Dalam kitab “Adabul Imla wal Istimla” (Etika Tulis-Menulis) karya Imam as-Sam’ani disebutkan bahwa pernah ada seorang penuntut ilmu duduk di suatu majelis yang di dalamnya dibacakan hadits-hadits rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan sudah menjadi suatu kebiasaan dalam majelis hadits, apabila sang guru membacakan suatu hadist maka para penuntut ilmu yang hadir bersegera menulis hadits tersebut di atas kertas.

Suatu saat, ketika sang guru sedang membacakan sebuah hadits dan ia sedang menulis apa yang dibacakan gurunya tersebut, tiba-tiba ia merasakan gatal di bagian punggungnya yang sangat mengganggu konsentrasinya menulis. Ia sangat ingin menggaruknya. Akan tetapi ia takut apabila ia sibuk menggaruk punggungnya maka ia tidak dapat menulis hadits yang sedang dibacakan dengan sempurna. Ia pun berusaha menahan rasa gatal itu dan terus menulis hadits yang sedang dibacakan.

Anehnya, ketika gurunya selesai membacakan hadits dan ia hendak menggaruk punggungnya yang gatal, tiba-tiba rasa gatal itu hilang. Ia pun segera menoleh ke belakang punggungnya.

Temannya yang duduk tepat di belakangnya spontan berkata, “Maaf, tadi ketika guru kita membacakan hadits, kertas catatan saya habis. Karena khawatir tertinggal menulis hadits tersebut, maka saya menulisnya sementara di atas punggungmu. Tapi tak usah khawatir, segera setelah saya menyalin tulisan di punggungmu ini ke atas kertas, saya akan membersihkan punggungmu.”

(Disampaikan oleh Syaikh Abdul Aziz as-Sadhan dalam kaset “Silsilah al-Imam al-Albani, Durus wa Mawaqif wa ’Ibar)