Segala puji bagi Allah, Dzat yang memiliki segala karunia dan kenikmatan. Dzat yang memberikan keutamaan dan kelebihan terhadap bulan Ramadhan dan mengunggulkannya atas bulan-bulan yang lainnya. Allah mengistimewakannya dengan tambahan keutamaan, kemulian dan nikmat. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam rububiyah-Nya, keilahiyahan-Nya, nama-nama dan sifat-sifat-Nya,

تَبَارَكَ اسْمُ رَبِّكَ ذِي الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ

Mahasuci nama Tuhanmu Pemilik Keagungan dan Kemuliaan.” (Ar-Rahman:78).

Dan aku bersaksi bahwa Muhammad -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- adalah hamba dan rasul-Nya, seorang hamba yang paling baik dalam melaksanakan shalat dan puasa. Semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada beliau, beserta keluarganya dan para sahabatnya, orang-orang yang baik nan mulia.

Saudaraku…

Bertakwalah kepada Allah, bersyukurlah kepada-Nya ketika Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – menyampaikan Anda ke bulan Ramadhan. Mintalah kepada-Nya agar Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – memberimu pertolongan di bulan ini untuk memanfaatkan waktu-waktunya dengan sebaik-baiknya dengan melakukan beragam bentuk ketaatan dan kebaikan. Karena sesungguhnya Ramadhan merupakan musim nan agung, tamu nan mulia yang datang sebentar lalu beranjak pergi dari hadapanmu.

Bulan al-Qur’an

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى– memberikan banyak keutamaan pada tamu nan mulia ini. Di antaranya  adalah Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى– berfirman,

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنْ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمْ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضاً أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمْ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمْ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.” (al-Baqarah: 185).

Maka, bulan ini adalah kebaikan seluruhnya, siang harinya dan malam harinya, waktu demi waktunya dan detik demi detiknya. Akan tetapi masalahnya ada pada kita, dengan apa kita menyambut bulan ini? dan dengan apa pula kita menggunakan waktu-waktunya yang diberkahi? Maka, bulan ini merupakan bulan nan agung, akan tetapi problem itu,  ada pada kita, masalah itu terdapat dalam diri kita sendiri. Karenanya, hendaklah kita mengenali nilai bulan ini, dan hendaknya pula kita menyambutnya dengan penuh gembira dan bahagia. Dulu, Nabi      -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- biasa memberikan kabar gembira kepada para sahabatnya dengan kedatangannya, seraya mengatakan, ‘Wahai sekalian manusia! Sungguh Ramadhan, bulan nan agung yang diberkahi telah menaungi kalian. Allah menjadikan puasa (di siang hari)nya sebagai kewajiban dan shalat malamnya sebagai ibadah sunnah.’

Dan, beliau  -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- menyebutkan juga berbagai keutamaannya yang cukup banyak.

Keutamaan pertama bulan ini adalah bahwa Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menurunkan al-Qur’an di dalamnya. Yakni, Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- memulai penurunan al-Qur’an di bulan ini. Hal tersebut terjadi di malam Lailatul Qadar, sebagaimana Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur’an) pada malam qadar.” (al-Qadar: 1).

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. Sungguh Kamilah yang memberi peringatan.” (ad-Dukhan: 3).

Dengan demikian mula-mula penurunan al-Qur’an kepada Muhammad -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- adalah di bulan Ramadhan, kemudian turunnya secara berangsur-angsur secara terpisah-pisah sesuai dengan peristiwa dan kejadian sampai dengan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menyempurnakannya ketika mendekati wafatnya Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-  di mana Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menurunkan kepada beliau-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- firman-Nya,

 الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمْ الإِسْلَامَ دِيناً

Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan Aku telah ridha Islam sebagai agamamu.”(Qs. al-Maidah: 3).

Dan oleh karena itu, Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-  mengistimewakan bulan ini dengan membaca al-Qur’an lebih banyak daripada di bulan-bulan lainnya. Dan, dulu, para sahabatnya dan kaum Muslimin yang hidup setelah mereka sedemikikan antusias untuk membaca al-Qur’an di bulan nan agung ini. Karena bulan ini merupakan bulan al-Qur’an. Dan, bulan ini adalah bulan puasa. Maka Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menjadikan puasanya sebagai kewajiban dan menjadikannya pula sebagai rukun di antara rukun-rukun Islam. (Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman)

فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمْ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

“Karena itu, barang siapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah.”

Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- menjadikan puasa Ramadhan termasuk rukun Islam yang lima. Beliau -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda,

بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ

“Islam dibangun di atas lima rukun; persaksian bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi selain Allah dan bahwa Muhammad itu utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadhan.” (HR. al-Bukhari, no. 8).

Maka, wajib atas setiap muslim yang tidak sedang dalam perjalanan untuk berpuasa di bulan Ramadhan ini dari awal sampai akhir dan dilakukan pada waktunya. Adapun barang siapa yang berudzur karena safar atau karena sakit, maka ia boleh tidak berpuasa di hari-hari safarnya dan di hari-hari sakitnya, namun ia harus mengqadha (mengganti)nya di hari-hari lainnya.

Dan, Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- juga mensyariatkan dan menyunahkan bagi kita qiyamulail di malam harinya. Beliau -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda,

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barang siapa shalat malam di bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah, niscaya dosa-dosanya yang telah lalu diampuni.

Beliau -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- juga bersabda,

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barang siapa shalat malam pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah niscaya dosa-dosanya yang telah lalu diampuni. 

Ada dari kalangan ahli ilmu yang menafsirkan shalat malam di bulan Ramadhan ini dengan sabda Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-,

إِنَّهُ مَنْ قَامَ مَعَ اْلِإمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ

“Sesungguhnya barang siapa shalat (taraweh) bersama sang Imam hingga selesai, niscaya dicatatkan untuknya (pahala) shalat semalam suntuk.”

Maka, qiyam Ramadhan (shalat taraweh) di dalamnya terdapat keutamaan yang sangat besar, dengannya Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- mengampuni dosa-dosa. Barang siapa mengerjakan qiyam Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah, karena iman dan membenarkannya dan membenarkan adanya keutamaannya, dan mengharapkan mendapatkan pahalanya, niscaya Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu, yaitu, dosa-dosa kecilnya. Adapun dosa-dosa besarnya sesungguhnya hal itu tidak dapat dihapuskan kecuali dengan bertaubat. Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ

“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu.” (an-Nisa: 31).

Dan, Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bersabda,

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ

“Shalat lima waktu, Jum’at ke Jum’at (berikutnya), dan Ramadhan ke Ramadhan (berikutnya) merupakan penghapus dosa yang terjadi di antaranya bila seseorang menjauhi al-Kabair (dosa-dosa besar.)” (HR. Muslim).

Adapun para pelaku dosa-dosa besar bilamana mereka bertaubat kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-niscaya Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menerima taubat mereka dan mengampuni dosa-dosa mereka, Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

إِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا

“Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.” (az-Zumar: 53).

Akan tetapi, di bulan Ramadhan, taubat dan istighfar lebih ditekankan. Setiap muslim haruslah mengintrospeksi dirinya dan melihat amal-amalnya agar ia masuk ke dalam bulan ini dirinya telah bersih dari dosa-dosa, sehingga ia masuk ke dalamnya dengan jiwa yang bersih sehingga ia bisa memusatkan perhatiannya untuk beribadah kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – .

Bulan Dibukanya Pintu-pintu Surga

Termasuk keutaman bulan ini, bulan Ramadhan, adalah bahwa pada bulan ini pintu-pintu Surga dibuka. Hal demikian itu dengan dimudahkannya melakukan amal-amal shaleh dan dicurahkannya dengan sedemikian derasnya  kepada orang-orang yang beriman. Karena Surga dapat diraih dengan amal-amal shaleh, dengan sebab amal-amal shaleh. Maka, Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- membuka pintu-pintu Surga untuk suatu tujuan yaitu agar Kaum muslimin (orang-orang Islam) saling berlomba menuju ke Surga dengan melakukan amal-amal shaleh. Di mana amal-amal shaleh tersebut di bulan ini (bulan Ramadhan) berlimpah dan dimudahkan bagi orang yang dimudahkan oleh Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-.

Bulan Ditutupnya Pintu-pintu Neraka

Termasuk pula keutaman bulan ini, bulan Ramadhan, adalah bahwa pada bulan ini pintu-pintu Neraka ditutup. Hal demikian itu karena kaum Muslimin bertobat kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dan memohon ampun kepada-Nya, sehingga mereka selamat dari Neraka. Karena amal-amal buruk (yang dilakukan seorang hamba) merupakan sebab seseorang masuk ke dalam Neraka. Maka, Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menutup pintu-pintu Neraka tersebut dari mereka di bulan ini bermakna bahwasanya Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- mudahkan bagi para hamba-Nya untuk bertaubat dan memohon ampun, meninggalkan dosa-dosa dan kemaksiatan-kemaksiatan sehingga mereka selamat dari Neraka ini.

Bulan Dibelenggunya Setan

Termasuk pula keutaman bulan ini, bulan Ramadhan, adalah bahwa pada bulan ini setan dibelenggu. Maka, ia tidak mampu secara leluasa untuk menyibukkan kaum Muslimin dari agama mereka seperti halnya yang dapat dilakukannya di selain bulan Ramadhan. Di bulan Ramadhan, Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menghalanginya dari (menggoda secara leluasa) para hamba-Nya orang-orang yang beriman, ia tidak leluasa membisikan kejahatan terhadap mereka, tidak leluasa menyibukkan mereka, dan tidak leluasa pula memalingkan mereka dari amal-amal shaleh. Oleh karena ini, Anda dapati kaum Muslimin sedemikian bersemangat di bulan ini, sedemikian antusias untuk melakukan amal-amal shaleh, jauh lebih banyak daripada pada bulan-bulan lainnya tanpa ada rasa keterpaksaan. Mereka melakukannya dengan penuh suka rela, karena setan tidak mampu untuk menyibukan mereka dan menghalang-halangi mereka dari amal-amal shaleh dengan leluasa. Ini merupakan perkara yang dapat disaksikan. Maka, sesungguhnya antusiasme manusia untuk beribadah di bulan ini merupakan petunjuk yang menunjukkan bahwa setan telah tercegah dari menghalangi antara manusia dan ketaatan-ketaatan. Akan tetapi setan itu hanya kuasa untuk menguasai para wali dan kekasihnya. Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menghalangi golonganNya dan tentaraNya dari dikuasai oleh setan.  Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ . إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ

“Ia (Iblis) berkata, ‘Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka’.” (al-Hijr: 39-40).

Maka, hamba-hamba Allah al-Mukhlashin, setan tak mempunyai jalan untuk menguasai mereka, terlebih di bulan Ramadhan. Adapun tentara setan dan golongannya, maka setan dapat menguasai mereka di setiap waktu dan ia pun menambah keburukannya di bulan ini, sebagaimana Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

وَاسْتَفْزِزْ مَنِ اسْتَطَعْتَ مِنْهُمْ بِصَوْتِكَ وَأَجْلِبْ عَلَيْهِمْ بِخَيْلِكَ وَرَجِلِكَ وَشَارِكْهُمْ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ وَعِدْهُمْ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلَّا غُرُورًا . إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ وَكَفَى بِرَبِّكَ وَكِيلًا

“Dan perdayakanlah siapa saja di antara mereka yang engkau (iblis) sanggup dengan suaramu (yang memukau), kerahkanlah pasukanmu terhadap mereka, yang berkuda dan yang berjalan kaki, dan bersekutulah dengan mereka pada harta dan anak-anak lalu beri janjilah kepada mereka. Padahal setan itu hanya menjanjikan tipuan belaka kepada mereka. Sesungguhnya (terhadap) hamba-hamba-Ku, engkau (Iblis) tidaklah dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Tuhanmu sebagai penjaga.” (Qs. al-Isra : 64-65).

Oleh karena itu, Anda dapati orang-orang yang biasa melakukan keburukan, mereka mempersiapkan peralatan untuk melancarkan aksi di bulan ini, mereka merancang berbagai program yang akan merobohkan semangat dan keistiqamahan seseorang, membuat program tayangan yang penuh canda dan tawa, beragam acara permainan dan ‘hiburan’ yang melalaikan. Mereka membuatnya beraneka ragam bentuknya di bulan ini dengan maksud dan tujuan untuk menghalang-halangi manusia dari ketaatan dan menyibukkan mereka dengan hal-hal yang tidak berguna, permainan, kemaksiatan yang begitu mudah mereka dapatkan di berbagai macam media, di stasiun-stasiun radio, televisi, internet dan yang lainnya, yang jauh lebih banyak dan bermacam-macam.

Ini merupakan bahaya besar. Wajib atas seorang muslim untuk menjaga dirinya dan keluarganya, dan membersihkan rumahnya dari sarana-sarana yang buruk ini dan dari program acara-acara seperti ini, karena hal-hal tersebut seringkali menyibukkan seseorang dari pergi ke masjid-masjid dan ikut serta bersama kaum Muslimin dalam menunaikan shalat-shalat sunnah, shalat-shalat wajib dan dari membaca al-Qur’an. Anda dapati mereka mengikuti acara-acara ini di waktu-waktunya, dan tidak jarang mereka terlambat dari menghadiri shalat berjama’ah disebabkan karena mengikuti program acara tersebut. Karenanya, seorang muslim semestinya menutup rapat-rapat pintu-pintu yang melalaikan ini, ia senantiasa menutupnya, apatah lagi di bulan Ramadhan. Hendaknya ia tidak menyibukkan dirinya, keluarganya, orang-orang yang mengunjunginya dengan program-program acara seperti ini yang paling tidak –kalau pun terdapat kebaikan di dalamnya- akan menyibukkan dari sesuatu yang jauh lebih penting dari hal tersebut. Lalu, bagaimana halnya jika ternyata kesemua isi acara tersebut adalah keburukan dan intrik-intrik setan?!

Oleh kerena itu, hendaknya kalian waspada! Karena, para kroni-kroni setan dan bala tentara setan itu berupaya untuk dapat menguasai dan mengendalikan di bulan ini dan mereka membuat program-program acara dengan maksud menarik perhatian manusia kepadanya dan menyibukkan mereka dengan acara-acara tersebut dari urusan agama mereka, urusan dunia mereka, urusan akhirat mereka, dan dari bulan nan mulia di mana mereka tengah berada.

Karena itu, hendaklah kita bertakwa kepada Allah, dan mewaspadai hal-hal yang menyibukan ini. Sampai pun dalam hal urusan-urusan duniawi, sampai pun urusan mencari rizki yang tidak dibutuhkan oleh seseorang, hendaknya seorang muslim meringankannya di bulan ini. Hendaknya ia mendaya gunakan sebagian besar waktunya untuk melakukan ketaatan kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Mungkin ia dapat mengerahkan dan mencurahkan segenap tenaganya dan sebagian besar waktunya untuk mencari dunia di waktu-waktu dan kesempatan yang lainnya, di luar bulan Ramadhan. Karena, waktu dan kesempatan di bulan Ramadhan akan terlewatkan. Adapun urusan mencari harta dan penghasilan, maka urusan ini tak terlewatkan. Maka dari itu, seorang muslim hendaknya perhatian terhadap masalah tersebut.

Demikian juga, mereka, para bala tentara setan itu menyibukkan kaum Muslimin dengan berbagai macam perlombaan dengan iming-iming uang sebagai hadiahnya bagi para pemenangnya. Sementara kita tahu bahwa ‘uang’ akan dapat menarik hati manusia. Anda dapati mereka sedemikian antusias berpartisipasi mengikuti perlombaan-perlombaan semacam ini dan mereka menyibukan waktu-waktu mereka dalam acara-acara tersebut. Boleh jadi mereka mendapatkan hadiah itu dan boleh jadi tidak mendapatkannya. Kalau pun seseorang mendapatkan jutaan uang dari hadiah-hadiah yang disediakan dalam lomba-lomba tersebut, sesungguhnya hal itu tidak sebanding sama sekali dengan satu hasanah (kebaikan) yang didapatkan di bulan yang diberkahi ini.

Karena itu, seorang muslim hendaklah berlomba-lomba dalam kebaikan. Berlomba-lomba menuju ke Surga. Bersegera melakukan ketaatan-ketaatan. Dan, meninggalkan hal-hal yang menyibukan dan melalaikan. Tidak menyibukkan dirinya dengannya, atau menyibukkan anak-anaknya dan keluarganya dengannya. Karena, hal-hal yang melalaikan itu akan memalingkannya dari kesibukan dalam ketaatan. Karena, hal-hal yang melalaikan itu, akan menghilangkan waktu dan umur dengan sia-sia. Hal-hal yang melalaikan itu menyebabkan seseorang kehilangan kesempatan yang sangat berharga untuk melakukan kebaikan dan meraih pahala besar di bulan nan agung ini.

Maka, hendaklah kita bertakwa kepada Allah -wahai kaum Muslimin-. Bulan ini (bulan Ramadhan) merupakan bulan yang agung. Baik dan berkah seluruhnya. Siang harinya untuk bepuasa dan malamnya untuk shalat malam dan berdzikir mengingat Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Maka, seorang itu, menyibukkan waktunya untuk selalu melakukan perkara yang diwajibkan, yang disunnahkan dan ketaatan-ketaatan. Atau, ia beristirahat dengan tidur agar nantinya semangat beribadah kembali. Tidur, sekadar yang dibutuhkan. Adapun orang yang tidur karena ia telah bergadang di malam harinya sekedar untuk mengobrolkan hal-hal yang tidak berguna, makan-makan, minum-minum, dan menikmati hal-hal yang disenangi oleh hawa nafsu, kemudian ia tidur sepanjang siang dan ia mengatakan ‘saya berpuasa’, ini termasuk hal yang menakjubkan. Seorang yang tengah berpuasa meninggalkan shalat-shalat wajib, meninggalkan hal-hal yang diwajibkan, tidak melaksanakan shalat bersama dengan jama’ah kaum Muslimin, tidak pergi ke masjid ?! ini orang yang tengah berpuasa?! Sungguh, puasa itu bukan sekedar tidak makan dan tidak minum saja. Sejatinya, puasa itu adalah menahan diri dari segala hal yang diharamkan oleh Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- , dan di antara hal yang paling besar yang diharamkan oleh Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- adalah menyia-nyiakan shalat-shalat fardhu terkait dengan waktu-waktunya.

Karena itu, kaum Muslimin hendaknya perhatian dengan perkara ini. Karena, bulan Ramadhan bukanlah bulan untuk bermalas-malasan, makan dan minum sepuasnya di malam harinya. Tetapi, bulan Ramadhan itu adalah bulan untuk melakukan ketaatan, mengerahkan segenap kesungguhnya untuk berkata dan berbuat yang benar. Tidak masalah seseorang mengambil sebagian waktunya untuk merehatkan badan yang tidak melewatkan kebaikan. Tidak terlewatkan dari shalat Jama’ah. Tidak terlewatkan dari ikut andil dalam kebaikan. Bahkan, ia menggabungkan antara sesuatu yang dapat merefreskan badannya dan sesuatu yang akan menghidupkan hati, ruh dan pikirannnya dengan berdzikir kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Ini merupakan kesempatan dan peluang, sementara kesempatan dan peluang itu tidak selalu ada. Bulan Ramadhan bisa jadi tidak akan berulang kedatangannya kepadamu untuk kali berikutnya. Sehingga, bulan Ramadhan kali ini menjadi penutup bagi hidupmu. Karena itu, tutuplah dengan sebaik-baik penutupan.

Wahai pencari kebaikan, bergegaslah!

Saudaraku…

Ada penyeru berseru di setiap malam dari malam-malam bulan Ramadhan, ‘ wahai pencari kebaikan, bergegaslah!’

Adakah kiranya orang yang tidak menginginkan kebaikan? Setiap kita tentunya menginginkan kebaikan. Semua orang tentunya menginginkan kebaikan. Tetapi, masalahnya tidak terbatas pada keinginan belaka. Haruslah ada langkah dan upaya nyata. Karena itu, jika Anda menginginkan kebaikan, maka lakukanlah kebaikan. Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا

“Dan barang siapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan dia beriman, maka mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik.” (al-Isra’: 19).

Maka, apabila Anda menginginkan kebaikan itu, maka bertindaklah! lakukanlah kebaikan dan tidaklah cukup sekedar keinginan belaka. Karena sesungguhnya di dalam hadis disebutkan,

وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَ تَمَنَّى عَلَى اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ

“Dan orang yang lemah adalah orang yang dirinya mengikuti (keinginan) hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah ‘azza wa jalla.” (HR. at-Tirmidzi, no. 2459 dan ia mengatakan, ‘Ini hadis hasan.’).

Berangan-angan tidaklah bermanfaat dan begitu pula sekedar keinginan semata tanpa diiringi dengan amal nyata juga tidak bermanfaat.

“Wahai pencari kebaikan, bergegaslah!” Bergegaslah kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dengan melakukan berbagai bentuk ketaatan. Bergegaslah kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dengan melakukan berbagai qurbah (pendekatan diri). Dan prioritas pertama hal itu adalah menjaga pelaksaan shalat-shalat fardhu pada waktu-waktunya. Kemudian, amal-amal yang lainnya, segeralah lakukan. Sibukan diri Anda dengannya. Karena sesungguhnya Anda tidak lama lagi akan sangat membutuhkannya. Sungguh, demi Allah, tidak lama lagi Anda akan sangat membutuhkan kepada satu kebaikan ketika ajal menjemput Anda dan amal pun ditutup, sementara Anda mengangankan dapat kembali ke kehidupan dunia untuk beramal shaleh namun Anda tak mampu melakukannya.

Anda sekarang berada di masa pencarian pahala dan di masa bercita-cita agar dapat memiliki kedudukan yang tinggi di dalam Surga. Sementara saat ini, bulan Ramadhan telah tiba dan menaungi Anda. Karena itu, bersegeralah Anda mengisinya dengan beragam bentuk ketaatan dan pendekatan diri kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, sedekah dan tindak kebaikan lainnya, sesungguhnya Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- akan menerima dari Anda yang sedikit dan yang banyak, dan Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- akan melipatgandakan pahala untuk Anda yang sedikit itu menjadi berlipat-lipat ganda banyaknya. Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا

“Sungguh, Allah tidak akan menzhalimi seseorang walaupun sebesar Zarrah, dan jika ada kebajikan (sekecil Zarrah), niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan pahala yang besar dari sisi-Nya.” (Qs. an-Nisa : 40).

Maka, hadapkanlah diri Anda kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dengan melakukan berbagai bentuk ketaatan. Sesungguhnya Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- akan senantiasa menyambut Anda dengan baik selagi Anda mau menghadapkan diri kepada-Nya. Adapun bila Anda berpaling dari Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, niscaya Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- akan berpaling dari Anda. Karena Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- tidak butuh kepada Anda sementara Anda butuh kepada-Nya.

Wahai pencari keburukan, berhentilah!

Wahai orang-orang yang ingin menyesatkan manusia dan merusak manusia. Wahai orang-orang yang ingin menyibukkan manusia dengan hal-hal yang tidak berguna lagi melenakan, musik dan seruling, drama dan sandiwara. Wahai orang-orang yang ingin menyibukkan manusia dengan lelucon dan hal-hal yang melalaikan dari kebaikan. Berhentilah! Hilangkanlah!  Tinggalkanlah–wahai musuh Allah-! sesungguhnya engkau tertipu dan terpedaya, engkau terjauhkan dari kebaikan. Hendaknya engkau tahu diri dan janganlah engkau sibukkan kaum Muslimin dengan keburukan dan hal-hal yang melalaikan.

Wahai pencari keburukan, berhentilah. Berhentilah dari keburukan. Jika engkau enggan berhenti, niscaya engkau akan dibinasakan dengan perintah Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, niscaya engkau akan dibinasakan di hari di mana penyesalan tidak akan memberikan manfaat sedikitpun kepadamu.

Maka, bertakwalah kepada Allah-wahai hamba-hamba Allah-. bergegas dan bersegeralah untuk melakukan kebaikan-kebaikan selagi memungkinkan bagi kalian dan mudah untuk kalian lakukan, karena sesungguhnya kesempatan itu tidak selalu ada, dan sesungguhnya kehidupan di dunia ini akan lenyap namun hasil amal seseorang akan tetap ada, baik amal yang baik atau pun amal yang buruk.

Akhirnya, semoga Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- memberikan taufik kepada kita semua. Amin. Wallahu A’lam. (Redaksi).

Sumber:

Banyak mengambil faedah dari khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Syaikh Dr. Shaleh bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan -حَفِظَهُ اللهُ تَعَالَى – dengan judul ’Fadha-ilu Syahri Ramadhan’.