Pemimpin tanpa atribut-atribut lahir, tanpa pengawal, tanpa mahkota dan toga kebesaran, tanpa istana dan tanpa singgasana, tetapi dia memiliki kekuatan, kewibawaan, keadilan, kebijaksanaan, kasih sayang dan perhatian kepada rakyat dalam arti yang sebenarnya, singa tanpa berlagak singa tetaplah singa dan kucing sekalipun berlagak singa tetaplah kucing.

Gelar-gelar kerajaan bukan pada tempatnya
Seperti kucing meniru gaya penampilan singa.

Imperium Persia runtuh oleh gerak jihad kaum muslimin di masa Khalifah Umar bin al-Khatthab, sesudahnya delegasi kaum muslimin datang ke Madinah, di antara mereka ada Anas bin Malik dan al-Ahnaf bin Qais, mereka membawa Hurmuzan dan seperlima harta rampasan perang, mereka tiba di Madinah, mereka menuju rumah Amirul Mukminin Umar, mereka tidak menemukan siapa pun, maka mereka kembali.

Di jalan mereka bertemu dengan anak-anak yang sedang bermain, delegasi bertanya kepada mereka, “Di mana Amirul Mukminin?” Mereka menjawab, “Amir di masjid, dia sedang tidur beralaskan jempernya.” Delegasi segera ke masjid, di sana mereka melihat Umar duduk beralaskan sebuah jubah burnus yang dia pakai untuk menyambut para delegasi, setelah delegasi itu meninggalkannya, Umar menggelar burnusnya dan tidur, saat itu hanya dia yang berada di masjid, sementara tongkat kecilnya masih dalam genggamannya.

Hurmuzan berkata, “Mana Umar?” Orang-orang berkata, “Ini dia.” Maka orang-orang saling memelankan suara mereka agar tidak membangunkannya, Hurmuzan bertanya, “Mana pengawalnya?” Orang-orang menjawab, “Dia tidak mempunyai pengawal, tidak pula penjaga, tidak pula sekretaris dan tidak pula kantor.”

Hurmuzan berkata, “Semestinya dia adalah seorang nabi.” Mereka berkata, “Tidak, akan tetapi dia melakukan apa yang dilakukan oleh para nabi.”

Hafizh Ibrahim berkata,

Utusan Kisra sangat terkejut manakala dia melihat Umar
di antara rakyat tanpa pengawal padahal dia pemimpim mereka

Dia melihat kebiasaan raja-raja Persia, mereka dikelilingi
Pagar tentara dan penjaga yang melindunginya

Dia melihatnya terlelap dalam tidurnya, maka dia melihat
Kemuliaan pada dirinya dalam maknanya yang tertinggi

Di atas tanah, di bawah pohon dengan berselimut
Kainnya yang hampir usang karena usianya yang tua

Maka apa yang selama ini dia agung-agungkan menjadi rendah
Berupa kerajaan-kerajaan Kisra yang pernah mengusai dunia

Dia mengucapkan kalimat kebenaran yang menjadi buah bibir
Satu generasi setelah generasi lainnya meriwayatkannya

Engkau merasa aman ketika engkau menegakkan keadilan
Lalu engkau pun tidur dengan sangat tenang dan tenteram. Izzudin

Ashaburrasul, Mahmud al-Mishri.