Buah Kedengkian

Sesungguhnya kemarahan itu jika harus ditahan, maka tidak mungkin akan hilang dalam satu saat, sehingga kemarahan itu akan kembali ke dalam hati dan berdiam di dalamnya, lalu berubah menjadi dengki. Sedangkan pengertian dengki adalah perasaan berat di hati yang disertai dengan kebencian dan keinginan untuk terlepas darinya, yang mana hal itu terus berlanjut. Dengan demikian dengki adalah buah dari kemarahan.

Kedengkian itu sendiri akan membuahkan delapan perkara, yaitu:

  • Timbulnya keinginan atau harapan agar nikmat yang ada pada seseorang itu hilang, dengan demikian jika nikmat itu hilang dari diri seseorang maka anda akan berbahagia, sebaliknya jika nikmat itu tetap pada diri orang itu maka anda akan bersedih. Sikap seperti ini adalah salah satu perangai buruk orang-orang munafik.

  • Akan bertambah besarnya kedengkian yang telah melekat dalam hati, dengan demikian anda akan merasa senang dengan musibah yang menimpa orang tersebut.

  • Anda tidak akan menegurnya, menghindarinya dan memutuskan hubungan dengannya, walaupun ia mengundangmu dan menghampirimu.

  • Anda akan memalingkan wajah darinya sebagai ungkapan untuk merendahkannya.
    Oleh karena itu, anda sering mendapatkan seorang berilmu dengki kepada orang berilmu lainnya tapi tidak dengki kepada orang yang tekun beribadah. Orang yang tekun beribadah dengki kepada orang yang tekun beribadah lainnya tapi tidak dengki kepada orang yang berilmu. Pedagang dengki kepada pedagang lainnya, tukang sepatu dengki kepada tukang sepatu lainnya, namun tidak dengki kepada tukang kain kecuali ada sebab lain. Hal ini terjadi karena tujuan setiap profesi mereka tidak sama dengan tujuan yang lainnya.

    Maka sumber permusuhan itu adalah adanya saling mendesak untuk mencapai tujuan yang sama, sementara tujuan yang sama itu tidak bisa memadukan dua kelompok yang saling berjauhan, karena tidak ada ikatan antara kedua orang di tempat yang berbeda. Dan sikap saling mendengki tidak akan terjadi di antara mereka berdua kecuali jika salah satu dari kedua orang itu memiliki ambisi yang amat besar untuk mendapat ketenaran, karena sesungguhnya dengki timbul dalam diri seseorang kepada orang yang dapat menyainginya dalam suatu bidang yang ia banggakan.

    Sumber dari semua itu adalah cinta kepada kesenangan duniawi, karena kesenangan duniawi adalah yang menyempitkan dua orang yang saling memperebutkannya, sedangkan kesenangan akhirat tidak ada kesempitan bagi mereka yang ingin mendapatkannya. Sifat dengki itu sungguh tercela, karena merupakan watak yang buruk, kadang tertuju pada kerabat bahkan teman-teman sepergaulan, maka tentu saja berlepas diri darinya adalah suatu kemuliaan, dan keterlepasan darinya adalah suatu kemenangan betapa tidak, kedengkian itu jelas-jelas membahayakan diri sendiri, namun terus saja dilakukan, sebab sangat mungkin kedengkian itu akan mendatangkan kebinasaan bagi orang yang mendengki tanpa adanya kerugian sedikit pun pada orang yang didengki.

    Perlu diketahui bahwa sebesar kenikmatan yang didapati oleh seseorang maka sebesar itu pula ukuran kedengkian manusia padanya, jika kenikmatan itu banyak maka akan besar pula kedengkian manusia kepadanya. Begitu pula sebaliknya, jika kenikmatan itu sedikit maka akan kecil pula kedengkian manusia kepadanya, karena tampilnya keutamaan akan mengundang timbulnya kedengkian orang lain dan terjadinya kenikmatan akan melipatkan kedukaan orang lain.

  • Anda membuat gosip tentang orang yang anda dengki dengan perkataan yang dilarang, yaitu berupa kebohongan, gunjingan, penyebaran rahasia, menghasut dan lain-lainnya.

  • Anda menceritakan tentang orang yang anda dengki kepada orang lain untuk menghinanya dan merendahkannya.

  • Anda akan menyakiti orang yang anda dengki dengan memukulnya atau perbuatan lain yang menyakiti badannya.

  • Anda menghalanginya untuk melaksanakan hak dan kewajibannya, seperti membayar hutang, silaturrahmi, membela diri dan lain-lain, yang mana semua perbuatan itu adalah haram.

    Serendah-rendahnya tingkatan dengki yaitu anda memelihara diri agar terhindar dari delapan hal yang telah disebutkan ini dan jangan sampai anda terjebak ke dalam perbuatan maksiat terhadap Allah karenanya, akan tetapi anda membiarkannya terasa berat di dalam hati dan anda membiarkan hati anda membencinya, sehingga hal itu menghalangi anda untuk bersikap santun, lemah lembut, membantu keperluannya, duduk bersamanya dalam rangka dzikrullah dan saling menolong dalam hal yang bermanfaat baginya. Atau setidaknya, anda tidak mendoakan untuknya, tidak memujinya, tidak berkomentar terhadap kebaikannya. Semua ini akan mengurangi derajat keagamaan anda, dan menghalangi anda dari anugerah yang agung serta pahala yang besar, meskipun tidak menjerumuskan anda kepada adzab Allah.