Nash Hadits

Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

 “Tidak ada sebuah fitnah sepeninggalku, yang lebih besar mudharatnya bagi kaum lelaki daripada (fitnah) wanita.”

 

Takhrij Hadits

Derajat hadits shahih. Dikeluarkan oleh al-Bukhari dengan nomor 5096, Muslim dengan nomor 2741, Ibnu Majah dengan nomor 3998, al-Baihaqi dalam as-Sunan al-Kubra dengan nomor 13522, Ibnu Hibban dalam shahihnya nomor 5967, 5969, 5970, Ahmad (36/75), (36/151). Lafaz hadits milik Muslim.

 

Makna Mujmal

Yang dimaksud dengan fitnah dalam hadits diatas ialah ujian dan musibah yang disebabkan oleh wanita. Sehingga makna hadits secara mujmal ialah bahwasanya tidak ada ujian atau musibah yang menimpa kaum lelaki melebihi musibah yang disebabkan oleh para wanita.

 

Kenapa Disebut Ujian Terbesar?

Berkata al-Mubarakfuriy, “(Fitnah wanita disebut) lebih besar mudharatnya bagi kaum lelaki, dikarenakan tabiat (lelaki) yang cenderung tinggi kepada mereka. Dan tidaklah perbuatan haram (banyak) dilakukan, melainkan disebabkan karena mereka. Peperangan dan permusuhan pun menyala disebabkan mereka. Dan yang paling ringan dari semua itu ialah, setidaknya mereka (banyak) memotivasi lelaki untuk mengejar dunia (semata), dan fitnah manakah yang lebih besar daripada ini?” (Tuhfatul Ahwadziy, hal. 2095).

 

Berkata al-Qurthubiy, “Fitnah wanita lebih dahsyat dari fitnah apapun. Dan dikatakan bahwa wanita memiliki dua macam fitnah, sedangkan anak memiliki satu macam fitnah. Adapun dua macam fitnah pada wanita yakni:

Pertama: Memutus tali silaturahim. Sebab wanita acapkali menyuruh suaminya untuk memutuskan tali silaturahim dengan ibu dan saudara perempuannya.

 Kedua: Memberikan musibah pada suami, (dengan menyuruhnya) untuk mengumpulkan harta, baik yang halal maupun yang haram. Sedangkan fitnah anak yakni hanya satu macam, sebab lelaki (sebagai kepala keluarga) dituntut untuk mengumpulkan harta demi mereka (bagaimana pun caranya).”( al-Jami’ Li ahkam al-Qur’an, 4/29).

 

Antara Sumber Kebaikan dan Fitnah

Kehidupan wanita tidak terlepas dari bayang-bayang fitnah. Diantara fitnah yang dimiliki wanita bagi kaum lelaki ialah:

1.Kufru al-Asyir

Kufru al-Asyir yaitu pengingkaran seorang istri terhadap perbuatan baik suaminya. Masuk dalam kategori ini ialah para istri yang jelek akhlaknya terhadap suaminya, membantah perintah suaminya dalam perkara-perkara yang ma’ruf.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya):

“’Neraka diperlihatkan kepadaku, maka aku melihat kebanyakan penghuninya ialah para wanita, sebab mereka melakukan kekufuran (pengingkaran).’ Maka dikatakan, ‘Wahai Nabi! Apakah mereka kufur kepada Allah?’ Maka beliau menjawab, ‘Mereka kufur (mengingkari) pemberian suami, dan mengingkari kebaikannya. Andaikata engkau (sebagai suami) berbuat baik kepada salah seorang dari mereka selama setahun, kemudian ia melihat satu perbuatan yang tidak disukainya darimu, niscaya ia akan berkata, ‘Aku tidak melihat kebaikan sedikit pun darimu.’” (HR. al-Bukhari no. 29).

2. Fitnah Syahwat

Wanita adalah aurat, jika aurat ditampakkan maka syahwat dengan sangat mudah tergoda untuk meliriknya. Oleh karenanya syariat memerintahkan para wanita untuk melazimi (berdiam diri di dalam) rumah mereka, dan tidak keluar rumah kecuali untuk kebutuhan, itupun dengan menutup seluruh tubuh mereka dengan hijab syar’i.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ، وَإِنَّهَا إِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ، وَإِنَّهَا لَا تَكُونُ إِلَى وَجْهِ اللَّهِ أَقْرَبُ مِنْهَا فِي قَعْرِ بَيْتِهَا

 “Wanita adalah aurat, jika ia keluar maka setan akan menghiasinya (dengan godaan yang mengundang syahwat). Sehingga  saat yang paling dekat antara seorang wanita dengan Rabbnya ialah manakala ia berdiam di dalam kamarnya.” (HR. Ibnu Hibban, no. 5599).

3. Fitnah Rayuan

Rayuan istri boleh jadi menjadi sebab utama seorang suami berani mengambil harta haram. Sebagaimana rayuan wanita juga sering menyulut percekcokkan diantara dua belah pihak. Memperebutkan wanita juga kerapkali menjadi dalang utama sebuah pertikaian. Semua itu didorong oleh tabiat lelaki yang lemah terhadap bujuk rayu wanita dan kecantikannya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا

 “Allah hendak memberikan keringanan untuk kalian. Dan manusia (yakni lelaki) diciptakan lemah (dihadapan wanita).” (QS. An-Nisa: 28).

Wanita tidak selalu dimutlakkan sebagai penyulut fitnah, namun kadangkala ia juga dimutlakkan sebagai pintu kebaikan. Diantara kebaikan yang dimiliki wanita:

 

1.Sebaik-baik Perhiasan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ

 “Dunia adalah perhiasan. Dan sebaikbaik perhiasan dunia ialah wanita shalihah.” (HR. Muslim no. 1467).

 

2. Syafaat Bagi Orang Tua

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ ابْتُلِيَ مِنْ هَذِهِ الْبَنَاتِ بِشَيْءٍ كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنْ النَّارِ

“Barangsiapa diuji dengan anak-anak perempuan kemudian dia tetap (bersabar dan) berbuat baik kepada mereka, maka mereka kelak akan menjadi penghalang dari api neraka baginya.” (HR. al-Bukhari no. 1418, Muslim no. 2629).

 

3. Menjadi Ibunda

Wanita adalah ibunda, yang berhak mendapatkan kebaktian tiga kali lipat dari kebaktian seorang anak kepada ayahnya. Surga pun berada di bawah kakinya, karena kebaktian seorang anak kepadanya merupakan jalan menuju surga.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

اِلْزَمْهَا فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ أَقْدَامِهَا

“Jaga betul-betul ibumu (dengan berbakti kepadanya), karena sesungguhnya surga berada di bawah kakinya.” (Al-Jami’ Ash-Shagir no. 2129, Hasan).

 

4. Madrasah Terbaik

Wanita merupakan madrasah terbaik bagi anak-anak mereka. Baik buruknya anak, berkaitan erat dengan metode pendidikan seorang ibu kepada anaknya. Oleh karenanya nasib sebuah bangsa secara umum, bergantung kepada baik buruknya seorang wanita.

Seorang pujangga sastra berkata:

Seorang ibu adalah madrasah, jika engkau mempersiapkan mereka

Sejatinya engkau mempersiapkan sebuah bangsa yang baik jiwanya

 

Menjadi Sumber Kebaikan

Agar wanita menjadi sumber kebaikan, maka hendaknya ia menjaga kewajiban-kewajiban agama, mentaati suami, mengenakan hijab syar’i yang menutup seluruh tubuh, menjaga lisannya, tidak banyak keluar rumah, tidak berbicara dengan non mahram kecuali jika dibutuhkan.

Peran wanita sungguh sangat urgen. Eksistensi sebuah bangsa pun sangat bergantung pada baiknya seorang wanita. Jika setiap wanita menjalankan perannya dengan baik, maka sangat dimungkinkan generasi seperti Imam Syafi’i bisa tercetak kembali. Wallahu A’lam. (Abu Ukasyah Sapto B. Arisandi).

 

Referensi :

  1. As-Sunan al-Kubra, Dar al-Kutub al-Ilmiyah.
  2. Shahih Ibnu Hiban, Muasasah ar-Risalah.
  3. Musnad Ahmad, Muasasah ar-Risalah.