Rezeki, jatah pasti para makhluk

Setiap makhluk yang ada di muka bumi ini pasti mendapat jatah rezeki, dan rezeki anak Adam telah ditulis sebelum ia terlahir di dunia ini. Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

 Dan tidak ada satupun makhluk yang berjalan di muka bumi melainkan Allahlah yang memberi rezekinya. (QS. Huud: 6).

Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di berkata, Maksudnya, seluruh yang berjalan di muka bumi ini, baik dari kalangan manusia maupun binatang yang ada di darat atau di laut, maka Allah telah menjamin rezeki dan makanan mereka. Jadi, rezeki mereka telah dijamin oleh Allah. (Tafsir As-Sadi, hal. 422.).

Dalam hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الَْلَكُ فيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ، وَأَجَلِهِ، وَعَمَلِهِ، وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ

 Kemudian diutuslah Malaikat kepadanya untuk meniupkan ruh di dalamnya, dan diperintahkan untuk menulis empat hal, yaitu menuliskan rezekinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagianya. (HR. Muslim no. 2643).

Rezeki pasti terbagi tiada yang menghalangi

Rezeki yang telah ditulis untuk kita pasti akan sampai kepada kita, tidak akan direbut oleh orang lain apalagi tertukar dan seorang hamba tidak akan meninggal dunia sebelum jatah rezekinya ia raih secara sempurna. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam  bersabda:

أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِيَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ خُذُوا مَا حَلَّ وَدَعُوا مَا حَرُمَ

Wahai manusia bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah dalam mencari rezeki, karena tidaklah suatu jiwa akan mati sebelum terpenuhi rezekinya, walau lambat rezeki tersebut sampai kepadanya, maka bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah dalam mencari rezeki, ambillah rezeki yang halal dan tinggalkanlah rezeki yang haram. (HR. Ibnu Majah no. 2144, Hadits Shahih).

Seandainya seluruh manusia bersepakat untuk menghalangi rezeki yang telah Allah Subhanahu wa Taala tetapkan untuk anda, maka pastilah mereka akan gagal. Begitu pula sebaliknya, seandainya seluruh manusia bersepakat untuk member anda sesuatu yang tidak Allah Subhanahu wa Taala tetapkan untuk anda, maka pastilah mereka tidak akan mampu melakukannya.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda kepada Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma:

وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ

Dan ketahuilah, sesungguhnya umat manusia andaikata mereka bersepakat untuk memberimu suatu manfaat, maka tidaklah mampu memberi manfaat sedikitpun kecuali apa yang telah Allah tulis untukmu, dan andaikata mereka bersepakat untuk memberimu suatu madharat, maka tidaklah mampu member madharat sedikitpun kecuali apa yang telah Allah tulis akan menimpa atasmu. (HR. Tirmidzi no. 2516, Hadist Shahih).

Sikap yang benar terhadap rezeki.

1. Rezeki atas kehendak Allah Subhanahu wa Taala

Setiap muslim harus yakin bahwa rezeki semata-mata hanya atas kehendak Allah Subhanahu wa Taala, Dia-lah yang membagi rezeki para hamba sesuai dengan kehendak-Nya. Allah Subhanahu wa Taala melebihkan sebagian rezeki hamba dan mengurangi sebagian rezeki hamba yang lain sesuai dengan ilmu, hikmah dan keadilan-Nya. Allah Subhanahu wa Taala berfirman :

وَاللَّهُ فَضَّلَ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ فِي الرِّزْقِ

Dan Allah melebihkan sebagian kamu atas sebagian yang lain dalam hal rezeki. (QS. an-Nahl : 71).

2. Rezeki Allah Subhanahu wa Taala sangatlah luas

Rezeki Allah sangatlah luas, seandainya semua makhluk meminta kepada Allah Subhanahu wa Taala, lalu Dia memberi kepada mereka semua apa yang mereka minta, niscaya hal itu sama sekali tidak akan mengurangi rezeki yang ada di sisi-Nya sedikitpun. Dalam hadits qudsi disebutkan, Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ إِنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلَّا كَمَا يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ

Wahai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang belakangan serta semua jin dan manusia berdiri di atas bukit untuk memohon kepada-Ku, kemudian masing-masing Aku penuhi permintaannya, maka hal itu tidak akan mengurangi apa yang ada di sisi-Ku, melainkan hanya seperti benang yang menyerap air ketika dimasukkan ke dalam lautan. (HR. Muslim no. 2577).

3. Tujuan pemberian rezeki untuk memudahkan hamba dalam menjalankan tugasnya (beribadah)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata,Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Taala menciptakan makhluk hanya untuk beribadah kepada-Nya dan Allah menciptakan rezeki untuk mereka semata-mata agar mereka gunakan rezeki tersebut untuk beribadah kepada-Nya. (Majmu al- Fatawa Ibnu Taimiyyah, 7/48.).

Jika seorang mukmin tahu tujuan hidupnya dan tujuan Allah memberinya rezeki, maka ia akan membenci dan tidak mau mencari rezeki haram, karena rezeki haram tidak bisa ia gunakan untuk beribadah kepada Rabbnya, dan karena rezeki haram hanya akan mendatangkan bencana dan siksa. Dan andaikata ia memperoleh rezeki yang halal, ia tidak gunakan secara berlebihan.

Imam Ibnul Qoyyim menjelaskan sikap hidup yang benar seorang mukmin, Lain halnya dengan seorang mukmin, meskipun mendapatkan dunia (yang halal) dan kesenangannya, namun ia tidak pergunakan untuk bersenang-senang semata, dan tidak akan ia pergunakan untuk menghilangkan kebaikan-kebaikannya selama hidup di dunia. Tetapi akan ia pergunakan untuk memperkuat diri dalam mencari bekal di akhiratnya kelak. (Miftah Daar as-Saadah, Ibnul Qoyyim, hal. 40.).

4. Memahami hakikat Allah Subhanahu wa Taala memberi dan mencegah rezeki

Imam Ibnul Qoyyim menjelaskan tentang hakikat Allah Subhanahu wa Taala memberi dan mencegah rezeki: Demikianlah Rabb (Allah), tidaklah mencegah hamba-Nya yang beriman mendapatkan sesuatu dari dunia, melainkan memberinya rezeki yang lebih utama dan lebih bermanfaat, dan hal itu tidaklah didapatkan oleh selain Mukmin. Jadi, tidaklah Allah mencegah hamba tersebut (dari mendapatkan sebagian dunia) kecuali untuk memberinya (rezeki yang lebih tinggi), tidaklah menimpakan kepadanya cobaan kecuali untuk menjaganya (dari keburukan), tidaklah mengujinya kecuali untuk mensucikannya (dari dosa), tidaklah mematikannya (di dunia) kecuali untuk menghidupkannya (di Surga). (Fawaid al-Fawaid, Ibnu Qoyyim, hal. 57.).

5. Memahami jenis rezeki yang terpenting

Rezeki terbagi menjadi dua; rezeki hati (iman dan ilmu) dan jasmani (rezeki dunia yang halal). Rezeki hati adalah tujuan terbesar dan yang terpenting, sedangkan rezeki jasmani adalah sarana menuju kepada tujuan, maka janganlah sampai sarana melalaikan tujuan. Rezeki seorang hamba akan semakin sempurna jika diiringi rasa syukur, karena syukur akan menjadikan rezeki kekal dan bertambah, namun jika rezeki tidak diiringi rasa syukur maka rezeki tersebut akan segera sirna dan musnah. (At-Tibyan fii Aqsam al-Quran, Ibnul Qoyyim, hal. 235.).

Sehingga barangsiapa diberi dua macam rezeki sekaligus, berarti kebutuhannya telah tercukupi dengan sempurna, baik kebutuhan ruhani maupun kebutuhan jasmaninya dan dia akan menjadi hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berbahagia di dunia dan Akhirat. (Sudarto, Lc., M.HI.).