Allah ‘Azza wajalla berfirman,

وَهِيَ تَجْرِي بِهِمْ فِي مَوْجٍ كَالْجِبَالِ وَنَادَى نُوحٌ ابْنَهُ وَكَانَ فِي مَعْزِلٍ يَا بُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَا وَلَا تَكُنْ مَعَ الْكَافِرِينَ . قَالَ سَآوِي إِلَى جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاءِ قَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلَّا مَنْ رَحِمَ وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ

Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil, “Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama Kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.”

Anaknya menjawab, “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!” Nuh berkata: “tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) yang Maha Penyayang”. Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.(Qs. Huud : 42-43)

Mengikuti Jejak orang-orang beriman, berteman dengan mereka, dan bergabung bersama mereka adalah cara yang benar untuk menggapai keselamatan. Karena mereka senantiasa mendapat perlindungan dan jpertolongan dari Allah. Bahkan ketika mereka diombang-ambingkan oleh gelombang fitnah. Meskipun sarana yang mereka miliki sangat sederhana. Seperti kapal kayu di tengah gelombang setinggi gunung.

Sebaliknya, mengikuti jejak orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bergabung bersama mereka adalah jalan menuju kehancuran. Meskipun mereka memiliki sarana fisik yang sangat kuat, seperti gunung yang tinggi dan kokoh.

(Fahd al-Aiban, “Liyaddabbaruu Aayaatii”, ei, hal.139)