Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Katakanlah, Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. Al-Jumu’ah: 8).

 

Kematian Pasti Menjemput

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ

Katakanlah, Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu.

Ayat di atas mengkabarkan kepada kita bahwa kematian pasti menjemput, meskipun manusia berusaha lari darinya. Sesungguhnya kematian adalah kenyataan pahit lagi menakutkan, yang menghadapi setiap makhluk yang bernyawa dan tidak ada tempat pelarian lagi jika berada di hadapannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

 Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. (QS. Ali Imran: 185).

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكْكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ

Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, Kendatipun kamu di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh. (QS. An-Nisa’: 78).

Jadi, kematian pasti akan menjemput seseorang sesuai apa yang ditakdirkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, walaupun dia berusaha menghindarinya. Hal ini seperti yang Allah Subhanahu wa Ta’ala kisahkan dalam al-Qur’an:

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَهُمْ أُلُوفٌ حَذَرَ الْمَوْتِ فَقَالَ لَهُمُ اللَّهُ مُوتُوا ثُمَّ أَحْيَاهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; Maka Allah berfirman kepada mereka, Matilah kamu, kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur. (QS. Al-Baqarah: 243).

Kematian adalah penutup kehidupan (di dunia-Edt.), semuanya akan mengalaminya, akan tetapi tempat kembali mereka berbeda-beda. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَرِيقٌ فِي الْجَنَّةِ وَفَرِيقٌ فِي السَّعِيرِ

 Segolongan masuk surga, dan segolongan masuk Jahannam. (QS. Asy-Syuraa: 7).

 

Misteri Di Balik Kematian

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. Al-Jumu’ah: 8).

Ayat di atas juga mengabarkan bahwa kematian bukanlah penutup dari segalanya. Akan tetapi masih ada perjalanan panjang yang harus ditempuh dan dilalui. Di sanalah kehidupan yang sebenarnya, karena kehidupan tersebut adalah kekal, adapun kehidupan sebelum kematian adalah fana. Inilah yang sebetulnya ditakuti oleh setiap manusia, kenapa mereka takut mati. Bahwasannya manusia akan dikembalikan kepada penciptanya dan dikabarkan kepada mereka tentang apa yang dilakukannya di dunia. Maka barang siapa yang amal baiknya lebih banyak ia akan bahagia dan barang siapa yang amal buruknya lebih banyak maka ia akan celaka.

 

Perintah Mengingat Kematian

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kepada kita semua untuk mengingat kematian. Beliau bersabda:

أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَادِمِ اللَّذَّاتِ

 Perbanyaklah oleh kalian mengingat pemutus kenikmatan (yakni kematian). (HR. At-Tirmidzi, no. 2307. Syaikh Albani berkata dalam Mishkaatul Mashaabiih (1/504), “Shahih”).

 

Akibat Lupa Dengan Kematian

Sesungguhnya kematian adalah musibah, dan melupakan kematian adalah musibah yang lebih besar lagi, karena lupa dengan kematian menyebabkan hati seseorang menjadi lalai dan keras, menunda taubat dan cinta dunia. Syaikh Muhammad Nashruddin ‘Uwaidhah berkata, Bahwasanya melupakan kematian dan lalai terhadapnya akan mewariskan tiga hal, (yaitu) hati yang keras, menundanunda

taubat dan cinta dunia yang dimana seseorang mencintainya dan menggantungkan hati kepadanya maka akan menyebabkan sibuk (dengannya)

dan tidak akan meninggalkan selamanya, maka ia adalah puncak segala musibah dan sumber segala keburukan.

 

Nasihat Ulama Untuk Mengingat Kematian

  1. Sebagian ahli hikmah berkata kepada salah satu temannya, Wahai saudaraku, waspadalah terhadap kematian di negeri ini (dunia) sebelum engkau sampai pada suatu negeri dimana engkau mengharapkan kematian sedangkan engkau tidak akan mendapatinya.
  2. Dahulu Umar bin Abdul ‘Aziz rahimahullah mengumpulkan para ahli fikih lalu mengingat kematian, hari kiamat dan akhirat, kemudian mereka menangis dan hingga seakan-akan di depan mereka ada janazah.
  3. Shafiyyah radhiyallahu ‘anha berkata, Bahwasanya ada seorang wanita yang mengadu kepada Aisyah radhiyallahu anha tentang hatinya yang keras, maka ia berkata, Perbanyaklah mengingat kematian niscaya hatimu akan menjadi lunak. Lalu wanita tersebut melakukannya dan menjadi lunaklah hatinya, maka setelah itu ia datang ke Aisyah radhiyallahu anha dan berterimakasih kepadanya.

 

Faedah Mengingat Kematian

Mengingat kematian sangat banyak manfaatnya, diantaranya ialah:

  1. Mengingat kematian dapat mendorong untuk menghadapi kematian sebelum menjemputnya.
  2. Mengingat kematian dapat memendekkan angan-angan, karena panjang angan termasuk sebab ghaflah (lalai).
  3. Mengingat kematian menjadikan seseorang hidup zuhud di dunia dan bersikap qana’ah.
  4. Mengingat kematian dapat meringankan musibah dunia.
  5. Mengingat kematian dapat menghalangi seseorang bersikap sombong dan bermegah-megahan dalam hidup.
  6. Mengingat kematian dapat mendorong seseorang untuk bertaubat dan menyadari kesalahan yang ia lakukan.
  7. Mengingat kematian dapat melunakkan hati.
  8. Mengingat kematian dapat mendorong seseorang untuk bersikap tawadhu’.
  9. Yahya bin Mu’adz berkata, Barang siapa yang memperbanyak mengingat kematian maka ia tidak akan mati sebelum (datang) ajalnya, dan dimasuki tiga sifat baik, yang pertama; bersegera untuk bertaubat, yang kedua; qanaah dengan rizki yang sedikit, dan yang ketiga; bersemangat dalam beribadah.

 

Kiat-Kiat Untuk Mengingat Kematian

  1. Ziarah kubur.
  2. Ikut memandikan mayit.
  3. Menghadiri seseorang yang sedang sekarat.
  4. Menshalatkan mayit dan mengiringinya hingga pemakaman.
  5. Membaca al-Qur’an, terutama ayat-ayat yang menyebutkan tentang kematian dan akhirat.
  6. Merenungkan adanya uban dan datangnya rasa sakit, karena keduanya adalah utusan Malaikat Maut.
  7. Mengambil Pelajaran dari kejadian alam yang Allah Subhanahu wa Ta’ala jadikan sebagai pengingat kematian,seperti gempa, banjir, terjadinya gerhana matahari dan bulan serta kejadian alam yang menakjubkan lainnya.

Saudaraku seiman, kematian pasti akan memanggil kita, dimanapun dan kapanpun kita berada, maka janganlah melalaikannya. Marilah kita selalu mengingatnya, karena dengan mengingatnya kita akan selalu sadar bahwa kita di dunia hanya sementara dan akan berjumpa dengan Rabb kita serta akan dimintai pertanggung jawaban di hadapanNya. Wallahu alam. (Abu Sa’ad Muhammad Farid, Lc.).

 

Referensi:

  1.  Al-Qur’an al-Kariim.
  2.  Fashlul Khithaab Fiz Zuhdi War Raqaaiq Wal Aadaab, Syaikh Muhammad Nashruddin ‘Uwaidhah, dll.