PalestinaRamallah – Jalan damai yang hendak ditempuh oleh Israel ibarat menanti air hujan di musim kemarau. Sebagimana yang dilansir oleh beberapa media nasional maupun internasional, pekan lalu melalui Perdana menterinya, Benjamin Netanyahu, Israel menawarkan jalan damai dengan syarat Palestina harus mengakui Israel sebagai Negara Yahudi. Menurutnya, pengakuan tersebut dianggapnya sebagai titik serius kedua Negara untuk berdamai yang selama ini terus didera oleh konflik yang berkepanjangan.

Opsi yang ditawarkan Israel sepertinya tidak akan berjalan mulus, terlebih dalam resolusi yang dikeluarkan oleh Liga Arab di Kairo, Ahad (9/3), sebagaimana yang dilansir oleh media nasional republika, “Menteri-menteri luar negeri Arab hari Minggu menolak tuntutan Israel agar Palestina mengakui Israel sebagai negara Yahudi, dengan mengatakan langkah semacam itu akan mengganggu hak-hak pengungsi Palestina.”

Resolusi tersebut telah menyalahkan Israel dikarenakan mereka dianggap telah menyulitkan jalan perundingan perdamaian yang selama ini digaungkan. Bahkan, tindakan Israel tersebut dianggapnya hanya omong kosong belaka. Terlebih pemimpin Palestina Mahmoud Abbas secara terang-terangan menyatakan bahwa ia tidak akan mengakui Israel sebagai Negara Yahudi meskipun menghadapi tekanan kuat internasional.

El-Araby juga menyatakan bahwa upaya yang ditawarkan Israel hanyalah jalan untuk menggagalkan pembicaraan, dan menyerukan peninjaun kembali terhadap jalannya perundingan.

Inilah yang kerap dilakukan oleh Israel tatkala jalan perundingan di antara keduanya diserukan oleh dunia internasional. Kalau diperhatikan, opsi yang ditawarkan oleh Israel agar Palestina mengakuinya sebagai Negara Yahudi menunjukkan bahwa perbedaan keduanya semakin runcing dan sulit untuk menempuh jalan damai.

Oleh: Saed As-Saedy