Jawaban Ketujuh, Allah Subhaanahu Wata’ala tidak membutuhkan shalat kita, tetapi kitalah yang butuh untuk shalat kepadaNya. Sesungguhnya Dia tidak membutuhkan makhlukNya, namun makhlukNya lah yang membutuhkanNya.

Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ (15) إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَأْتِ بِخَلْقٍ جَدِيدٍ (16) وَمَا ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ بِعَزِيزٍ

“Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. Jika Dia mengendaki, niscaya Dia memusnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah.” (Fathir: 15-17)

Dia telah menciptakan mereka telanjang tanpa pakaian maupun alas kaki, tidak memiliki apa-apa, tubuh yang lemah, pikiran kaku, tidak dapat membedakan antara makanan dan bara api dan tidak mampu memberikan manfaat maupun menyebabkan mudharat bagi diri mereka sendiri. Lalu Allah Subhaanahu Wata’ala memberi mereka makanan, menguatkan dan memberikan kesehatan, akal dan harta. Dia menundukkan bagi mereka apa yang di langit dan bumi dan menyempurnakan nikmatNya kepada mereka, lahir dan batin. Setelah pemberian yang banyak ini, -sementara Dia adalah Pemilik kekuasaan dan di tanganNya perbendaharaan langit dan bumi- apakah kamu melihatNya membutuhkan shalat kita?

Tidak, shalat kita hanyalah ungkapan tegas tentang rasa cinta kita kepadaNya dan pengakuan terhadap karuniaNya serta rasa syukur terhadap nikmatNya.

Sesungguhnya orang-orang yang meremehkan perkara shalat, dikaruniai oleh Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman dengan beragam nikmat seperti yang dikaruniakanNya kepada kita, bahkan boleh jadi Dia memberikan lebih banyak kepada mereka dari apa yang diberikan kepada kita. Hanya saja kita mengakui karuniaNya itu, sementara mereka mengingkarinya. Mereka lupa hari kelahiran mereka, hari di mana mereka tidak memiliki sesuatu pun. Dan mereka lalai hari kematian mereka, hari di mana mereka meninggalkan apa yang telah mereka kumpulkan bagi para ahli waris mereka agar dapat bersenang-senang dengannya sementara mereka akan dihisab atas hal itu. Mereka telah berani terhadap Allah Subhaanahu Wata’ala dan menyombongkan diri serta enggan beribadah kepadaNya. Mereka kelak akan menemui kesesatan. Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

“Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (Ghafir: 60)

Kenapa kamu paksakan dirimu dengan memeluk Islam, wahai orang yang meninggalkan shalat, jika kamu tidak membutuhkannya? Kenapa kamu tidak shalat jika kamu meyakininya? Apakah kamu tidak enak hati bila dikatakan, ‘Kamu seorang religius yang takut kepada Allah Subhaanahu Wata’ala?’ Apakah kamu senang bila dikatakan, ‘Kamu adalah orang fasik yang menentang Allah Subhaanahu Wata’ala?’ Bagaimana kamu dapat menaati perintah para pemimpinmu sementara kamu menentang perintah Allah Subhaanahu Wata’ala? Apakah para pemimpinmu itu bagimu pangkatnya jauh lebih tinggi dan agung daripada Allah Subhaanahu Wata’ala? Allah-lah Yang Maha Tinggi Lagi Maha Mulia.

Hushain bin ‘Ubaid pernah menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam seraya mengumpati dan mencelanya karena beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menentang orang-orang kafir Quraisy, menganggap bodoh angan-angan mereka dan mencela tuhan-tuhan mereka, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menegakkan hujjah terhadapnya dan menolak kebatilannya dengan kalimat kebenaran, lalu ia mendengar dan beriman padahal hatinya lebih keras daripada batu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Wahai Hushain, berapa banyak tuhan yang kamu sembah? Ia menjawab, ‘Tujuh di bumi dan satu di langit.’ Beliau berkata, ‘Bila kamu ditimpa suatu kesulitan, kepada siapa kamu meminta?’ Ia menjawab, ‘Yang ada di langit.’ Beliau berkata, ‘Bila hartamu binasa, kepada siapa kamu meminta?’ Ia menjawab, ‘Yang ada di langit.’ Beliau berkata, ‘Hanya Dia semata yang mengabulkan permohonanmu, sementara kamu mempersekutukan mereka bersamaNya?’ Wahai Hushain, masuk Islamlah, pasti kamu selamat.” (Al-Ishabah, oleh Ibnu Hajar, II/87).

Saya katakan kepadamu, wahai Muslim yang meninggalkan shalat, yang lalai terhadap Rabb Yang mengawasimu dan menunggumu, shalatlah, pasti kamu selamat dari adzab Allah Subhaanahu Wata’ala yang pedih. Sungguh tercela kamu jika meminta kepada Allah Subhaanahu Wata’ala saat ditimpa bencana sementara kamu melalaikanNya saat mendapatkan kesenangan.