Oleh: Abdurrahman Nuryaman

KHUTBAH PERTAMA:

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.

Jamaah Jum’at yang Dirahmati Allah
Di antara sikap buruk yang wajib ditinggalkan setiap Muslim adalah, ghuluw atau berlebihan, atau kultus ekstrim terhadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, orang shalih, ulama, atau siapa saja. Sikap ghuluw ini akan menyebabkan seseorang dikultuskan dan ditempatkan lebih tinggi daripada kedudukan yang dianugerahkan Allah untuknya. Maka seorang Nabi yang seharusnya hanya hamba dan Rasul Allah, lalu dikultuskan sehingga dituhankan, dianggap sebagai sumber kekuatan, memberi manfaat dan mencegah mudarat; dan ini jelas adalah suatu kekufuran nyata yang tidak disadari. Karena hanya Allah-lah sumber kekuatan, hanya Allah yang mendatangkan manfaat dan mencegah mudarat.

Sikap ghuluw inilah yang pertama kali menyebabkan munculnya syirik pada kaum Nabi Nuh ’Alaihis Salam, dan sikap ghuluw ini pulalah yang telah menyebabkan sebagian kaum Muslimin memuji Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan bershalawat dengan shalawat-shalawat bid’ah bahkan penuh dengan syirik. Dan ini juga yang terjadi pada Agama Yahudi, yang lalu menganggap Uzair sebagai putra Allah, dan agama Nasrani yang kemudian mengkultuskan Isa, putra Maryam sebagai putra Allah. Padahal Allah Mahasuci dari semua kekurangajaran mereka itu.

Yang menjadi masalah adalah, kalau kekufuran itu hanya dilakukan oleh Yahudi dan Nasrani, maka tentu saja tidak perlu ambil pusing, karena toh mereka telah divonis kafir oleh Allah di dalam al-Qur`an. Yang menjadi kesedihan kita semua adalah adanya orang-orang atau kelompok-kelompok dalam Islam yang juga mengkultuskan Nabi kita, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dan bersikap ghuluw terhadap beliau. Dan ini menjadi kewajiban kita semua, karena sikap berlebihan ini telah mengantarkan banyak kaum Muslimin terjerumus ke dalam kemusyrikan tanpa mereka sadari.

Jamaah Jum’at yang Dirahmati Allah
Allah dan RasulNya telah begitu jelas memperingatkan terhadap sikap berlebihan ini. Marilah kita camkan baik-baik Firman Allah Ta’ala terhadap Ahli Kitab, yang tentu saja peringatan tersebut dialamatkan kepada kita semua. Allah Ta’ala berfirman,

َا أَهْلَ الْكِتَابِ لاَ تَغْلُواْ فِي دِينِكُمْ وَلاَ تَقُولُواْ عَلَى اللّهِ إِلاَّ الْحَقِّ إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِّنْهُ فَآمِنُواْ بِاللّهِ وَرُسُلِهِ وَلاَ تَقُولُواْ ثَلاَثَةٌ انتَهُواْ خَيْراً لَّكُمْ إِنَّمَا اللّهُ إِلَـهٌ وَاحِدٌ سُبْحَانَهُ أَن يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَات وَمَا فِي الأَرْضِ وَكَفَى بِاللّهِ وَكِيلاً

“Wahai ahli kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan atas nama Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya al-Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimatNya yang Dia sampaikan kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dariNya. Maka beriman-lah kamu kepada Allah dan rasul-rasulNya, dan janganlah kamu mengatakan, ‘(Tuhan itu) tiga’, berhentilah (dari Ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan yang Maha Esa, Mahasuci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaanNya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara.” (An-Nisa`: 171).

Al-Allamah as-Sa’di mengomentari ayat ini dengan mengatakan, “Allah Ta’ala melarang Ahli Kitab bersikap ghuluw (berlebihan) di dalam agama, yaitu melampaui batas dan kadar yang disyariat-kan sampai batas yang tidak disyariatkan. Dan itu adalah seperti perkataan orang-orang Nasrani dalam ghuluw mereka terhadap Nabi Isa ’Alaihis salam, yang kemudian mengangkat beliau dari kedudukan kenabian dan kerasulan kepada kedudukan ketuhanan yang sama sekali tidak pantas bagi selain Allah. Maka sebagaimana hal lalai dan asal-asalan dalam beragama dilarang, begitu pula berlebihan (ghuluw). Itulah sebabnya Allah berfirman, “… dan janganlah kamu mengatakan atas nama Allah kecuali yang benar”, dan Firman ini mengandung tiga hal; dua di antaranya adalah larangan, yaitu: Pertama, berkata dusta atas nama Allah, dan kedua, berkata tanpa ilmu dalam masalah nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan, syariat, dan Rasul-rasul Allah. Sedangkan yang ketiga, adalah perintah untuk mengatakan yang benar dalam masalah-masalah ini.” (Taisir al-Karim ar-Rahman).

Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam juga memperingatkan bahaya sikap berlebihan (ghuluw) dengan sabda beliau,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ، إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّيْنِ فَإِنَّهُ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ الْغُلُوُّ فِي الدِّيْنِ.

“Wahai sekalian manusia, kalian jauhilah sikap berlebih-lebihan di dalam Agama, karena sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah sikap berlebih-lebihan di dalam agama.” (Diriwayatkan oleh Ahmad no. 1854; an-Nasa`i, no. 3059, dan Ibnu Majah no. 3029, dishahihkan oleh al-Albani di dalam as-Silsilah ash-Shahihah no. 1283, dan jauh sebelum beliau, hadits ini juga telah dishahihkan oleh Syaikhul Islam di dalam Iqtidha` ash-Shirath al-Mustaqim, beliau berkata, “Isnadnya shahih berdasarkan syarat Muslim.”

Jamaah Jum’at yang Dirahmati Allah
Salah satu sikap berlebihan (ghuluw) yang tersebar luas di tanah air kita adalah bacaan shalawat bid’ah atas Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, bahkan ada yang mengandung syirik kepada Allah. Benar bahwasanya Allah telah memerintahkan kita semua kaum Muslimin untuk bershalawat atas Nabi kita, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Al-Ahzab: 56).
Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا.

“Barangsiapa yang bershalawat atasku satu kali, maka Allah akan bershalawat atasnya sepuluh (kali lipat).” (Diriwayatkan oleh Muslim no. 408, dan lainnya dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu).
Dalam hadits lain Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ، وَحُطَّتْ عَنْهُ عَشْرُ خَطِيْئَاتٍ، وَرُفِعَتْ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ.

“Barangsiapa yang bershalawat atasku satu kali, maka Allah akan bershalawat atasnya sepuluh kali, sepuluh dosa digugurkan dari dirinya, dan sepuluh derajat diangkat untuknya.” (Diriwayatkan oleh Ahmad no. 11587; dan an-Nasa`i. no. 1297. Dan dishahihkan oleh al-Albani di dalam Shahih Sunan an-Nasa`i).

Dalil-dalil ini -dan tentu saja masih banyak dalil-dalil yang lain- dengan sangat jelas menunjukkan bahwa bershalawat atas Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah suatu yang utama dan amal yang mendatangkan pahala dan kebaikan. Akan tetapi sekali lagi, sikap berlebihan (ghu-luw) sebagian kaum Muslimin telah menodai ibadah yang agung ini. Mereka ghuluw terhadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, memuji beliau secara berlebihan, mengkultuskan beliau, dan bershalawat atas beliau dengan shalawat-shalawat bid’ah yang justru bukan doa untuk kebaikan beliau, namun doa untuk kejelekan beliau. Bahkan ada di antara kaum Muslimin yang berkeyakinan berlebihan terhadap diri Rasulullah, seakan-akan beliau sudah mencapai tingkat ketuhanan; yang menjawab doa, yang memberikan pertolongan dan keselamatan. Mereka lupa bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam telah memperingatkan kita semua umatnya, di mana beliau bersabda,

لَا تُطْرُوْنِيْ كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ فَقُوْلُوْا: عَبْدُ اللّهِ وَرَسُوْلُهُ.

“Janganlah kalian memujiku berlebihan sebagaimana orang-orang Nasrani memuji Isa, putra Maryam berlebihan; karena sesungguh-nya aku ini hanyalah seorang hambaNya, maka katakan bahwa aku ini adalah hamba Allah dan RasulNya.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 3445 dan Muslim, no. 1691).

Jamaah Jum’at yang Dirahmati Allah
Berikut ini sejumlah shalawat bid’ah yang sering kita dengar dikumandangkan sebagian kaum Muslimin, dengan harapan semoga ini mengingatkan kita untuk selalu meninggalkan bid’ah dalam segala bentuknya.

Pertama: Sesuatu yang mereka namakan dengan Shalawat Nariyah, yang berbunyi,

اَللَّهُمَّ صَلِّ صَلَاةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلَامًا تَامًّا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الَّذِيْ تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ، وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ، وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ، وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ….

“Ya Allah, bershalawatlah dengan shalawat yang sempurna dan salamlah dengan salam yang sempurna atas penghulu kami Muhammad, yang dengannya ikatan-ikatan (permasalahan) terlepaskan, segala kesulitan mendapatkan jalan keluar, semua hajat terpenuhi, semua keinginan dapat diraih, …”

Coba perhatikan dengan baik kata-kata dalam kalimat shalawat ini. Pertama, ini adalah shalawat bid’ah yang tidak pernah diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Kedua, kalau ini diklaim oleh sebagian orang sebagai tawassul, maka ini juga paling tidak adalah tawassul bid’ah yang tidak ada dasarnya di dalam sunnah Nabi Shallallallahu ‘alaihi wasallam.Ketiga, kalau permohonan-permohonan dalam kalimat ini dilantunkan dan di-barengi oleh keyakinan bahwa Nabi a mengabulkan atau meme-nuhi hajat orang yang melantunkannya, maka jelas ini adalah shalawat syirik yang sangat berbahaya.
Maka hendaklah kaum Muslimin meninggalkan bacaan-bacaan bid’ah seperti ini, agar terhindar dari kebatilan yang sungguh tidak perlu terjadi bagi orang yang ingin selamat dunia dan akhirat.

Kedua: Dalam al-Burdah yang ditulis oleh al-Bushiri, yang kemudian dikenal dengan Burdah al-Bushiri, yang sering kita dengar dikumandangkan di masjid-masjid, dikatakan,

يَا رَبِّ، بِالْمُصْطَفَى، بَلِّغْ مَقَاصِدَنَا، وَاغْفِرْ لَنَا مَا مَضَى، يَا وَاسِعَ الْكَرَمِ.

“Ya Rabbi, dengan orang pilihan (al-Mushthafa) sampaikanlah mak-sud-maksud kami, dan ampunilah untuk kami apa-apa yang telah lalu, wahai Dzat yang luas kebaikan(Nya) …”

Ini juga tawassul bid’ah yang sama dengan sebelumnya. Dan perhatikan perkataan al-Bushiri lainnya yang menggambarkan bah-wa dia adalah seorang sufi yang telah jauh tersesat dan terperosok dalam kubangan syirik. Dia mengatakan sebagaimana yang dinukil oleh asy-Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu di dalam ash-Shufiyah Fi Mizan al-Kitab wa as-Sunnah hal. 40. Kata al-Bushiri,

يَا أَكْرَمَ الْخَلْقِ مَا لِيْ مَنْ أَلُوْذُ بِهِ
سِوَاكَ عِنْدَ حُلُوْلِ الْحَادِثِ الْعَمَمِ

Wahai manusia yang paling mulia,
aku tidak memiliki tempat berlindung selainmu di saat terjadi petaka yang banyak.

Asy-Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu berkata mengomentari baris sya’ir ini, “Si penyair ini beristighatsah kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, di mana dia mengatakan, ‘Aku tidak mendapatkan kepada siapa aku kembali (berlindung) ketika turunnya malapetaka kecuali engkau. Ini adalah di antara syirik akbar yang dapat menyebabkan pemiliknya (orang yang mengatakannya) kekal di dalam neraka bila dia tidak bertaubat darinya. Ini berdasarkan Firman Allah Ta’ala,

وَلاَ تَدْعُ مِن دُونِ اللّهِ مَا لاَ يَنفَعُكَ وَلاَ يَضُرُّكَ فَإِن فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذاً مِّنَ الظَّالِمِينَ

“Dan janganlah kamu berdoa kepada selain Allah yang tidak dapat memberi manfaat dan tidak (pula) dapat mendatangkan mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zhalim.” (Yunus: 106).
Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَدْعُوْ مِنْ دُوْنِ اللّهِ نِدًّا دَخَلَ النَّارَ.

“Barangsiapa yang mati sedangkan dia berdoa kepada selain Allah yang menjadi sekutu (bagiNya), maka orang tersebut masuk neraka.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari no. 4497; dan Muslim no. 92).” Demikian Syaikh Muhammad Jamil Zainu menjelaskan.

Jamaah Jum’at Yang Dirahmati Allah

Ketiga: Begitu pula shalawat dan pujian yang sering kita dengar,

صَلاَةُ اللّهِ سَلاَمُ اللّهِ، عَلَى طَه رَسُوْلِ اللّهِ، صَلَاةُ اللّهِ سَلَامُ اللّهِ، عَلَى يَاسِيْنَ حَبِيْبِ اللّهِ، تَوَسَّلْنَا بِبِسْمِ اللّهِ، وَبِالْهَادِي رَسُوْل ِ اللّهِ، وَكُلِّ مُجَاهِدٍ للّهِ، بِأَهْلِ الْبَدْرِ يَا اللّهُ….

Ini adalah tawassul bid’ah, karena bertawassul dengan Nabi Shallallahu’ alaihi wasallam (baca: diri Nabi) atau para mujahid yang ikut dalam perang Badar adalah tawassul yang ditentang oleh para ulama Ahlus Sunnah.

Dan masih banyak lagi pujian-pujian yang diperuntukkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, yang penuh dengan bid’ah, syirik, dan kezhaliman terhadap Allah.

Karena itu melalui mimbar khutbah kali ini, kami mengajak semua kita agar bershalawat sesuai dengan bimbingan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, dan dengan lafazh-lafazh shalawat yang beliau ajarkan. Kita harus senantiasa ingat bahwa syarat diterimanya amal oleh Allah, tidak saja ikhlas karena Allah semata, tetapi tata cara dan sifat dari ibadah bersangkutan harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Apabila salah satu di antara dua syarat ini tidak ada, maka amal yang kita kerjakan adalah kesia-siaan semata. Seseorang ikhlas melaksanakan Shalat Shubuh, tetapi dia sengaja melakukannya tiga raka’at, maka keikhlasannya itu tidak punya makna. Seseorang ikhlas mengorbankan hartanya untuk melaksanakan haji tetapi tidak dia lakukan sebagaimana ketentuan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, maka haji-nya adalah nol. Dan begitu pula, apabila kita bershalawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, tidak cukup hanya karena Allah. Cobalah tanyakan, “Apakah shalawat nariyah adalah shalawat yang diajarkan oleh Rasulullah?” Jika jawabannya tidak, maka tinggalkanlah, karena itu bukan ajaran dan contoh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ

Khutbah yang kedua

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَلَّى اللَّّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah!

Di antara shalawat Nabi yang disyari’atkan adalah:
1. Shalawat Nabi yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim,

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ َبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

2. Shalawat Nabi yang diriwayatkan oleh Ahmad dan an-Nasa`i,

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

3. Shalawat Nabi yang diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawud, an-Nasa`i,

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

Jamaah Jum’at yang Dirahmati Allah
Jangan lupa untuk bershalawat atas Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabat beliau serta orang-orang yang mengi-kuti beliau sampai Hari Kiamat nanti. Allah telah mengingatkan ini di dalam al-Qur`an. FirmanNya,

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ تَسْلِيمًا كَثِيرًا وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ اْلحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالمَِينَ.

(Dikutib dari Buku Kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan Setahun Edisi ke-2, Darul Haq Jakarta. Telp. (021)84998039. Diposting oleh: Abu Nabiel).