MENGGANDENG KELUARGA MERAIH KEMENANGAN BERSAMA

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata,

“Rasulullah apabila memasuki sepuluh terakhir Ramadhan, maka beliau menghidupkan malam-malamnya (dengan qiyamulail), membangunkan keluarganya dan bersungguh-sungguh (untuk beribadah) serta mengencangkan ikat pinggangnya (tidak menggauli istriya).” (HR. Muslim, no. 2008)

Demikianlah teladan yang dilakukan Nabi menjelang akhir Ramadhan. Karena 10 hari terakhir Ramadhan adalah penentuan akan baik buruknya amalan seorang muslim selama Ramadhan. Ini berdasarkan keumuman hadits Nabi,

“Sesungguhnya amalan itu tergantung pada penutupnya.” (HR. Bukhari, no. 6012)

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

“Yang menjadi tolak ukur ialah sempurnanya penutupan bukan pada kurangnya permulaan.”

(Majmu’ al-Fatawa, Ibnu Taimiyah, 15/55)

Selain itu, ini dilakukan Nabi juga untuk meraih kemuliaan lailatul qadar. Karena amal shalih saat itu lebih baik daripada amal shalih yang dilakukan selama 1000 bulan (83 tahun 4 bulan) tanpa lailatul qadar.

Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,

(HR. Muslim, no. 2009)

Berdasarkan hadits ini, kata Imam asy-Syafi’i, “Dianjurkan untuk semangat beribadah di siang hari seperti semangatnya di malam hari.” (Lathaiful Ma’arif, Ibnu Rajab, hal 204)

Ibadah yang ditekankan ialah ibadah-ibadah yang bersifat personal, seperti shalat sunnah, membaca al-Qur’an, doa, dzikir, istighfar, taubat dan yang lainnya.

Dengan mengajak keluarga; orang tua, istri dan anak. Seperti yang dilakukan Nabi. Berharap kemuliaan dan kemenangan ini diraih bersama. Dan kelak kembali bersua dan berkumpul di dalam surga Allah Ta’ala.