Emansipasi Wanita

Segala puji bagi Allah, Tuhan yang berhak atas segala pujian dan sanjungan. Saya memuji dan bersyukur, bertaubat dan mohon ampun kepada Allah. Saya mohon kepada Allah kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat dan saya berlindung kepada Allah dari keburukan orang-orang yang hidup sengsara. Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan tiada sekutu bagi rububiyah, uluhiyah dan asma dan sifat-Nya. Dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam adalah hamba dan utusan Allah, dialah nabi terakhir dan rasul terbaik di antara para nabi dan rasul, semoga shalawat dan salam serta limpahan berkah tetap tercurah kepada beliau, keluarga, para sahabat yang mulia lagi bertakwa dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari Pembalasan.

Banyak orang mengira bahwa faktor kemunduran umat berasal dari kemunduran mereka di bidang industri atau militer atau lemahnya ekonomi. Artinya, bila mereka menguasai semua itu maka akan menjadi umat terdepan dan terkuat dalam memimpin bangsa-bangsa. Tetapi bila kita renungkan secara seksama pernyataan di atas sangat keliru dan penuh dengan kabut yang menutupi mata orang yang mengeluarkan pandangan tersebut, sehingga tidak mampu memandang secara sempurna. Kelemahan umat yang sebenarnya adalah karena umat mengalami krisis moral dan kualitas sebagai sumber daya manusia baik dari segi intelektual, pemahaman dan kadar kemampuan. Mereka tertipu dengan kebodohan dan kepandiran dalam mengeluarkan pernyataan. Apabila engkau benar-benar ikhlas dalam memberi nasehat dan memahami realita secara jeli serta benar-benar ingin mencari penyebab kelemahan, kekurangan dan kemunduran umat maka lihatlah kebobrokan moral yang menyebar di kalangan umat. Bahkan banyak dari kalangan cendikia dan pemi-kir menutup mata dan tidak peduli dengan kerusakan moral, diawali dengan hilangnya amanat, tidak tanggung jawab dan lemahnya sumber daya dan keahlian bahkan di antara mereka lebih mementingkan urusan pribadi dan melupakan kaidah dasar kehidupan serta kepentingan umat. Sehingga menyebarlah sikap malas, santai, cero-boh, teledor, menghabiskan waktu untuk hal-hal yang kurang penting dan tidak bermanfaat. Mereka lebih suka menuntut hak-hak pribadi tetapi mengabaikan kewajiban dan hak orang lain serta malas mencari kesempurnaan padahal ia termasuk orang yang mampu. Perkataan dan perbuatan mereka terlihat kasar apalagi dalam muamalah antar sesama manusia. Mudah terpancing emosi dan hanyut dalam perasaan dendam sehingga interaksi sosial dan etika pergaulan penuh dengan suasana riya’ dan basa basi dusta. Dan masih banyak lagi tumpukan keku-rangan dan keganjilan umat ini yang tidak terbilang jumlahnya.

Wahai saudaraku, permasalahan yang banyak menjadi perbincangan di kalangan anak bangsa dan generasi umat yang menisbatkan dirinya sebagai pemikir, pakar, peneliti, cendekiawan baik laki-laki maupun perempuan tidak banyak menyentuh masalah pembinaan moral dan pelurusan akhlak. Bahkan wacana ilmu pengetahuan penuh dengan asap bencana yang mencekik kebenaran dan moral serta penguburan akhlak mulia. Apa komentar anda bila para pakar selalu membuat opini untuk mendiskriditkan nilai moral dan kemurnian ajaran, mereka lebih mengikuti emosi daripada rasio dan lebih bangga terhadap kemajuan semu daripada memacu laju kekuatan agama dan syariat. Mereka lebih pandai membalut keinginan hawa nafsu dan syahwat dengan bungkus dan baju kebenaran dan kepentingan umat bahkan mencari kepuasan pribadi atas nama kepentingan bangsa dan maslahat sosial.

Wahai saudaraku, yang disampaikan di atas bukanlah pendapat yang serampangan tanpa dasar. Beberapa bukti dan contoh dari berbagai pernyataan dan celotehan mereka baik dalam bentuk buku dan karya ilmiyah tidak banyak menguntungkan wanita dan membela hak-hak serta kepentingan hidupnya, sebagaimana yang terlontar dalam pernyataan mereka. Maka masalah emansipasi membutuhkan kajian komprehensif dan pembahasan tuntas guna melihat faktor yang mendorong digulirkannya isu emansipasi di penjuru dunia dengan dalih membebaskan wanita dari kezhaliman dan mengembalikan hak-hak mereka secara adil.

Wahai saudaraku, untuk mengembalikan permasalahan ini kepada intinya harus diperhatikan sejarahnya. timbulnya gerakan emansipasi wanita timbul dari pemikiran untuk menjajah dan mengeksploitasi dunia dan gerakan untuk mengganti aqidah dan agama samawi dan mengubahnya dengan ideologi buatan manusia. Gerakan emansipasi wanita ini tumbuh dari akar sistem sekuler tatkala mereka memisahkan nilai agama dari kehidupan dan sebagai gantinya mereka membuat pemikiran dan aliran yang bersumber dari ideologi materialisme, rasionalisme, komunisme, kapitalisme, nasionalisme dan sosialisme serta liberalisme. Semua pemikiran di atas berangkat dari sikap penolakan wahyu dan pengingkaran atas eksistensi (keberadaan) Allah sehingga mereka menuhankan diri sendiri dan membuat aturan sendiri. Gerakan emansipasi wanita merupakan gerakan penghancuran sendi dan kaidah dasar kehidupan masyarakat untuk menebarkan benih kebebasan dan pemikiran sesat yang membuat sikap hidup egois dan angkuh, sehingga sikap tersebut menjadi musuh utama manusia bagaikan setan yang jahat yang menganggap bahwa bangunan masyarakat terbangun atas kehendak masing-masing individu bukan di atas keluarga dan rumah tangga. Oleh karena itu segala macam kebijakan, pembicaraan dan langkah politik yang berkaitan dengan masalah kemasyarakatan ditentukan oleh suara individu, sedangkan rumah dan keluarga sama sekali tidak mempunyai saham dalam menentukan segala kebijakan. Masyarakat secara individu itulah yang menjadi sasaran baik perempuan atau laki-laki, begitulah pemahaman dan pemikiran yang mereka acak-acak sehingga mereka hidup dengan asas kebebasan yang menjadi cita-cita dan angan-angan mereka. Akhirnya wanita tidak memiliki harapan untuk menjadi seorang isteri, saudara, ibu atau anak yang taat begitu juga seorang laki-laki tidak mempunyai cita-cita atau harapan untuk menjadi bapak, saudara atau anak yang taat. Ikatan keluarga sudah tidak penting lagi bahkan yang ada hanya teman belajar dan teman kerja serta teman kencan. Tidak seorangpun yang bergairah untuk menikah dan hidup berkeluarga, mereka menganut gaya hidup free sex tanpa mengenal batasan dan tanggung jawab, mereka bebas berganti-ganti pasangan sesuka hatinya. Emansipasi wanita yang sangat giat memutar-balikkan kebenaran dan pemahaman dipengaruhi oleh kepentingan materi dan promosi hasil industri serta pemikiran sosial yang bertujuan menghilangkan nilai agama dan melunturkan aqidah bahkan mempromosikan pemikiran atheis, paham kebebasan dan penyelewengan seks. Itulah sosok hasil gerakan emansipasi wanita menurut mereka; merubah tabiat wanita menjadi jalang, beringas dan reaktif seperti kaum laki-laki. Bisa jadi dia mendapatkan wacana emansipasi, sepintas mampu menjawab problematika dan mengangkat harkat serta martabat wanita, tetapi justru dipahami sebagai sarana untuk mengelak dari kewajiban dan tanggung jawab, maka emansipasi bukanlah gerakan untuk membebaskan wanita dari jeratan kezhaliman tetapi adalah sebuah gerakan kebebasan untuk menzhalimi harga diri kaum wanita. Lepaskan seluruh ikatan moral, etika, tanggung jawab rumah tangga dan hak asasi manusia dan ubahlah kehidupan rumah tangga kepada kehidupan yang hanya menunggu kelahiran anak dan masa hamil. Oleh karena itu, kaum laki-laki enggan menikah karena telah menemukan jalan pintas, mudah dan murah untuk memenuhi kebutuhan seksualnya tanpa harus menanggung beban dan resiko pernikahan yang berat.

Wahai saudaraku, gerakan emansipasi wanita telah menjadi sebuah aliran dan ideologi yang dibela oleh sebagian orang bahkan mereka mensosialisasikan gerakan tersebut melalui seminar dan muktamar serta memperjuangkannya lewat lembaga dan organisasi hak-hak asasi manusia serta yang lainnya. Tidak ada orang yang menanggapi ajakan tersebut kecuali orang yang sudah terkena racun sekuler yang ditebarkan oleh segelintir orang yang memangku jabatan strategis. Sesungguhnya akal mereka tercemar racun pemikiran bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bisa tercapai kecuali harus mengorbankan nilai-nilai kemuliaan, keimanan dan ikatan ajaran Islam. Akan tetapi itu bukan suatu kemajuan melainkan kehinaan jati diri dan keroposnya mental. Bila seseorang bersikap seperti itu, maka ia telah kehilangan kemampuan untuk memilah antara yang hak dengan yang batil.

Sesungguhnya pelopor dan pejuang emansipasi wanita ala sekulerisme di negara-negara Islam hanya menyuarakan suatu kemustahilan, para pejuang baik laki-laki maupun wanita dalam kesulitan yang nyata dalam memadukan antara kebenaran dan kebatilan, antara keburukan dan kebaikan diaduk dalam satu racikan. Agama Islam merupakan ajaran spiritual yang lengkap dan sempurna, begitu pula ajarannya jelas dan terang sehingga mereka tidak mungkin bisa mengubah alur metode itu. Mereka mencoba dengan tangan gemetaran untuk mencampur antara hawa nafsu dengan lemahnya mental, dan mencoba memperkosa sebagian ayat. Sebenarnya, permasalahannya hanya seputar dua pilihan, tidak lebih dari itu, yaitu antara memilih Islam secara total atau mengekor budaya barat. Mereka menginginkan wanita menjadi lawan bagi kaum laki-laki, pesaing kaum laki-laki, sederajat kedudukannya dengan laki-laki dan memperebutkan posisi bersama laki-laki sementara dalam konsep Islam wanita adalah saudara, teman dan pasangan hidup yang saling melengkapi, laki-laki masih tetap bisa menjaga kejantanannya dan perempuan masih tetap mempunyai kelebihan dengan naluri kewanitaannya. Wanita di dalam konsep mereka hanya sekedar barang dagangan yang dipajang di toko-toko mode pakaian yang menjadi tontonan kaum hidung belang dan disuruh berdendang di pasar kelezatan dan syahwat, menjadi budak nafsu dan seks kaum laki-laki dengan dalih pembebasan wanita dari ketertindasan. Mereka menikmati wanita karena mereka sebenarnya tidak ingin membebaskan ketertindasan wanita tetapi mereka ingin bebas menindas wanita. Dalam konsep agama Islam tidak mungkin mencari kesenangan hidup, memerangi kemiskinan dan kebodohan dengan mengorbankan kehormatan, harga diri dan martabat. Dengan kehilangan harkat dan martabat berarti hilanglah jati diri individu dan umat kalau mereka mau berpikir. Dalam pandangan agama Islam, berzina, hamil dari hasil hubungan gelap dan kebebasan seks bukan hak asasi wanita. Seorang wanita tidak berhak menolak hukum Islam dengan dalih ajaran Islam menjadi musuh dan membuat terbelakang-nya kaum wanita serta menghasung kebebasan wanita. Hak-hak wanita dalam Islam selalu disejajarkan dengan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu rumah tangga dan keluarga, hak-hak wanita dalam konsep Islam diambil dan dihiasi dengan nilai etika dan kesucian yang didorong dengan semangat keimanan kepada Allah dalam satu habitat umat yang penuh dengan rasa tanggung jawab dan kerukunan jiwa yang sangat kental bukan saling berebut dan ingin mengalahkan, sebagaimana firman Allah:
فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّي لا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ
“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonan-nya (dengan berfirman), “Sesungguhnya Aku tidak menyianyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain.” (Ali Imran: 195).

Dan Allah berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً
“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (An Nahl: 97).

Hak asasi wanita menurut konsep mereka adalah dengan menelantarkan pekerjaan rumah tangga dan mengabaikan dalam mengasuh anak karena mereka menyatakan bahwa pekerjaan rumah tangga adalah sebagai bentuk usaha yang tidak mendatangkan keuntungan materi, mengatur rumah tangga dan mengasuh anak hanya sekedar tugas sampingan yang bersifat suka rela dan menyibukkan wanita di rumah akan membunuh kreativitas dan potensi SDM. Jadi pembebasan dan emansipasi wanita tidak terwujud kecuali harus melalui penghancuran nilai dasar kehidupan dan pondasi rumah tangga. Betapa buruknya tampang mereka dan betapa kotornya celotehan mulut mereka.

Bagaimana bisa mendidik anak, menjaga martabat, membina keutuhan keluarga dan menciptakan ketenangan jiwa, jika semua itu mereka angggap merugikan dan membunuh kreativitas? Itulah cara mereka menghitung suatu keuntungan dan mengukur suatu kerugian. Semoga dia binasa, bagaimana bisa seperti itu cara mengkalkulasi untung dan rugi suatu kehidupan?

Wahai saudariku, engkau tahu dan semua orang yang berakal sehat pasti paham bahwa cita-cita pembebasan wanita dari belenggu pekerjaan rumah tangga hanya akan berujung pada kerusakan dan gerakan untuk mengeluarkan wanita dari benteng yang kokoh yaitu rumah tangga dan hijab yang aman. Meskipun mereka benar-benar telah memberi kebebasan dan mengadakan pembelaan tetapi tetap saja mereka meletakkan wanita pada barisan yang paling belakang dalam tingkat kemampuan, jabatan dan SDM walaupun keturunan hawa tersebut telah menguras keringat dan banting tulang siang malam. Kenapa mereka sekejam itu? Mereka hanya mengacu pada standar materi belaka sebab dalam kamus mereka yang terpenting adalah mengeruk keuntungan materi semata. Apabila kaum wanita sudah gandrung keluar rumah dan senang bekerja kenapa tidak kita manfaatkan untuk meraih keuntungan sebanyakbanyaknya sehingga wanita yang lemah dengan terpaksa harus menerima interaksi sosial yang egois dan dunia memperlakukannya dengan kasar dalam kehidupannya. Maka merekalah yang menjadi korban utama dari dampak yang ditimbulkan karena kehancuran sosial dan tatanan masyarakat yang porak-poranda. Akhirnya dengan terpaksa ia harus melepas prinsip dan nilai dasar kehidupan untuk menyesuaikan dengan tuntutan zaman, kemudian dia harus melangkahi naluri untuk mendapatkan peluang kerja dan usaha serta untuk mempertahankan hidupnya, kemudian terpaksa mengenakan topeng yang seram dan model pakaian yang melawan fitrahnya untuk bisa bersaing dan menarik perhatian, siapa tahu ada orang yang tertarik untuk menjadi pasangan hidup meskipun tanpa ada ikatan akad nikah dan perjanjian yang serius. Begitulah kehidupan mereka saat ini penuh dengan ketidakpastian dan masa depan tanpa harapan sehingga sang wanita menceburkan dirinya sendiri dalam telaga kesengsaraan dan menjadi insan terlantar setelah dicampakkan oleh sang laki-laki, ibarat habis manis sepah dibuang. Tidakkah orang-orang yang lalai itu mengambil pelajaran? Betapa mulianya bila sebagian manusia masih mau berpikir.

Allah berfirman,
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaiakan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maka Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (At Taubah: 71).

Wahai saudaraku, itulah propaganda emansipasi dan pembebasan wanita menurut konsep mereka yang terbangun di atas pondasi ideologi sekuler yang hanya menebarkan kesengsaraan dan kehancuran serta kebobrokan moral. Suatu pemikiran yang mencetak manusia lepas dari nilai dan etika serta mengajak manusia untuk hidup tanpa tujuan sehingga menjadi manusia yang tidak berharga dan sia-sia di antara pemikiran dan ideologi serta falsafah kehidupan yang serba materialis dan hewani. Ketahuilah bahwa yang bertahan dan langgeng hanyalah ajakan untuk kembali kepada fitrah manusia, suatu ajakan yang mengatakan bahwa orang laki-laki mencari pasangan hidup untuk mengatur dan membina rumah tangga. Seluruh potensi, gerak-gerik dan perhatian wanita tersebut tercurah penuh untuk mencetak rumah tangga yang bahagia dan tenteram, bukan wanita yang memenuhi lokasi pabrik, meja-meja kantor dan trotoar jalan dengan menelantar-kan pekerjaan rumah sehingga menimbulkan gejolak dekadensi moral di kalangan generasi.

Ajakan kembali kepada fitrah selalu berbicara lantang bahwa wanita mencari pasangan hidup seorang lelaki yang mulia dan terhormat yang mampu melindungi dan menjaga kehidupannya sehingga menjadi wanita teladan dan bermartabat, sang suami menjadi penyejuk bagi sang isteri begitu pula sebaliknya. Karena memang wanita diciptakan sebagai sumber ketenangan laki-laki dan sebagai ibu dari anak-anaknya, dan lelaki berfungsi sebagai pelindung dan pengayom bagi isteri dan putera-puterinya serta menyambung silaturrahim dengan keluar-ga isterinya. Bukan seorang laki-laki yang hanya kagum sebentar saja dan menganggap wanita hanya sebagai penghibur sesaat lalu dicampakkan ibarat pepatah habis manis sepah dibuang. Inilah ajakan yang benar dan selain itu hanya bualan, kebodohan, kepura-puraan dan kedustaan yang nyata.

Wahai saudaraku, barangsiapa menginginkan contoh nyata lagi hidup dan langkahnya bisa ditiru, peradaban yang mengacu pada konsep Islam dan prinsip serta kode etik agama yang mampu memberi faedah setiap saat maka lihatlah peradaban dan langkah yang dicontohkan dan dianut oleh negeri haramain dalam menjaga harkat dan martabat wanita yang disertai fasilitas dan sarana yang cukup memadai baik berupa pendidikan dan pengamalan secara konseptual dan terarah. Setiap kaum wanita diarahkan sesuai dengan medan kehidupan yang cocok dengan naluri dan fitrah mereka baik dalam bidang pengajaran, perkantoran dan kesempatan kerja. Bidang-bidang yang mampu menumbuhkan potensi dan kreativitas wanita dan jauh dari kehancuran dan derita yang menimpa kaum wanita korban kejahatan gerakan emansipasi dan teriakan serigala pembebasan wanita yang penuh kedustaan, rekayasa dan penipuan.

Hal demikian itu tidak terwujud tanpa taufik dan pertolongan Allah kemudian pembinaan yang tulus dan jujur serta terarah dari pemimpin dan para pengelola negeri itu yang selalu memiliki perhatian serius terhadap masalah dan urusan wanita, Allah telah memberi taufik kepada mereka sehingga mereka mampu menerapkan sistim paripurna baik sisi pengajaran dan pengamalan bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam.

Itulah aturan dan sistem yang mampu menjaga bangsa dan negara dari kehancuran dan terpeleset ke dalam kubangan pergaulan bebas dan dekadensi moral. Alhamdulillah, kita masih menyaksikan secara utuh sosok kehidupan wanita yang penuh dengan kesucian, kehormatan dan ketinggian harkat dan martabat. Negeri ini hanya memilih sistim dan peradaban Islam dan tidak rela diganti dengan peradaban lain, meskipun banyak orang berceloteh dan kaum oportunis berkomentar. Semoga Allah memberi berkah atas setiap usaha dan semoga Allah meluruskan langkah mereka kepada kebenaran dan jalan yang lurus.