Nama dan nasab beliau

Beliau adalah Abu Sufyan bin Waqi’ bin Al-Jarrah bin Malih Ar-Ruasi Al-Kufi dari suku Ailan.

Kelahiran beliau

Dia lahir pada tahun 129 H, namun berdasarkan keterangan dari imam Ahmad bin Hambal, dia berkata: “Khalifah dan Harun Bin Hatim berkata: “Waqi’ bin Al-Jarrah lahir pada tahun 128 H”.

Berdasarkan riwayat dari Waqi’ bin Jarrah, dia berkata: “Aku dilahirkan di sebuah perkampungan di daerah Ashfahan yang bernama Abbah”.

Sifat perawakan beliau

Adzahabi berkata: “Waqi’ bin Jarrah, (berkulit) sawo matang (berbadan) besar dan gemuk”.

Abu Daud berkata: “Waqi’ bin Jarrah, matanya buta sebelah”.

Said bin manshur berkata: “Ketika Waqi’ datang ke Makkah dan badannya terlihat gemuk, maka al-Fudhail bin ‘Iyadh berkata kepadanya: “Bagaimana kamu bisa gemuk, sedangkan kamu adalah tokoh agama penduduk irak” Waqi’ bin Jarrah menjawab: “Ini semua karena kegembiraanku terhadap Islam”.

Ibadah beliau

Diriwayatkan dari Yahya bin Aktsam, dia berkata: “Aku telah menemani Waqi’ ketika berada di rumah dan ketika dalam bepergian, dia berpuasa Dhar(setahun penuh yang dilakukan terus-menerus -red), dan setiap malam menghatamkan Al-Qur an”.

Adzahabi menambahkan: “Ibadah ini adalah ibadah yang ia dikerjakan, akan tetapi ibadah tersebut adalah ibadah yang telah dikerjaka beberapa imam sebelumnya, yang bersifat mafdhulah (kurang utama), telah tetap larangan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang puasa dahr, dan melarang menghatamkan Al-Qur an kurang dari tiga hari, sesungguhnya agama Islam ini mudah dan beribadah mengikuti sunnah adalah lebih utama, semoga Allah meridhai Waqi’ bin al-Jarrah”.

Kemampuan Hafalannya

Dari Abdullah bin Ahmad bin Hambal, ia berkata: “Aku pernah mendengar Ayahku berkata ketika menyebut nama Waqi’ bin Jarrah: “Aku belum pernah melihat seorangpun yang lebih menguasai ilmu dan lebih hafizh dari waqi’.

Dari Basyr bin Musa ia berkata: “Aku belum pernah melihat Waqi’ bin jarrah memegang kitab untuk menulis dan membaca. Untuk menguasai ilmu ia hanya bertumpu pada kemampuan hafalannya”.

Dari Yahya bin Main, ia berkata: “Aku belum pernah melihat orang yang lebih hafal dari Waqi’.

Beberapa kata hikmahnya

Dari Ibrahim bin Syammas, dia berkata: “Aku mendengar Waqi’ bin Jarrah berkata: “Barangsiapa yang tidak bersiap-siap ketika waktu shalat hampir tiba, maka ia berarti ia tidak memuliakannya”.

Waqi’ bin Jarrah berkata: “Kalau seseorang meninggalkan urusan keduniawian sampai taraf para shahabat,seperti Salman, Abu Dzar, dan Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, maka aku tidak mengatakan bahwa ia adalah seorang yang zuhud, karena yang demikian itu bukanlah zuhud kecuali memakan makanan yang murni halalnya. Sedangkan untuk mendapatkan sesuatu yang murni halalnya, pada zaman sekarang ini sudah tidak aku ketahui lagi. Bagiku dunia ini terdapat padanya sesuatu yang halal, haram, dan syubahat. Sesuatu yang halal akan dihisab, dan sesuatu yang syubahat akan dicela. Oleh karena itu posisikan dunia ini sedperti bangkai. Ambilah dari dunia ini untuk sekerdar membuatmu bertahan hidup. Jika apa yang kamu ambil dari dunia ini sesuatu yang halal, maka kamu telah berbuat zuhud. Namun jika sesuatu haram, maka kamu jangan mengambilnya kecuali untuk sekedar bertahan hidup, karena hukum bangkai tidak halal kecuali untuk sekerdar untuk bertahan hidup. Dan jika kamu mengambil dari dunia sesuatu yang syubahat (yang tidak jelas antara halal dan haramnya -red), dan itupun kamu lakukan untuk sekedar bertahan hidup, maka hal itu hanya akan mendapat celaan sedikit”.

Dari Ali bin Khasyram, dia berkata: “Aku telah mendengar Waqi’ berkata: “Tidak sempurna ilmu seseorang hingga ia menimba ilmu dari yang di atasnya (pada tingkat keilmuan -red), yang sederajad dengannya, dan yang lebih rendah derajatnya darinya”.

Guru-guru beliau

Diantara guru-guru beliau adalah sebagai berikut:

  1. Malih Ar-Ruasi Al-Kufi, bapak beliau sendiri.
  2. Ismail bin Abi Khalid
  3. Aiman bin Nabil
  4. Ikrimah bin Ammar
  5. Hisyam bin Urwah
  6. Al-A’masy
  7. Taubah Abi Shadaqah
  8. Jarir bin Hazim
  9. Abdullah bin Said bin Abi Hind
  10. Khalid bin Dinar, dan selain mereka.

Murid-Murid beliau

Diantara murid-murid beliau adalah:

  1. Sufyan bin Waqi’, anak beliau sendiri.
  2. Mulaih bin Waqi’, anak beliau sendiri.
  3. Ubaid bin Waqi’, anak beliau sendiri.
  4. Sufyan Ats-Tsauri, Yang mana beliau adalah guru Waqi’ sendiri.
  5. Abdurrahman bin Mahdi
  6. Ahmad
  7. Abu Hanifah
  8. Al-Humaidi
  9. Muhammad bin Salam
  10. Al-Qa’nabi, dan selain mereka.

Wafatnya beliau

Abu Hasyim Ar-Rifa’I berkata: “Waqi’ bin Jarrah meninggal pada tahun 197 H, di bulan Muharam. Jasadnya di kebumikan di Faid. Maksudnya ia meninggal dalam perjalanan pulang dari haji”.

Ahmad bin Hambal berkata: “Waqi’ menunaikan ibadah haji pada tahun 197 H dan ia meninggalkan di Faid”.

Adz-Dzahabi berkata: “Waqi’ berusia 68 tahun kurang satu atau dua bulan”.

[Sumber: Min A’lami Salaf pdf, hal. 53-69, Syaikh Ahmad Farid. Lihat http://uqu.edu.sa/files2/tiny_mce/plugins/filemanager/files/4290561/43/ddd85.pdf]