tidak tepatIbnu Ishaq rahimahullah berkata dalam pembahasan beliau tentang Perang Badr:

[sc:BUKA ]وَمَضَتْ قُرَيْشٌ حَتّى نَزَلُوا بِالْعُدْوَةِ الْقُصْوَى مِنْ الْوَادِي، …… فَخَرَجَ رَسُولُ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ يُبَادِرُهُمْ إلَى الْمَاءِ حَتّى إذَا جَاءَ أَدْنَى مَاءٍ مِنْ بَدْرٍ نَزَلَ بِهِ[sc:TUTUP ]

” Dan Quraisy pun berjalan hingga mereka singgah di tepi lembah yang jauh dari Madinah ……Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar mendahului mereka untuk sampai di mata air, hingga ketika beliau sampai di tempat yang paling dekat dengan mata air di daerah Badr beliau shallallahu ‘alaihi wasallam singgah di tempat tersebut.

Ibnu Ishaq rahimahullah melanjutkan ucapannya:

[sc:BUKA]فَحُدّثْت عَنْ رِجَالٍ مِنْ بَنِي سَلِمَةَ أَنّهُمْ ذَكَرُوا : أَنّ الْحُبَابَ بْنَ الْمُنْذِرِ بْنِ الْجَمُوحِ قَالَ: يَا رَسُولَ اللّهِ أَرَأَيْت هَذَا الْمَنْزِلَ أَمَنْزِلًا أَنْزَلَكَهُ اللّهُ لَيْسَ لَنَا أَنْ نَتَقَدّمَهُ وَلَا نَتَأَخّرَ عَنْهُ أَمْ هُوَ الرّأْيُ وَالْحَرْبُ وَالْمَكِيدَةُ ؟ قَالَ: بَلْ هُوَ الرّأْيُ وَالْحَرْبُ وَالْمَكِيدَةُ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللّهِ فَإِنّ هَذَا لَيْسَ بِمَنْزِلِ فَانْهَضْ بِالنّاسِ حَتّى نَأْتِيَ أَدْنَى مَاءٍ مِنْ الْقَوْمِ ، فَنَنْزِلَهُ ثُمّ نُعَوّرَ مَا وَرَاءَهُ مِنْ الْقُلُبِ ثُمّ نَبْنِيَ عَلَيْهِ حَوْضًا فَنَمْلَؤُهُ مَاءً ثُمّ نُقَاتِلَ الْقَوْمَ فَنَشْرَبَ وَلَا يَشْرَبُونَ فَقَالَ رَسُولُ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ: ” لَقَدْ أَشَرْت بِالرّأْيِ . فَنَهَضَ رَسُولُ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ وَمَنْ مَعَهُ مِنْ النّاسِ فَسَارَ حَتّى إذَا أَتَى أَدُنَى مَاءٍ مِنْ الْقَوْمِ نَزَلَ عَلَيْهِ ثُمّ أَمَرَ بِالْقُلُبِ فَعُوّرَتْ وَبَنَى حَوْضًا عَلَى الْقَلِيبِ الّذِي نَزَلَ عَلَيْهِ فَمُلِئَ مَاءً ثُمّ قَذَفُوا فِيهِ الْآنِيَةَ [sc:TUTUP ]

” Aku diberitahu dari beberapa orang laki-laki dari Bani Salamah, bahwasanya mereka menyebutkan:” Sesungguhnya al-Hubaab bin al-Mundzir bin al-Jamuh berkata:” Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kabarkan kepadaku tentang tempat persinggahan ini, apakah ia adalah tempat yang Allah pilihkan (wahyukan) untuk anda, sehingga kami tidak punya pilihan untuk maju maupun mundur (berpindah) darinya, ataukah ia adalah sebuah pendapat, strategi perang atau sebuah siasat saja?” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:” (bukan wahyu, ed) Akan tetapi ia adalah sebuah pendapat, strategi perang dan sebuah siasat.” Lalu dia (al-Hubaab) berkata:” Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sesungguhnya ini bukan tempat yang tepat, bangkitlah bersama orang-orang hingga kita sampai lebih dekat dengan sumber air dibandingkan mereka, lalu kita singgah di sana, kemudian kita timbun sumur-sumur setelahnya. Kemudian kita bangun di sana telaga, lalu kita penuhi ia dengan air, kemudian kita berperang dengan mereka, sehingga kita bisa minum dan mereka tidak.”

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:” Sungguh engkau telah mengusulkan sebuah pendapat (yang bagus).” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan orang-orang yang bersama beliau pun bangkit dan berjalan, hingga ketika sampai di tenpat yang lebih dekat dengan sumber air dibandingkan mereka beliau singgah di tempat teresebut. Kemudian beliau memerintahkan untuk mencari sumur-sumur dan menimbunnya, dan membangun telaga di sumur yang beliau singgah di sana, lalu diisilah telaga itu dengan air, kemudian mereka melemparkan bejana ke dalamnya.”

Syaikh al-Albani rahimahullah berkata:” Dan ini adalah sanad yang dha’if (lemah) dikarenakan jahalah (tidak diketahuinya) perantara antara Ibnu Ishaq dan beberapa orang laki-laki dari Bani Salamah. Dan Imam al-Hakim rahimahullah membawakannya secara maushul (bersambung) dari hadits al-Hubaab dan di dalam sanadnya ada orang yang tidak aku kenal. Dan Imam adz-Dzahabi rahimahullah berkata di dalam Takhish-nya:’ Aku berkata:’ (ini) Hadits munkar, dan dalam sanadnya.’ Demikianla dalam kitab aslinya, dan mungkin saja terluput (hilang) darinya kalimat “Wahin (lemah)” atau yang semisalnya. Dan diriwayatkan oleh al-Umawi sebagaimana dalam al-Bidayah (3/267) dan di dalamnya ada al-Kalbi dan ia adalah kadzdzab (sangat pendusta).” (Takhrij Fiqhus Sirah Lil Ghazali hal. 234, dan riwayat imam al-Hakim ada di dalam al-Mustadrak 3/482)

Dan beliau (syaikh al-Albani) rahimahullah berkata dalam kitab Difa’ ‘Anil Hadits:” Dan ini adalah sanad mursal dan majhul, maka ia adalah dha’if. Dan sebagian ulama meriwayatkannya secara maushul (bersambung), namun di dalamnya ada perawi yang tidak dikenal dan perawi yang lain kadzdzab.” (Difa’ ‘Anil Hadits an-Nabawi was Sirah hal. 26)

Kemudian beliau rahimahullah menjawab apa yang disebutkan oleh al-Hafizh (Ibnu Hajar) rahimahullah dalam kitab al-Ishabah di dalam menjelaskan biografi al-Hubaab di dalam di salamnya al-Hafizh rahimahullah berkata:” Ibnu Ishaq rahimahullah berkata di dalam as-Sirah:’ Telah mengabarkan kepadaku Yazid bin Ruman dari ‘Urwah dan yang lainnya dalam kisah perang Badr…” (al-Ishabah 1/302) dengan sebuah jawaban yang kesimpulannya adalah bahwa apa yang disebutkan oleh al-Hafizh rahimahullah tidak ada di dalam Sirah Ibnu Ishaq yang tersebar (terkenal). Sebagaimana juga riwayat tersebut mursal, dan mursal termasuk dari bagian hadits dha’if. Selesai perkataan syaikh al-Albani rahimahullah.

Dan beliau rahimahullah membawakan hadits tersebut dalam adh-Dha’ifah (Silsilah al-Ahadits adh-Dha’ifah) dan beliau berkata:” Dha’if, walauoun terkenal dalam kitab-kitab al-Maghazi (kitab tentang peperangan).” (Silsilah al-Ahadits adh-Dha’ifah: 7/451)

Dan khabar (hadits) yang disandarkan oleh al-Hafizh rahimahullah kepada Ibnu Ishaq rahimahullah diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam kitab ad-Dala’il (Dala’ilun Nubuwah) dari jalur Ibnu Ishaq secara mursal. (Dala’ilun Nubuwah: 3/31). Dan beliau (al-Baihaqi) dalam as-Sunan al-Kubra berkata:” Dan diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam al-Marasil dari Muhammad bin ‘Ubaid dari Hamad dari Yahya bin Sa’id dia berkata:’ Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bermusyawarah pada perang Badr, lalu al-Hubaab radhiyallahu ‘anhu berkata:…'” (as-Sunan al-Kubra 9/85)

Dan kisah ini didha’ifkan oleh syaikh Sa’d al-Humaid rahimahullah. (Mukhtashar Istidrak adz-Dzahabi karya Ibnul Mulaqin 5/2139)

Dan hendaknya diketahui bahwa pengambilan pendapat oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari pendapat para shahabat beliau telah datang (disebutkan) dalam hadits-hadits yang shahih, sebagaimana dalam musyawarah beliau dengan para shahabat pada sebelum perang Badr, kemudian dalam masalah tawanan (perang Badr), dan dalam masalah perang Uhud, masalah hudaibiyah, malah Haditsatul Ifki dan lain-lain.

(Sumber: ما شاع ولم يثبت hal 110-111. Diterjemahkan dan diposting oleh Abu Yusuf Sujono)