Imam At-Tirmidzi –semoga Allah merahmatinya- meriwayatkan dalam sunannya dari Ibnu Abbas -semoga Allah meridhainya- bahwa Nabi -صلى الله عليه وسلم  – bersabda,

لمَاَّ أَغْرَقَ اللهُ فِرْعَوْنَ قَالَ آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُوْ إِسْرَائِيْلَ فَقَالَ جِبْرِيْلُ يَا مُحَمَّدُ فَلَوْ رَأَيْتَنِي وَأَنَا آخِذٌ مِنْ حَالِ الْبَحْرِ فَأَدُسُّهُ فِي فِيْهِ مَخَافَةَ أَنْ تُدْرِكَهُ الرَّحْمَةُ

“Manakala Allah menenggelamkan Fir’aun, ia berkata, ‘Saya percaya bahwa tidak ada tuhan melainkan Tuhan yang dipercaya oleh Bani Israil.’ Jibril berkata, ‘Wahai Muhammad, seandainya kamu melihatku mengambil lumpur laut, lalu aku sumpalkan di mulutnya karena aku takut rahmat mendapatinya.’” (Abu Isa At-Tirmidzi berkata, “Ini adalah hadits hasan.”).

Dalam sebuah riwayat, Nabi -صلى الله عليه وسلم – menyebutkan bahwa Jibril menyumpalkan tanah di mulut Fir’aun karena takut dia mengucapkan لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ  (tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah) lalu Allah merahmatinya atau karena dia takut Allah merahmatinya.

(Abu Isa at-Tirmidzi berkata, “Ini adalah hadits hasan shahih gharib dari jalan ini.”).

 

TAKHRIJ HADITS

Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dalam kitab tafsir, bab dari surat Yunus, 4/287. Lihat hadits ini di dalam Shahih Sunan at-Tirmidzi, 3/61, no. 3320-3321. Pentahqiq Jami’ul Ushul, 2/192 menisbatkannya kepada at-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Jarir, dan Abu Dawud ath-Thayalisi.

 

PENJELASAN HADITS

Kepribadian Fir’aun

Al-Qur’an telah menyampaikan kepada kita secara panjang lebar tentang Fir’aun, di antaranya adalah tentang kepribadiannya, antara lain, bahwa:

(1) Fir’aun mengklaim dirinya sebagai sesembahan dan tuhan

Allah سبحانه وتعالى berfirman,

وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرِي

Dan berkata Fir’aun: ‘Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui sesembahan bagi kalian selain aku.’” (Qs. al-Qashash: 38).

فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَى

“(Fir’aun) berkata: ‘Akulah tuhan kalian yang paling tinggi.’” (Qs. an-Nazi’at: 24).

(2) Fir’aun sosok yang sombong, enggan menerima kebenaran

Allah سبحانه وتعالى berfirman,

وَاسْتَكْبَرَ هُوَ وَجُنُودُهُ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ إِلَيْنَا لَا يُرْجَعُونَ

“Dan berlaku angkuhlah Fir’aun dan bala tentaranya di bumi (Mesir) tanpa alasan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami.” (Qs.al-Qashash: 39).

Allah سبحانه وتعالى juga berfirman,

ثُمَّ بَعَثْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ مُوسَى وَهَارُونَ إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ بِآيَاتِنَا فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا مُجْرِمِينَ

“Kemudian sesudah rasul-rasul itu, Kami utus Musa dan Harun kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya, dengan (membawa) tanda-tanda (mukjizat-mukjizat) Kami, maka mereka menyombongkan diri dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.” (Qs. Yunus: 75).

Allah سبحانه وتعالى juga berfirman,

ثُمَّ أَرْسَلْنَا مُوسَى وَأَخَاهُ هَارُونَ بِآيَاتِنَا وَسُلْطَانٍ مُبِينٍ . إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا عَالِينَ. فَقَالُوا أَنُؤْمِنُ لِبَشَرَيْنِ مِثْلِنَا وَقَوْمُهُمَا لَنَا عَابِدُونَ

“Kemudian Kami utus Musa dan saudaranya Harun dengan membawa tanda-tanda (kebesaran) Kami, dan bukti yang nyata. Kepada Fir’aun dan pembesar-pembesar kaumnya, maka mereka ini takabur dan mereka adalah orang-orang yang sombong. Dan mereka berkata: ‘Apakah (patut) kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita (juga), padahal kaum mereka (Bani Israil) adalah orang-orang yang menghambakan diri kepada kita?’” (Qs. al-Mukminun: 45-47).

Ayat-ayat ini mengandung isyarat akan kesombogan Fir’aun dengan dua bentuk kesombongan, yaitu :

Pertama, Enggan menerima kebenaran setelah datangnya tanda -tanda (kebesaran) Allah, dan bukti yang nyata, karena dirinya tidak suka kepada kebenaran, karena kebenaran itu menyelisihi syahwat, hawa nafsunya dan kemaslahatan dirinya.

Kedua, Merendahkan orang lain, ini sangat kentara terlihat dalam pernyataan,

وَقَوْمُهُمَا لَنَا عَابِدُونَ

“Padahal kaum mereka (Bani Israil) adalah orang-orang yang menghambakan diri kepada kita?” (Qs. al-Mukminun: 47).

(3) Fir’aun sosok sewenang-wenang

Allah سبحانه وتعالى  berfirman,

وَإِنَّ فِرْعَوْنَ لَعَالٍ فِي الْأَرْضِ وَإِنَّهُ لَمِنَ الْمُسْرِفِيْنَ

“Sesungguhnya Fir’aun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melampaui batas.” (Qs. Yunus: 83).

Allah سبحانه وتعالى  juga berfirman,

إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِي الْأَرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا يَسْتَضْعِفُ طَائِفَةً مِنْهُمْ يُذَبِّحُ أَبْنَاءَهُمْ وَيَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ إِنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِيْنَ

“Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir’aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Qs. al-Qashash: 4).

Allah سبحانه وتعالى  juga berfirman,

وَلَقَدْ نَجَّيْنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنَ الْعَذَابِ الْمُهِينِ . مِنْ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ كَانَ عَالِيًا مِنَ الْمُسْرِفِينَ

“Dan sesungguhnya telah Kami selamatkan Bani Israil dari siksa yang menghinakan, dari (azab) Fir’aun. Sesungguhnya dia adalah orang yang sewenang-wenang, salah seorang dari orang-orang yang melampaui batas.” (Qs. ad-Dukhan: 30-31).

(4) Fir’aun melampaui batas dalam kekafiran, kesombongan, membuat kerusakan, dan kezhaliman

Allah  سبحانه وتعالى berfirman kepada Musa dan saudaranya, Harun -عليهما السلام-,

اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى

“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun; sesungguhnya ia telah melampaui batas.” (Qs. Thaha: 43).

 

Kebinasaan Fir’aun

Al-Qur’an juga menjelaskan kepada kita tentang kebinasaan Fir’aun, model manusia yang berkepribadian sangat buruk ini. Kepribadiannya yang buruk itu mengakibatkan dirinya mendapatkan azab yang buruk pula. Fir’aun beserta bala tentaranya ditenggelamkan di laut, ketika mereka mengejar Musa dan orang-orang yang bersamanya dengan maksud untuk membunuh mereka. Namun, merekalah yang akhirnya binasa, sementara Musa beserta orang-orang yang bersamanya diselamatkan semuanya oleh Allah عَزَّوَجَلَّ. Dia عَزَّوَجَلَّ berfirman mengisahkan rangkaian peristiwa hingga akhirnya Fir’aun dibinasakan-Nya,

فَأَتْبَعُوهُمْ مُشْرِقِينَ . فَلَمَّا تَرَاءَى الْجَمْعَانِ قَالَ أَصْحَابُ مُوسَى إِنَّا لَمُدْرَكُونَ . قَالَ كَلَّا إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ . فَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنِ اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْبَحْرَ فَانْفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ . وَأَزْلَفْنَا ثَمَّ الْآخَرِينَ . وَأَنْجَيْنَا مُوسَى وَمَنْ مَعَهُ أَجْمَعِينَ . ثُمَّ أَغْرَقْنَا الْآخَرِينَ 

“Maka Fir’aun dan bala tentaranya dapat menyusuli mereka di waktu matahari terbit. Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: ‘Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul.’ Musa menjawab: ‘Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku.’ Lalu Kami wahyukan kepada Musa: ‘Pukullah lautan itu dengan tongkatmu.’ Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. Dan di sanalah Kami dekatkan golongan yang lain Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu.” (Qs. asy-Syu’ara: 60-66).

Yakni, Kami membawa Fir’aun dan bala tentaranya mendekat sehingga mereka masuk kedalam lautan. Dan Kami menyelamatkan Musa serta semua orang yang bersamanya. Laut tersebut masih terbelah sehingga mereka tiba di daratan. Kemudian Kami menenggelamkan Fir’aun dan bala tentaranya dengan mengembalikan laut seperti sediakala setelah mereka masuk ke dalamnya untuk mengejar Musa dan kaumnya. (At-Tafsir al-Muyassar, 6/376).

 

Asyura, Hari Kebinasaan Fir’aun

Kapankah penenggelaman Fir’aun ini terjadi?

Tak ada yang menjadi penggangan kita tentang hari penenggelamannya ini, kecuali keterangan yang datang di dalam hadits. Di dalam ash-Shahihain (Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim) disebutkan, dari Ibnu Abbas -semoga Allah meridhainya-, “Ketika Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- tiba di Madinah, beliau mendapatkan orang-orang Yahudi sedang berpuasa pada hari ‘Asyura. Lalu, Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ– bertanya kepada mereka, ‘Apakah hari yang kalian puasai ini?’ Mereka menjawab, ‘Ini adalah hari yang mulia. Pada hari ini, Allah menyelamatkan Musa beserta pengikutnya dan menenggelamkan Fir’aun beserta pengikutnya. Musa berpuasa pada hari ini sebagai ungkapan syukur, maka kami pun berpuasa pada hari ini.’ Kemudian, Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – bersabda,

فَنَحْنُ أَحَقُّ وَأَوْلَى بِمُوْسَى مِنْكُمْ

Kami lebih berhak dan lebih utama (untuk mengikuti) Musa daripada kalian.

Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- pun berpuasa dan memerintahkan (kaum Muslimin) agar berpuasa pada hari itu.” (Shahihul Bukhari, II/251 dan Shahih Muslim, II/796. Redaksi hadits ini milik Muslim).

 

Mulut Fir’aun Disumpal dengan Lumpur Laut

Manakala Allah -سبحانه وتعالى- menenggelamkan Fir’aun lalu membinasakannya, Jibril hadir untuk menyaksikan. Jibril telah memberitahu Rasulullah -صلى الله عليه وسلم- bahwa pada saat Fir’aun tenggelam dia berkata, “Aku percaya bahwa tidak ada tuhan selain Tuhan yang dipercaya oleh Bani Israil”, Jibril menyumbat mulutnya dengan lumpur laut, sehingga ia tidak bisa berucap kalimat tauhid, karena takut dia meraih rahmat Allah dan taubatnya diterima.

Apa yang dilakukan oleh Jibril tidak lain karena kebenciannya yang sangat besar terhadap thaghut yang tenggelam dalam kekufuran dan kerusakan ini. Dia memerangi Islam dan menfitnah orang-orang beriman.

Mungkin ada yang berkata, “Apa ruginya Jibril kalau Allah memberi rahmat kepada Fir’aun dan mengampuninya?”

Jawabannya adalah bahwa seorang hamba sampai pada keadaan membenci orang-orang zhalim di mana dia berdoa kepada Allah agar taubat mereka tidak diterima dan tidak dimasukkan ke dalam rahmat-Nya. Ini terjadi pada Musa -عليه السلام-. Musa -عليه السلام- berdoa atas Fir’aun dan bala tentaranya agar Allah mengunci mata hati mereka, sehingga mereka tidak beriman sampai mereka melihat adzab yang pedih. Allah -سبحانه وتعالى- berfirman,

وَقَالَ مُوسَى رَبَّنَا إِنَّكَ آتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلَأَهُ زِينَةً وَأَمْوَالًا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا رَبَّنَا لِيُضِلُّوا عَنْ سَبِيلِكَ رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوا حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ

“Musa berkata: ‘Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan Kami, akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih’.”  (Qs. Yunus: 88).

Mungkin ada yang berkata, “Bukankah sudah maklum bahwa Allah tidak menerima taubat pada saat turun adzab, dan pada saat nafas di kerongkongan?” Bagaimana Jibril mengira bahwa Allah mungkin mengampuni Fir’aun sementara dia dalam kondisi seperti itu?

Jawabannya adalah bahwa Jibril melakukan apa yang dia kira tanpa menoleh kepada ilmu Allah سبحانه وتعالى. Wallahu A’lam.

 

Pelajaran dan Faedah :

Dari sekelumit kisah ini, kita dapat mengambil pelajaran dan faedah darinya, antara lain:

  1. Besarnya rahmat Allah –سبحانه وتعالى-. Jibril takut dan dia adalah makhluk paling mengetahui tentang Allah. Dia takut rahmat Allah didapatkan oleh Fir’aun manakala dia mengucapkan kalimat tauhid ( ( لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ tidak ada sesembahan yang hak selain Allah sewaktu dia tenggelam.
  2. Keutamaan kalimat tauhid ( ( لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ”tidak ada sesembahan yang hak selain Allah”. Jibril takut Allah merahmati Fir’aun karenanya. Lalu bagaimana jika seorang hamba mengucapkan kalimat tauhid ini ( ( لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ”tidak ada sesembahan yang hak selain Allah” sewaktu dia sehat wal ‘afiyat dengan menyakininya? Tidak diragukan itu pasti berpahala besar.
  3. Besarnya kebencian para malaikat kepada orang-orang kafir, sampai-sampai Jibril menyumpal mulut Fir’aun dengan lumpur laut manakala adzab menimpanya. Wallahu A’lam.

 

(Redaksi)

 

Referensi:

  1. Ash-Shahihain, Imam al-Bukhari dan Imam Muslim.
  2. At-Tafsir al-Muyassar, Kumpulan pakar tafsir di bawah bimbingan Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alusy Syaikh.
  3. Shahihul Qashash, Dr. Umar Sulaiman al-Asyqar.
  4. Syakhshiyyah Fir’aun Fii al-Qur’an, Qasim Taufiq Qasim Khadr.