Arti pelet

Pelet artinya pesona atau kata-kata yang memikat hati. Memelet bisa juga berarti menarik (memikat) hati perempuan dan sebagainya dengan minyak pelet atau guna-guna.(1) Guna-guna atau jampi-jampi yang dibaca seseorang untuk memikat hati seseorang (wanita atau pria) dengan cara sihir.

Sepadan dengan istilah pelet yaitu pengasihan, bulu perindu, mantra-mantra cinta dan lain-lain. Di dalam bahasa arab dikenal dengan istilah at-tiwalah, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

إِنَّ الرُّقَ وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ

Sesungguhnya mantra-mantra, jimat-jimat dan at-tiwalah (pelet) adalah syirik. (HR. Abu Dawud no. 3883 dan al-Albani berkata bahwa hadits ini shahih).

Pelet adalah bentuk kesyirikan

Di dalam kitab al-Masaalik fi Syarh Muwata Malik, dijelaskan bahwa at-tiwalah ialah sesuatu yang menjadikan seorang wanita mencintai suaminya baik berupa sihir maupun selainnya. Dan hal itu tidak lain adalah bagian dari kesyirikan, karena mereka bermaksud menolak kemudharatan dan mengambil manfaat dari selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di dalam Sunan Ibnu Majah disebutkan bahwa at-tiwalah (pelet) salah satu jenis sihir. Jika demikian maka pelet termasuk perbuatan kekufuran yaitu perbuatan yang dapat membatalkan keimanan seseorang.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ

Sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan, Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir.’” (QS. Al-Baqarah: 102).

Dari Ibnu Abbas, Abu Ja’far ar-Razi meriwayatkan, “Jika ada seorang mendatangi keduanya yang menghendaki sihir, maka dengan tegas keduanya melarang peminat sihir tersebut seraya berkata, ‘Sesungguhnya kami ini hanya cobaan bagimu, karena itu janganlah engkau kafir.’ Yang demikian itu karena keduanya mengetahui kebaikan, keburukan, kekufuran, dan keimanan, sehingga mereka berdua mengetahui bahwa sihir merupakan suatu bentuk kekufuran.”(2)

Sebagian ulama menjadikan ayat ini sebagai dalil untuk mengkafirkan orang yang mempelajari sihir, dan memperkuatnya dengan hadits yang diriwayatkan oleh al-Hafiz al-Bazzar, dari Abdullah, ia mengatakan, Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang sihir, lalu ia mempercayainya, berarti ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad. (Musnad al-Bazzar no. 1873, Isnad hadits ini shahih dan memiliki beberapa syahid lain).

Dan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat al-Baqarah ayat 102 yang artinya, Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Artinya, orang-orang pun mempelajari ilmu sihir dari Harut dan Marut, yang mereka gunakan untuk hal-hal yang sangat tercela, seperti membuat terjadinya perceraian antara pasangan suami istri, padahal tadinya mereka akur dan harmonis dan ini termasuk perbuatan setan.

Mengapa harus menggunakan pelet?

Penyebab perceraian di antara suami istri yang dilakukan melalui sihir adalah dengan menjadikan suami atau istri melihat pasangannya buruk, tidak bermoral, menyebalkan dan sebab-sebab lainnya yang dapat menyebabkan perceraian.

Karena dengan pelet itu rasa cintanya telah beralih kepada orang lain yang bukan pasangannya. Dengan demikian, pelet dapat digunakan dua arah yaitu merekatkan hubungan yang renggang dan juga dapat merenggangkan hubungan yang asalnya erat. Tergantung tujuan mana yang ingin diraihnya.

Di zaman modern ini, praktek perdukunan yang menawarkan jasa pengasihan, bulu perindu, jimat cinta kilat atau nama lain dari pelet, masih ramai digandrungi orang. Bahkan dikomersilkan dengan harga bervariasi sesuai dengan tingkat keampuhan atau kemanjurannya. Biasanya harga menyesuaikan atau mengikuti tingkat kemanjuran, semakin manjur maka harga semakin mahal. Dipromosikan di media elektronik dengan menampilkan testimoni-testimoni dari para pengguna agar jasa tersebut semakin banyak peminatnya.

Adapula yang menggunakan ayat-ayat tertentu di dalam al-Qur’an tetapi digunakan untuk tujuan mantra pengasihan atau pelet.

Mengapa harus menggunakan pelet? Bukankah ia dapat menjerumuskan pelakunya kepada kekufuran? Dan sekalipun berhasil dalam beberapa saat, tapi kemungkinan manfaat atau pengaruhnya hanya sementara dan bisa hilang, dan akhirnya berbalik dari cinta menjadi benci.

Bahkan bila Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menghendaki, juga tidak akan terjadi. Karena pemilik kemanfaatan dan kemudharatan adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya, Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. (QS. Al-Anam: 17).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, Ya Allah tidak ada yang dapat mencegah apa yang Engkau berikan, tidak ada yang dapat memberikan apa yang Engkau cegah, dan tidaklah bermanfaat kedudukan seseorang dari keagungan-Mu. (HR. Bukhari no. 6615).

Meraih cinta pasangan menurut Nabi shallallahu alaihi wasallam

Ketahuilah wahai para suami atau istri, bahwa cara meraih kasih sayang atau cinta adalah dengan memberi kasih sayang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, Barangsiapa yang tidak menyayangi, maka tidak akan disayang. (HR. Muslim no. 2318).

Apabila seorang istri ingin meraih cinta suami, maka perhatikanlah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kehormatannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, Masuklah ke dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.’” (HR. Ahmad 1/191).

Sifat wanita shalihah yang seperti ini sangat dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga dikatakan kepadanya masuklah ke dalam surga melalui pintu manapun yang ia suka.

Jikalau Allah Subhanahu wa Ta’ala saja mencintai wanita yang memiliki sifat seperti ini, maka tentulah sang suami pun sangat suka dan sayang kepadanya. Bentuk ketaatan seorang wanita kepada suaminya, dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ ؟ قَالَ : الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ ، وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ ، وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ

Pernah ditanyakan kepada Rasulullah, Siapakah wanita yang paling baik? Jawab beliau, Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, menaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami

pada diri dan hartanya dengan sesuatu yang membuat suami benci.’” (HR. An-Nasai no. 3231).

Suami manakah yang tidak lengket bila istri adalah seorang yang menyenangkan bila dipandang, taat bila diperintah, setia dengan menjaga kehormatan diri bila suami tidak disampingnya. Suami akan merasa nyaman bila di rumah, akan rindu bila sedang tugas di luar, dan akan romantis bila istri di sisinya, indah bukan? (Iwan Muhidjat).

Referensi:

1. Sunan Ibnu Majah.

2. Tafsir Ibnu Katsir.

3. al-Masaalik fi Syarah Muwaththa Malik.

4. Kitab tauhid, Shalih Fauzan.

________________________

(1) Lihat http://kbbi.web.id/pelet-2

(2) Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 1/362. e