terus-tenang-dan-terus-terangTerus terang adalah berkata apa adanya, bila hati jengkel maka lidah berkata jengkel, bila hati suka maka lidah berkata suka… Dan seterusnya, apa yang dalam batin tidak berbeda dengan apa yang di lahir, ini melegakan dan menenangkan, walaupun terkadang pahit dan membuat telinga memerah. Orang-orang Arab berkata, “Fi sharahah rahah.” Artinya terus terang itu menenangkan.

Thawus berkata, saat aku di Makkah menunaikan ibadah haji, al-Hajjaj mengundangku, aku duduk di sampingnya, saat kami berbincang, aku mendengar seorang Arab pedalaman mengumandangkan talbiyah. Al-Hajjaj berkata, “Bawa orang itu ke sini.” Al-Hajjaj bertanya, “Kamu dari mana?” Dia menjawab, “Dari kalangan masyarakat umum.” Al-Hajjaj berkata, “Bukan tentang itu yang aku tanyakan.” Dia menjawab, “Itu yang engkau tanyakan.” Al-Hajaj berkata, “Dari kota mana?” Dia menjawab, “Yaman.” Al-Hajjaj bertanya, “Bagaimana dengan Muhammad bin Yusuf.” Dia adalah saudara al-Hajjaj gubernur Yaman. Dia menjawab, “Sibuk menggemukkan diri, mondar mandir keluar masuk.” Al-Hajjaj berkata, “Bukan tentang itu yang aku tanyakan.” Dia menjawab, “Itu yang engkau tanyakan.” Al-Hajaj berkata, “Bagaimana kepemimpinannya di antara kalian?” Dia menjawab, “Dia memimpin dengan zhalim, gemar merampas, durhaka kepada Khalik dan mematuhi makhluk.” Maka al-Hajjaj marah. Dia berkata, “Beraninya kamu berkata begitu tentangnya padahal kamu tahu dia adalah saudaraku.” Dia menjawab, “Menurutmu kedudukan saudaramu itu di sisimu lebih mulia daripada kedudukanku di sisi Allah sementara aku sedang menerima undanganNya, menunaikan agamaNya dan membenarkan agamaNya?” Al-Hajjaj terdiam tidak menjawab apa pun, hingga laki-laki itu tanpa permisi.

Al-Hajjaj berburu di Madinah, dia betemu dengan seorang Arab pedalaman yang mengembala unta. Al-Hajjaj bertanya, “Hai bapak, bagaimana kepemimpinan gubernur kalian al-Hajjaj?” Dia menjawab, “Orang zhalim dan perampas, semoga Allah tidak menghidupkannya.” Al-Hajjaj berkata, “Mengapa kalian melaporkannya kepada Amirul Mukminin Abdul Malik?” Dia menjawab, “Dia lebih zhalim dan lebih perampas.” Tiba-tiba pasukan berkuda mengepung mereka, maka al-Hajjaj memberi isyarat dan laki-laki itu dibawa. Dia bertanya, “Siapa dia?” Mereka menjawab, “Al-Hajjaj.” Maka dia mendekat dan berkata, “Hajjaj.” Al-Hajjaj bertanya, “Kamu mau apa?” Dia berkata, “Rahasia antara aku dan kamu, aku ingin tetap terjaga.” Maka al-Hajjaj tersenyum dan melepaskannya. Wallahu a’lam.

Ash-Shahib, Abdul Aziz bin Shalil al-Uqail.