إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.

MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!

segala puji hanya bagi Allah, Rabb semesta alam. Kita memuji, bersyukur dan memohon pertolongan hanya kepadaNya semata. Allah-lah pencipta, pemelihara dan pengatur sekalian makhluk. Pada kesempatan yang baik ini, marilah kita tingkatkan keimanan dan keta’atan kita kepada Allah yang Maha Karim.

MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!

Dengan terus bertaqwa, dengan senantiasa menjalankan perintah-perintah Allah dan menjahui larangan-laranganNya berdasarkan petunjuk yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam melalui pemahaman para sahabat beliau berarti kita telah menempuh jalan menuju kemuliaan dan kenikmatan yang tiada tara. Karena Allah akan meridhai hambaNya yang bertaqwa. Menempuh jalan dalam rangka meraih ridha Allah subhanahu wata’ala berarti berjalan di atas rel kenikmatan yang tiada bandingannya. Sebab ridha Allah adalah sesuatu yang amat besar dan keuntungan yang tak ternilai harganya. Sebaimana firman Allah,

وَرِضْوَانٌ مِّنَ اللّهِ أَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Dan keridhaan Allah adalah lebih besar, itu adalah keberuntungan yang besar.” (QS. at-Taubah: 72)

Orang-orang mukmin yang telah meniti jalan untuk meraih nikmat yang agung dan keberuntungan yang tiada tara tersebut berarti menempuh jalan kemuliaan yang akan menghantarkannya mencapai kasih sayang Allah. orang yang telah diridhai oleh Allah, pastilah akan merasakan kenikmatan hidup di dunia yang fana ini dan di akhirat yang kekal abadi.
Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Rahman dan Rahim akan memberikan kenikmatan yang tiada tara kepada orang-orang yang setia mengikuti jalan orang-orang trdahulu, yaitu Rasulullah dan para shahabatnya yang mendapat ridha dan petunjuk dari Allah, sebab jalan yang ditempuh adalah jalan orang-orang yang tidak sesat dan tidak mendapatkan murka dari Allah subnahu wata’ala.

MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!

Orang-orang yang sabar dan istiqamah di atas al-Haq, akan dimasukkan ke dalam surga yang penuh dengan kenikmatan, makanan yang lezat, minuman yang segar, pakaian yang indah dan halus, dan akan diberi kerajaan yang megah penuh dengan berbagai perhiasan yang elok, wajah mereka berseri-seri dan merasa puas atas usaha yang dia lakukan selama di dunia.
Dan juga orang yang bertaqwa akan diberi keberuntungan yang berupa surga yang amat mengasyikkan. Allah subhanahu wata’ala berfirman,

إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ مَفَازاً. حَدَائِقَ وَأَعْنَاباً. وَكَوَاعِبَ أَتْرَاباً. وَكَأْساً دِهَاقاً

“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan. (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur. Dan gadis-gadis remaja yang sebaya. Dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman).” (QS. 78: 31-34)

MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!

Itulah kenikmatan yang diraih oleh orang-orang yang taat kepada Rabbnya, bernaung di bawah ridha serta kasih sayang Allah. mereka juga akan mendapatkan puncak kenikmatan yang telah lama diidam-idamkan oleh orang-orang yang beriman, yaitu ketika mereka diizinkan melihat pemandangan yang menakjubkan dan mendebarkan hati setiap yang memandangnya, yaitu saat melihat wajah Allah yang Maha Rahman dan Rahim. Wajah orang-orang yang diizinkan oleh Allah saat itu senantiasa berseri-seri. Allah berfirman,

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ

“Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat.” (QS. al-Qiyamah: 22-23)

Memandang Allah yang Maha Indah di surga bukanlah hal yang mustahil, dan ini hanya akan dialami oelh orang-orang yang beriman dan selau taat kepada aturan-aturan Allah yang disampaikan melalui RasulNya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Merekalah orang-orang yang diizinkan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk melihatNya, mereka telah menghabiskan seluruh hidup mereka untuk mencari ridhaNya semata, bukan ridha manusia yang jauh dari al-haq yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.
Kenikmatan yang dicapai oleh hamba-hamba Allah subhanahu wata’ala yang shalih dan shalihah tidak bisa dibayangkan lezatnya, belum pernah dilihat oeh mata, belum pernah didengar oleh telinga dan belum pernah terbetik dalam hati manusia. Sebagaimana disebutkan di dalam hadits qudsi yang shahih,

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ اللهُ أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِيْنَ مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلاَ خَطَرَ عَلىَ قَلْبِ بَشَرٍ. (رواه البخاري)

“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda.” “Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Aku telah menyiapkan bagi hamba-hambaKu yang shalih, sesuatu yang tidak pernah terlihat mata dan tidak terdengar telinga dan tidak pernah terbetik dalam benak manusia.” (HR. al-Bukhari).

Allah subhanahu wata’ala berfirman,

فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّا أُخْفِيَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاء بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (السجدة: 17)

“Tiada seorangpun yang mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka (bermacam-macamnikmat) yang menyedapkan pandangan mata, sebagai balasan terhadap apa yang mereka telah kerjakan.” (QS. as-Sajdah: 17)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di dalam tafsirnya “Taisir Karimir Rahman” ketika menjelaskan ayat yang artinya, “Kepada RabbNya mereka melihat.” (al-Qiyamah: 23), beliau berkata, “Bahwa melihat ar-Rabb (Allah) disesuaikan dengan tingkatannya. Diantara mereka ada yang melihat RabbNya setiap hari (pagi dan petang) dan diantara mereka ada yang melihata RabbNya setiap jum’at satu kali. Mereka bersenang-senangmelihat wajah Yang Maha Karim dan keindahannya yang tiada melebihinya, tiada sesuatupun yang serupa denganNya. jika memandangNya, maka akan merasakan kenikmatan yang sangat lezat, yang tidak mungkin dapat digambarkan. Maka kita memohon kepada Allah yang Maha Karim agar dijadikan golongan orang-orang yang mendapat kenikmatan yang tiada tara ini.”

MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!

Syaikh Abdul Hasan al-Asy’ari di dalam bukunya “Al-Ibanah ‘An Ushulid-Dinayah.” Bab III menerangakan, “Bahwa melihat Allah subhanahu wata’ala di akhirat ialah betut-betul melihat dengan mata kepala, bukan melihat dengan mata hati seperti yang digambarkan oleh orang-orang Ahlul kalam (mu’tazilah). Penglihatan di dalam ayat ini dihubungkan dengan wajah, (sehingga artinya melihat secara hakiki), tidak mungkin diartikan melihat dengan mata hati.”
Bahkan Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan dalam sabdanya, bahwa melihat Allah di akhirat bagi orang-orang yang mukmin dan muttaqin seperti melihat bulan purnama di malam hari. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَمَا إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا الْقَمَرَ لاَ تَضَامُوْنَ فِي رُؤْيَتِهِ.

“Sesungguhnya kamu akan melilhat Rabbmu seperti kamu melihat bulan purnama ini, kamu tidak berdesak-desakkan di dalam melihatNya.” (HR. al-Bukhari, Muslim dan Ahmad).

Hanya akan menjadi lamunan belaka, jika kita berkehendak namun enggan untuk bertindak, cita-cita akan diperkenankan oleh Allah (insya Allah) bila kita segera melangkahkan kaki, meniti jejak generasi terbaik umat ini, yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya.
Orang-orang yang mengharapkan kenikmatan tersebut, harus berupaya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya untuk taat kepada Allah subhanahu wata’ala. Allah subhanahu wata’ala berfirman,

فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنفِقُوا خَيْراً لِّأَنفُسِكُمْ (التغابن: 16)

“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu.” (At-Taghabun: 16)

Dalam ayat yang lain Allah subhanahu wata’ala mempertegas bahwa orang-orang yang mengharap perjumpaan dengan Rabbnya hendaklah ia beramal shalih dan tidak melakukan syirik sedikitpun dalam beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala,

فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاء رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً (الكهف: 110)

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (Al-Kahfi: 110)

MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!

Itulah syarat yang mutlak yang harus dipenuhi bila ingin berjumpa dengan Allah Yang Maha Rahman dan Rahim, ia harus taat kepada Allah subhanahu wata’ala sesuai dengan kemampuan yang ia miliki, beramal shalih yakni yang sesuai dengan tuntunan dan tidak berbuat syirik sedikitpun kepada Allah subhanahu wata’ala.

MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!

Inilah yang dapat ana sampaikan pada khutbah pertama ini, semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ

Khutbah yang kedua

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وبعد,

MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!

Kesimpulan yang khutbah yang pertama tadi bahwa orang-orang mukmin, yang senantiasa mentaati aturan-aturan Allah subhanahu wata’ala, sabar dan istiqamah dalam menjalankan syari’atNya akan diberikan balasan oleh Allah subhanahu wata’ala, yaitu berupa berbagai macam kenikmatan di dalam surga. Dan hal itu merupakan suatu keberuntungan yang sangat besar. Keridhaan Allah subhanahu wata’ala akan diberikan kepada hambaNya yang mukmin dan selalu taat kepadaNya. Dan keridhaan Allah itu juga merupakan keberuntungan yang tiada taranya.

MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMANI WA RAHIMUKUMULLAH!!!

Kenikmatan yang paling agung diberikan kepada orang-orang mukmi n di dalam surga adalah melihat wajah Allah di akhirat, sebuah puncak kenikmatan yang tiada menandinginya. Dan syarat bagi orang yang berharap menjumpai Allah di akhirat, dengan mendapatkan keridhaan Nya ialah:

1. Beramal shalih, yaitu amalan yang sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

2. Tidak berbuat syirik sedikitpun kepada Allah dalam beribadah. Syirik kepada Allah akan menghapuskan seluruh amalan dan pelakunya akan merugi di dunia dan akhirat. Allah berfirman,

لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ(الزمر: 65)

“Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu Termasuk orang-orang yang merugi.” (Az-Zumar: 65).

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين.

Dikutib dari Majalah as-Sunnah, Solo. Edisi 12/Th. IV/1421H/ 2000M.