Meraih Berkah dengan “Menyebarkan Salam”

Menyebarkan salam merupakan amal shaleh yang disyariatkan. Sungguh, di balik pelaksanaan hal yang disyariatkan ini tersimpan keberkahan bagi pelakunya untuk kehidupan di dunia bahkan kehidupan di akhiratnya. Tahukah Anda bahwa ungkapan salam ini merupakan bahasa penghormatan sesama penduduk Surga nantinya? Perhatikanlah firmanNya

وَأُدْخِلَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ ۖ تَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلَٰمٌ

Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal shaleh ke dalam Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka dalam Surga itu ialah “salaam”(Qs. Ibrahim : 23).

Syaikh Muhammad al-Amin asy-Syinqithiy berkata, ‘Di dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan bahwa penghormatan penduduk Surga di dalam Surga adalah “Salaam”, yakni, sebagian mereka beruluk salam kepada sebagian lainnya dengan hal tersebut, mereka pun beruluk salam kepada para Malaikat, dan para Malaikat pun beruluk salam kepada mereka dengan hal tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

 وَالْمَلٰۤىِٕكَةُ يَدْخُلُوْنَ عَلَيْهِمْ مِّنْ كُلِّ بَابٍۚ سَلٰمٌ عَلَيْكُمْ

Dan malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): “Salamun ‘alaikum (keselamatan atasmu)…(Qs. Ar-Ra’d : 23-24) (Adh-Wa-ul Bayan, 2/151)

oleh kerena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menganjurkan ummatnya agar menyebarkan­ ‘salam’ kepada sesamanya -yakni- sesama­ muslim di dunia ini karena hal itu merupakan sarana yang baik dan utama untuk meraih keutamaan dan keberkahan hidup di dunia dan di akhirat nantinya

Keutamaan Menyebarkan Salam

Apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan di dalam ayat di atas merupakan isyarat bahwa salam merupakan hal yang utama, betapa­ tidak, sementara ia merupakan ucapan penghormatan orang-orang yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala  dengan dimasukkan ke dalam SurgaNya yang penuh dengan kenikmatan yang tak terputus. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memasukkan kita ke dalamnya. Aamiin. Bahkan merupakan ucapan peng­hormatan para malaiakat yang dimu­liakan terhadap penduduk Surga. Bila ucapan penghormatan  tersebut  merupakan hal yang baik dan utama, maka menye­barkannya juga memiliki ke­utamaan. Di antara keutamaannya yaitu;

a. Sebab Masuk Surga dan Mewarisinya

Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu berkata, ‘Wahai Rasu­lullah!, beritahukan kepadaku ten­tang suatu hal bila aku melakukannya niscaya aku akan masuk Surga. Beliau pun menjawab

أَفْشِ السَّلَامَ وَأَطْعِمِ الطَّعَامَ وَصِلِ الْأَرْحَامَ وَصَلِّ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ ثم ادْخُلِ الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ

Sebarkanlah salam, berilah makan, sam­bunglah tali silaturrahim, shalatlah di malam hari ketika manusia tidur, ma­suklah Surga dengan selamat. (HR. Ahmad, Ibnu Hibban, dan al -Hakim)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

أَطْعِمُوْا الطَّعَام، وأَفْشُوْا السَّلاَم، تُوَرِّثُوُا الجِنَان

Berilah makan dan sebarkanlah salam, niscaya kalian akan mewarisi Surga. (HR . Adh -Dhiya al-Maqdisi dari Ab­ dullah bin al-Harits. Sebagaimana dise­ butkan dalam kitab Silsilatul Ahaadiits ash-Shahihah, no. 1466)

b. Sebab Keselamatan di Dunia dan Akhirat

hal ini berdasarkan hadist,

أَفْشُوا السَّلاَمَ تَسْلَمُوْا

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebarkanlah salam, niscaya kalian akan selamat… (HR.Ahmad)

c. Sebab Memperoleh Kedudukan yang Tinggi

Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda,

أَفْشُوْا السَّلاَمَ كَيْ تَعْلُوْا

Sebarkanlah salam agar kalian mem­per­oleh kedudukan yang tinggi (HR. ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al- Kabir dari Abu Darda, sebagaimana disebutkan dalam Shahiihul Jaami’, no. 1088)

d. Termasuk Ajaran Islam Terbaik

Hal ini berdasarkan hadist,

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا : أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ النَّبِيَ صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الإِسْلاَمِ خَيْرٌ قَالَ  : تُطْعِمُ الطَّعَامَ، وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ

Abdullah bin Amr meriwayatkan bahwa ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, amalan Islam apa yang terbaik?  Beliau  menjawab , “engkau mem­beri  makan  dan  mengucapkan sa­lam , baik kepada orang yang engkau ke­nal maupun yang tidak engkau kenal (HR. al-Bukhari dan Muslim)

e. Sebab Tersebarnya Cinta dan Kasih Sayang di Tengah-tengah Masyarakat Muslim

Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ تَحَابُّوا

Sebarkanlah salam di antara kalian, niscaya kalian saling mencintai (HR. al- Hakim di dalam al-Mustadrak)

f. Ladang Meraih Pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala

Abu Bakar Abdurrzaaq bin Himam ash-Shan’aniy, meriwayatkan dengan sa­nad­nya sampai kepada sahabat mulia Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata

جَاءَ رَجُلٌ فَسَلَّمَ فَقَالَ: السَّلَامُ عَلَيْكُمْ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: عَشَرَةٌ ثُمَّ جَاءَ آخَرُ فَقَالَ: السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ، فَقَالَ: عِشْرُونَ فَجَاءَ آخَرُ فَقَالَ: السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، فَقَالَ:ثلَاثوُنَ يَقُوْلُ ثلَاثوُنَ حَسَنَةً

Seorang laki-laki datang kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata: as-Salâmu ‘alaikum (semoga keselamatan dari Allah tercurah untukmu). Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “(Dia mendapatkan) sepuluh kebaikan”. Kemudian datang orang lain kepada Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata: as-Salâmu‘alaikum warahmatullah (semoga keselamatan dan rahmat dari Allah tercurah untukmu). Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “(Dia mendapatkan) dua puluh kebaikan”. Kemudian datang lagi orang lain kepada Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata: as-Salâmu‘alaikum warahmatullahi wabarakâtuh (semoga keselamatan, rahmat dan keberkahan dari Allah tercurah untukmu). Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “(Dia mendapatkan) tiga puluh kebaikan” (Mu­shannaf Abdurrazzaq, no. 19452)

Pembaca yang budiaman, hadist ini menunjukkan bahwa salam dengan model ungkapan-ungkapan tersebutlah yang disyariatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan memiliki keutamaan, dan diantaranya sebagaimana yang telah disebutkan diatas.

Bahkan, petunjuk bahwa salam model inilah yang disyariatkan terlihat semakin jelas dalam hadist lain, di mana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَمَّا خَلَقَ اللَّهُ آدَمَ وَنَفَخَ فِيهِ الرُّوحَ عَطَسَ ، فَقَالَ : الْحَمْدُ لِلَّهِ ، فَحَمِدَ اللَّهَ بِإِذْنِهِ ، فَقَالَ لَهُ رَبُّهُ : يَرْحَمُكَ اللَّهُ يَا آدَمُ اذْهَبْ إِلَى أُولَئِكَ الْمَلَائِكَةِ إِلَى مَلَإٍ مِنْهُمْ جُلُوسٍ ، فَقُلْ : السَّلَامُ عَلَيْكُمْ ، قَالُوا : وَعَلَيْكَ السَّلَامُ وَرَحْمَةُ اللَّهِ ، ثُمَّ رَجَعَ إِلَى رَبِّهِ ، فَقَالَ : إِنَّ هَذِهِ تَحِيَّتُكَ وَتَحِيَّةُ بَنِيكَ بَيْنَهُمْ

Ketika Allah menciptakan Adam dan meniupkan ruh kepadanya, dia pun bersin dan mengucapkan, “Alhamdulillah”. ia memuji Allah atas izin-Nya Maka Rabbnya berkata kepadanya ‘semoga Allah merahmatimu. Wahai Adam!, pergilah kepada para Malaikat itu -kepada sekelompok Malaikat yang sedang duduk dalam majlis- lalu ucapkanlah “Assalaamu ‘alaikum” Mereka mengucapkan: Wa ‘alaikassalaam wa rahmatullaahi. kemudian Adam kembali kepada rabbnya. Allah berkata: ‘Ini adalah ucapan salammu dan ucapan salam antara anak-cucu kamu (HR. at-Tirmidzi)

Adapun model ungkapan salam yang dibuat-buat manusia, seperti ucap­an seseorang “selamat pagi, sela­mat siang , selamat malam” dan yang lain­nya, tidaklah disyariatkan dan tidaklah ungkapan-ungkapan tersebut memiliki keutamaan secara syar’i. Oleh karenanya, hendaknya seorang muslim men­cukupkan diri dengan ungkapan salam yang disyariatkan yang dengan itu ia mendapatkan kebaikan dan keuta­maan berupa pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala  dan keutamaan serta kebaikan yang lainnya. Namun, sangat disayangkan ketika kita dapati sebagian saudara kita kaum muslimin justru sedemikian akrab dengan ungkapan-ungkapan salam sesamanya yang tidak disyariatkan di banyak ke­ sempatan,­ seperti ketika menghubungi­ saudaranya sesama mus­lim me­lalui telepon, sms, email, face­book, dan me­dia sosial lainnya, atau ketika berjumpa­ dengan saudaranya sesama mus­lim di tempat kerja, kantor, perte­­muan dan lain sebagainya. Mereka melupakan suatu hal yang sangat mulia di dalam syariat Islam yang merupakan agamanya ini, yaitu men­doakan saudaranya agar sela­mat, men­dapatkan rahmat Allah dan ke­berkahan dalam kehidupannya, pada­hal hal ini –yakni- mendoakan sauda­ra sesama­ muslim agar selamat dan men­dapatkan rahmat, sedemikian dite­kankan­ oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda

إِذَا لَقِيَ الرَّجُلُ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ فَلْيَقُلِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ

Bila seorang berjumpa dengan saudaranya sesama Muslim, hendaknya ia mengucapkan “Assalaamu ‘alaikum wa rahmatullaahi” (HR. At-Tirmidzi)

Boleh jadi, sebagian mereka justru merasa malu untuk mensyiarkan bagian syi’ar agamanya yang mulia ini. Bah­kan, boleh jadi pula sebagian me­reka -karena ketidaktahuannya – malah mengganti ungkapan salam yang di­syariatkan­ tersebut dengan ucapan salam non-Muslim dari kalangan Yahudi dan Nasrani. Padahal, hal ini terlarang. Tidak boleh meniru salam orang-orang di luar Islam, baik dalam bentuk ucap­an mau­pun gerakan mereka, karena me­nyerupai mereka adalah sesuatu yang diharamkan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang hal itu dalam sabdanya,

لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا، لَا تَشَبَّهُوا بِاليَهُودِ وَلَا بِالنَّصَارَى، فَإِنَّ تَسْلِيمَ اليَهُودِ الإِشَارَةُ بِالأَصَابِعِ، وَتَسْلِيمَ النَّصَارَى الإِشَارَةُ بِالأَكُفِّ

Bukan dari golongan kami orang-orang yang menyerupakan diri dengan orang -orang selain kami. Janganlah kalian me­nyerupai orang-orang Yahudi dan Nasharani. Sesungguhnya ucapan salam orang- orang Yahudi adalah isyarat de­ngan jari-jemari dan ucapan salam orang-orang Nashrani adalah isyarat dengan telapak tangan (HR. At-Tirmidzi)

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan taufiq kepada kita. Aamiin

Wallahu a’lam Bishshawab (Redaksi)

Referensi :

  1. Mausu’ah al-Aadaab al-Islamiyyah, ‘Abdul ‘Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada. (Edisi Indonesia)
  1. Adh-wa-ul Bayaan Fii Iidhahi al-Qur’an Bil Qur’an, Muhammad al-Amin Asy-Syinqity, dll.