah sebaliknya justru dalam kemaksiatan kepada-Nya?

Lalu, jika engkau telah menyempurnakan perkara-perkara yang diwajibkan, maka bergembiralah! Karena sesungguhnya hal itu merupakan sesuatu yang paling afdhal (paling utama) yang digunakan olehmu untuk mendekatkan diri kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-  di semua waktu dan di waktu-waktu dan musim-musim kebaikan. Hal tersebut merupakan seutama-utama hal yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Kemudian, setelah itu, pintu-pintu ketaatan dan kebaikan terus terbuka, tidak ada batasnya, dan tidak ada penghalangnya, kecuali apa-apa yang ada pada dirimu sendiri berupa kemalasan dan sikap meremehkan.

Kemudian, (kata Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dalam hadis qudsi)

وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِليَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ : كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا ، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا

“Senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amal-amal tambahan (yang dianjurkan dalam Islam) sehingga Aku-pun mencintainya. Lalu jika Aku telah mencintai seorang hamba-Ku, maka Aku akan selalu membimbingnya dalam pendengarannya, membimbingnya dalam penglihatannya, menuntunnya dalam perbuatan tangannya dan meluruskannya dalam langkah kakinya. (HR. al-Bukhori, no. 6502)

Empat hal ini memberikan gambaran kebersamaan (Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-) yang sempurna terhadap seorang hamba dalam hal pemberian pertolongan, penguatan, penjagaan dan pemeliharaan, serta bimbingan dan arahan kepada yang benar. Maka, Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- besertamu pada pendengaranmu bila Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- mencintaimu. Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- besertamu pada pandanganmu bila Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- mencintaimu. Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى -pun besertamu dalam langkah-langkahmu bila Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- mencintaimu. Jika Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- mencintaimu, niscaya Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-besertamu pada saat engkau melakukan gerakan demi gerakan dan pada saat engkau diam, tidak melakukan gerakan-gerakan.

Kemudian, engkau tidak akan kosong dari mendapatkan kebutuhanmu yang engkau inginkan, atau engkau akan mendapatkan keamanan dari hal-hal yang engkau khawatirkan akan terjadinya. Karena itu, bergembiralah!

Kata Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-,

وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيْذَنَّهُ

Jika dia memohon kepada-Ku maka Aku akan penuhi permohonannya, dan jika dia meminta perlindungan kepada-Ku maka Aku akan berikan perlindungan kepadanya. (HR. al-Bukhori, no. 6502)

Hal itu tidaklah akan terjadi melainkan pada orang-orang yang Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- cintai.

Tidakkah kalian suka untuk menjadi bagian dari golongan mereka itu, golongan orang-orang yang dicintai oleh Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- ?

Sungguh jalan (menuju ke sana) senantiasa terbuka. Tidak ada penghalang antara diri Anda dan antara sampainya Anda kepada kedudukan itu. Tidak pula ada sesuatupun yang  mencegahmu untuk sampai kepada kedudukan itu melainkan kurang optimalnya dirimu dan sikap pengabaianmu. Karena itu, bersungguh-sungguhlah dan kerahkanlah segenap kesungguhanmu secara maksimal dan optimal.

Bila engkau tidak bersungguh-sungguh dan tidak memaksimalkan dan tidak mengoptimalkan segenap kesungguhanmu di hari-hari ini, maka kapankah kesemangatan itu? kapan pula amal (dilakukan)? kapan pula kesungguhan itu ada?

Karena, jika tidak ada upaya dari kita untuk meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan, bersungguh-sungguh menghadapkan diri kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, menyesali kesalahan-kesalahan, bersemangat untuk melakukan kebaikan, bersegera menunaikan kewajiban-kewajiban semisal salat dan yang lainnya di musim-musim ini, niscaya hal itu akan jauh kemungkinan adanya pada diri kita di waktu-waktu lainnya.

Sungguh kita saat-saat ini telah terbantu dengan iklim yang kondusif, banyaknya orang-orang yang gemar melakukan ketaatan, dibelenggunya setan-setan, dan bantuan dari Rabb semesta alam berupa dibukanya pintu-pintu Surga, ditutupnya pintu-pintu Neraka. Karena itu, hendaknya kita jujur dan benar-benar di dalam menghadapkan diri kita kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dan hendaknya pula kita bergembira karena sesungguhnya Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- memberikan imbalan yang banyak atas amal yang sedikit. Dan, jika diketahui dari hatimu kejujuran dan kesungguhan dalam menghadapkan diri kepada-Nya, niscaya Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- mudahkan sebabnya untukmu.

Problem  itu-wahai saudara-saudaraku- bukanlah pada tidak adanya amal yang hendaknya dilakukan. Tetapi, sesungguhnya problem itu hanyalah terletak  pada lemahnya keinginan untuk melakukannya. Karena itu, jika Anda benar-benar dan jujur berkeinginan untuk beramal niscaya Anda akan siap menguasai diri untuk melakukan sesuatu sekalipun hal tersebut merupakan hal-hal yang sulit.

Dan bila Anda jujur dan benar-benar berkeinginan untuk mencari hidayah dan istiqmah, niscaya Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى -akan mudahkan untukmu sebab-sebabnya. Karena itu, bersunguh-sungguhlah dan kerahkanlah segenap kesungguhanmu secara maksimal dan optimal!

Dan, ketahuilah bahwasanya bantuan dan pertolongan dari Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berhak Anda dapatkan bila mana Anda memang benar-benar dan jujur terhadap Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dalam upaya menghadapkan dirimu kepada-Nya untuk mentaati-Nya. Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

“Orang-orang yang berusaha dengan sungguh-sungguh untuk (mencari keridaan) Kami benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat kebaikan. (al-Ankabut: 69)

 

Ya Allah!

Jadikanlah kami termasuk hamba-hamba-Mu yang bertakwa, golonganmu yang beruntung, dan wali-walimu yang shalih.

Ya Allah!

Tolonglah kami untuk mentaati-Mu. Palingkanlah kami dari bermaksiat kepada-Mu.

Ya Allah!

Ambillah ubun-ubun kami, dan tuntunlah ia kepada hal yang engkau cintai dan Engkau ridhai. Dan, palingkanlah keburukan dan kekejian dari kami

Ya Allah!

Tolonglah kami untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan memperbagus ibadah kepada-Mu.

Jadikanlah kami orang-orang yang senantiasa berharap kepada-Mu dan takut kepada-Mu, dan orang-orang yang kembali kepada-Mu. Amin.

(Redaksi)

 

Sumber:

Diringkas dari khutbah Jum’at berjudul, ‘Ad-Dunya Maidanu Sibaqin’, Syaikh Prof.Dr. Khalid bin Abdullah al-Mushlih حَفِظَهُ اللهُ تَعَالَى