bedah ingkar sunnahDari Ubaidullah bin Abu Rafi’ dari bapaknya bahwa Rasulullah bersabda, “Jangan sampai aku mendapatkan seseorang di antara kalian bersandar di atas karpet-karpetnya, sesuatu yang aku perintahkan atau aku larang datang kepadanya, lalu dia berkata, ‘Aku tidak tahu, apa yang kami dapatkan di dalam al-Qur`an, kami ikuti.” Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan dia berkata, “Hadits hasan shahih.”

Hadits di atas mengisyaratkan lahirkan orang-orang yang mengingkari sunnah dan mengklaim merasa cukup dengan al-Qur`an saja.

Ingkar sunnah sudah memperlihatkan benih-benihnya di generasi pertama, al-Hakim meriwayatkan dari al-Hasan bahwa dia berkata, manakala Imran bin Hushain menyampaikan hadits Nabi kepada kami, seorang laki-laki berkata, “Abu Nujaid, sampaikanlah al-Qur`an kepada kami.” Imran menjawab, “Kamu dan rekan-rekanmu membaca al-Qur`an? Bisakah kamu menyampaikan kepadaku tentang shalat dan batasan-batasannya? Bisakah kamu menyampaikan kepadaku tentang zakat emas, unta, sapi dan harta lainnya? Aku hadir di depan Rasulullah saat kamu tidak hadir.” Laki-laki itu berkata, “Engkau menyadarkanku semoga Allah meluruskanmu.”

Ayyub as-Sikhtiyani berkata, “Bila kamu menyampaikan sunnah kepada seseorang, lalu dia berkata, ‘Tinggalkanlah ini, sampaikan al-Qur`an kepada kami.’ Maka sadarilah bahwa dia sesat dan menyesatkan.” Ini menunjukkan adanya arus pemikiran yang menentang sunnah yang mulai lahir di zaman itu.

Imam asy-Syafi’i berkata dalam al-Umm dalam konteks menyanggah orang-orang yang mengingkari sunnah, beliau memulai dengan berkata, “Seseorang berkata kepadaku, dia dianggap berilmu tentang madzhab rekan-rekannya…” Syaikh al-Khudhari merajihkan bahwa yang dimaksud oleh asy-Syafi’i adalah Mu’tazilah.

Mu’tazilah membangun madzhab mereka dalam mengingkari sunnah di atas dua asas:

Pertama, keraguan terhadap para rawi sunnah, khususnya para sahabat, hal ini kembali kepada madzhab mereka dalam urusan iman yang berkata bila seorang mukmin melakukan dosa besar maka dia bukan mukmin dan bukan kafir, lalu terjadilah fitnah sesudah Utsman yang melibatkan para sahabat, hal itu menimbulkan keraguan terhadap mereka, sehingga riwayat mereka tidak diterima. Khawarij semadzhab dengan Mu’tazilah dalam perkara ini, mereka mengingkari banyak sunnah dengan alasan sama. Lalu orang-orang Rafidhah yang mengkafirkan para sahabat selain Ali Bait, sehingga mereka hanya menerima hadits dari jalan mereka saja.

Kedua, mendahulukan akal di atas hadits saat –menurut mereka- bertentangan, hingga ada yang berkata dari mereka, “Seandainya aku mendengar Rasulullah bersabda demikian niscaya aku tetap menolaknya.”

Lalu lahir kelompok-kelompok di tubuh kaum muslimin yang mengingkari sunnah, menolaknya sebagai dasar hukum, syubhat mereka adalah syubhat yang telah disuguhkan oleh para pendahulu mereka dari Mu’tazilah, Khawarij dan Syi’ah. Wallahu a’lam.

Manhajul Istidlal ala Masa`il al-I’tiqad inda Ahlus Sunnah wal Jamaah, Utsman bin Ali Hasan.