Oleh: Waznin Mahfud

KHUTBAH PERTAMA :

إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ:
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّد صلى الله عليه و سلم
وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ.
اللهم صَل عَلَى مُحَمدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ ومن اهتدى بهداه إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Syarat utama untuk mendapatkan nikmat dan rizki yang ber-limpah adalah dengan cara bersyukur dengan sebenar-benarnya syukur. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدُُ

“Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan, ‘Sesungguh-nya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) ke-padamu, dan jika kamu mengingkari (nikmatKu), maka sesungguh-nya azabKu sangat pedih’.” ( Ibrahim: 7).

Hadirin Rahimakumullah wa A’azzakumullah!

Nikmat apakah yang harus senantiasa kita pupuk, kita kem-bangkan, dan kita pertahankan agar semakin kuat mengakar dan ujungnya terus tinggi menjulang, kemudian berbuah lebat? Nikmat itu adalah nikmat iman dan takwa.

Dengan keimanan yang kokoh, seorang hamba akan menem-puh perjalanan hidupnya dengan bimbingan hidayah, senantiasa menabur amal shalih, menjaga pohon imannya agar menjadi kokoh, kuat, menghujam ke dalam dan menjulang tinggi di awan serta menghasilkan buah-buahan yang lebat yang dapat dipetik di dunia maupun di akhirat kelak.

Mensyukuri nikmat iman dan taat kepada Rasul haruslah kita laksanakan dengan sesungguhnya, sebab tanpa nikmat iman dan taat kepada Rasul, hidup kita akan tersesat, sempit, berat, dan sengsara, yang akhirnya menggiring kita menuju kecelakaan dan kehancuran yang tak terperikan, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ شَاقُّوا اللهَ وَرَسُولَه وَمَن يُشَاقِقِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَإِنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“(Ketentuan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya me-reka menentang Allah dan RasulNya, dan barangsiapa menentang Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya Allah amat keras siksa-anNya.” (Al-Anfal: 13)

Ini adalah hukum Allah, yang baku, tetap, dan terus abadi. Sunnatullah yang pasti diberlakukan kepada setiap umat manusia yang menentang Allah dan RasulNya, sebagai contoh: Bagaimana Hadirin rahimakumullah menyaksikan peninggalan-peninggalan sejarah orang-orang yang terdahulu, Fir’aun hancur dengan bala tentaranya yang gagah berani beserta kemegahan kerajaannya ka-rena telah membangkang terhadap Nabi yang diutus kepada mereka. Kaum nabi Luth hancur akibat kemaksiatan homo seksualnya, kaum ‘Ad dan kaum Tsamud hancur karena kesombongan mereka atas karunia kegagahan dan kekuatannya, dan banyak lagi kaum-kaum pembangkang lainnya, semua kaum itu hancur bahkan ada yang sirna tak ditemukan sedikit pun peninggalan dari mereka, seperti yang terjadi pada kaum Nabi Luth ‘Alaihissalam yang bagian atas tanah mereka dibalik menjadi bagian bawah, sekarang daerah itu berada di laut mati, di wilayah Negara Yordania, tak satu orang yang mampu untuk sampai ke dasar lautan tersebut. Fana’udzu billahi mindzalika!

Hadirin Rahimakumullah!

Semoga Allah tetap menjadikan kita sebagai umat yang senan-tiasa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, sehingga kita tetap dimuliakan dan termasuk di dalam daftar umat yang adil, yang teguh, dan tegas sebagai saksi-saksi atas umat-umat yang lain, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.” (Al-Baqarah: 143).

Semua itu mengandung hikmah, agar kita dapat mengambil pelajaran dan i’tibar dari umat-umat yang terdahulu, demi penentuan arah dan ketegapan langkah menuju bimbingan Allah q yang Mahabenar, dan demi mendapat Rahmat-Nya serta tidak terjerumus ke dalam kesesatan umat-umat pembangkang!

Hadirin Rahimakumullah!

Allah Subhanahu Wata’ala mengkisahkan Nabi Nuh ‘Alaihissalam di dalam al-Qur`an dalam rangka tujuan di atas, sebagaimana kita ketahui bahwa Nabi Nuh ‘Alaihissalam termasuk Ulul ‘Azmi yang memiliki ketabahan dan kesa-baran yang tangguh sebagaimana Nabi kita Muhammad, Ibrahim, Musa, dan Isa ‘Alaihimussalam.

Nabi Nuh ‘Alaihissalam telah menyampaikan pesan utama Allah yaitu Dakwah Tauhid, menyeru segenap umat manusia kembali beribadah hanya kepada Allah semata, meninggalkan semua sesembahan yang dijadikan sebagai tandingan Allah ataupun sesembahan yang dijadikan sebagai perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dengan artian menjadikan dirinya hanya sebagai hamba Allah semata. Nabi Nuh ‘Alaihissalam yang telah dibebani Allah untuk mengemban risalah dakwah tauhid, telah berusaha keras menjalankan risalah tersebut selama sembilan ratus lima puluh tahun, siang dan malam, tak mengenal lelah dan tak takut dengan hinaan dan cemoohan dari kaumnya yang durhaka. Meski beberapa generasi telah beliau lalui, tetapi semangat menjalankan dakwah tauhid tidak pernah surut dari perjalanan hidup beliau. Allah telah mengukir perjalan-an dakwah beliau dengan tinta emas di dalam al-Qur`an, tidak menyia-nyiakan jerih payah beliau, meski sebagian besar dari kaumnya tidak mau ikut dengan ajakan beliau dan bahkan mencemooh beliau. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلاَّ خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zhalim.” (Al-Ankabut:14).
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

قَالَ رَبِّ إِنِّي دَعَوْتُ قَوْمِي لَيْلاً وَنَهَارًا

“Nuh berkata, ‘Ya Rabbku, sesungguhnya aku telah menyeru kaum-ku malam dan siang’.” (Nuh: 5).

Nabi Nuh ‘Alaihissalam tak bosan-bosannya memberikan peringatan kepada kaumnya agar jangan sampai tertimpa azab yang pedih. Mengajak mereka bertakwa, taat, kemudian memberikan dorongan semangat kepada mereka, agar berusaha mendapat ampunan dari Allah Subhanahu Wata’ala.

Namun sayang, umat yang dicintai dan diperjuangkan Nabi Nuh ‘Alaihissalam agar selamat dari azab Allah itu tetap menolak, tidak mau mendengar bahkan dengan terang-terangan menutupkan pakaian ke muka mereka atau meletakkan jari-jari telunjuk mereka ke telinga mereka ketika Nabi Nuh sedang menyampaikan Firman Allah kepada mereka. Mereka menjauh dan semakin menjauh sehingga mereka pun semakin menjauh dari hidayah serta keselamatan.

فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَآءِى إِلاَّ فِرَارًا

“Maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenar-an).” (Nuh: 6).

وَإِنِّي كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوا أَصَابِعَهُمْ فِي ءَاذَانِهِمْ وَاسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ وَأَصَرُّوا وَاسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَارًا

“Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mangampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat.” (Nuh: 7).

Lihatlah perlakuan mereka terhadap Nabi yang mulia ini, perlakuan yang sangat keji dan tidak bernorma, kalau dahulu sudah ada undang-undang hak azasi manusia, maka mereka sudah bisa dijerat dengan undang-undang tersebut. Mereka menghina, menuduh, mencemooh, dan memusuhi Nabi Nuh ‘Alaihissalam bahkan mereka membuang kotoran mereka di atas perahu yang dengan susah payah dibuat oleh Nabi Nuh ‘Alaihissalam. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

فَقَالَ الْمَلأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ مَانَرَاكَ إِلاَّ بَشَرًا مِّثْلَنَا وَمَانَرَاكَ اتَّبَعَكَ إِلاَّ الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأْيِ وَمَانَرَى لَكُمْ عَلَيْنَا مِن فَضْلٍ بَلْ نَظُنُّكُمْ كَاذِبِين

“Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya, ‘Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang meng-ikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki suatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta’.” (Hud: 27).

Mereka betul-betul menentang lahir dan batin, menolak nasi-hat dakwah dan syariat Allah Subhanahu Wata’ala, mereka mengingkari Nabi Nuh ‘Alaihissalam dengan sombong dan congkaknya.

Hadirin Rahimakumullah wa a’azzakumullah!

Marilah kita perhatikan betapa beratnya beban dakwah yang dipikul Nabi Nuh ‘Alaihissalam, dan betapa durhakanya umat beliau kepada kebenaran yang beliau bawa, bahkan mereka terus menerus di atas jalan kemaksiatan dan kebatilan. Pikiran dan perbuatan mereka, terpusat untuk menentang dan menjatuhkan Nabi Nuh, baik secara psikis maupun menjatuhkan moral beliau di hadapan khalayak banyak. Mereka tetap tiada mau bertaubat!

Namun, meskipun demikian, Nabi Nuh ‘Alaihissalam tetap bersabar dan terus berdakwah dengan berbagai cara dan metode, di segala tempat dan kondisi, dengan harapan mereka mau bertaubat dan sadar.

Bahkan Nabi Nuh ‘Alaihissalam memberikan motivasi-dorongan sesuai dengan kemauan dan hasrat manusiawi yang wajar dan indah, dan beliau pun tidak lupa untuk mengadukan perlakuan umatnya kepada Allah, Dzat yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang mendengar setiap keluh kesah dari setiap makhlukNya. Demi cintanya, sang Nabi ‘Alaihissalam terus mendekati umatnya tersayang agar mau meng-agungkan Allah, bersyukur, dan takut kepadaNya dengan sebenar-benarnya. Demi keselamatan mereka, sang Nabi ‘Alaihissalam menjelaskan kepada mereka tentang keesaan Allah Subhanahu Wata’ala dengan mengajak berfikir dan menggunakan akal mereka,

مَّالَكُمْ لاَتَرْجُونَ لِلَّهِ وَقَارًا . وَقَدْ خَلَقَكُمْ أَطْوَارًا . أَلَمْ تَرَوْا كَيْفَ خَلَقَ اللُه سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا . وَجَعَلَ الْقَمَرَ فِيهِنَّ نُورًا وَجَعَلَ الشَّمْسَ سِرَاجًا . وَاللهُ أَنبَتَكُم مِّنَ اْلأَرْضِ نَبَاتًا . ثُمَّ يُعِيدُكُمْ فِيهَا وَيُخْرِجُكُمْ إِخْرَاجًا . وَاللهُ جَعَلَ لَكُمُ اْلأَرْضَ بِسَاطًا . لِّتَسْلُكُوا مِنْهَا سُبُلاً فِجَاجًا

“Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah, padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah mencip-takan tujuh langit bertingkat-tingkat. Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita. Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya, kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada Hari Kiamat) dengan sebe-nar-benarnya. Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai ham-paran, supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu.” (Nuh: 13 – 20).

Hadirin Rahimakumullah wa A’azzakumullah!

Nabi Nuh ‘Alaihissalam terus mengadakan pendekatan di dalam dakwahnya, beliau mengajak umatnya merenung, berfikir agar dapat bersyukur, mendekat dan taubat kepada Allah Subhanahu Wata’ala, beliau juga mengajak kaumnya untuk memandang dan memusatkan perhatian dengan penuh perenungan yang sedalam-dalamnya kepada penciptaan dan makhluk Allah yang lebih besar, luas dan agung daripada mereka.

Kemudian beliau ‘Alaihissalam mempersilahkan mereka untuk bermawas diri, mengajak mereka memperhatikan nikmat-nikmat yang telah mereka terima, berupa rizki di negerinya agar mereka mau bersyukur kemudian insyaf dan taat.

Hadirin Rahimakumullah!

Namun sayang sungguh sayang, rupanya cinta Nabi Nuh ‘Alaihissalam kepada umatnya hanyalah cinta bertepuk sebelah tangan, karena hanya Nabi Nuh ‘Alaihissalam saja yang mencurahkan cinta kepada mereka, namun mereka sama sekali tiada menyambut cinta Nabi mereka. Allah Subhanahu Wata’ala mengisahkan pengaduan Nabi KekasihNya,

قَالَ نُوحٌ رَّبِّ إِنَّهُمْ عَصَوْنِي وَاتَّبَعُوا مَن لَّمْ يَزِدْهُ مَالُهُ وَوَلَدُهُ إِلاَّخَسَارًا

“Nuh berkata, ‘Ya Rabbku, sesungguhnya mereka telah mendurha-kaiku, dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anak-nya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka’.” (Nuh: 21).

Bahkan menentang kebenaran, kemudian lebih memilih kebatilan yang pada gilirannya menuju kehancuran dan penyesalan pada diri mereka sendiri. Lebih dari itu, mereka merencanakan makar sebesar-besarnya dalam menentang ajaran Tauhid dan menyiksa para pengikut ajaran Nabi Nuh ‘Alaihissalam!

Mereka pun menggalang kekuatan, demi melestarikan adat-istiadat, tradisi ajaran kemusyrikan, peninggalan ajaran nenek mo-yang yang telah mendarah daging pada mereka. Itulah wahyu ayat-ayat setan, yang terus menggiring diri mereka sendiri ke jurang kehancuran.

“Dan melakukan tipu-daya yang amat besar. Dan mereka berkata, ‘Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) ilah-ilah kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr’.” (Nuh: 22 – 23).

Maka sudah semakin dekatlah mereka mencapai puncak te-bing di atas jurang kehancuran mereka, Nabi kita Nuh ‘Alaihissalam berdoa :

وَقَالَ نُوحٌ رَّبِّ لاَتَذَرْ عَلَى اْلأَرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا . إِنَّكَ إِن تَذَرْهُمْ يُضِلُّوا عِبَادَكَ وَلاَيَلِدُوا إِلاَّفَاجِرًا كَفَّارًا

“Nuh berkata, ‘Ya Rabbku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hambaMu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir’.” (Nuh: 26 – 27).

Akhirnya lenyaplah umat yang durhaka tersebut, mereka ditenggelamkan ke dalam air bandang besar, dan tak tersisa satu pun dari mereka yang menentang dakwah Tauhid yang dibawa oleh Nabi Nuh ‘Alaihissalam.

Hadirin Rahimakumullah!

Kisah tersebut meninggalkan pelajaran yang sangat berharga bagi kita, umat yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu Wata’ala, untuk senantiasa mampu mengenang kisah tersebut dan mengambil suri tauladannya dalam kehidupan sehari-hari bagi diri kita sendiri, keluarga, famili, tetangga, kemudian bagi masyarakat, dan umat tercinta, beberapa pelajaran itu adalah:

1. Beribadah ikhlas kepada Allah semata, karena hanya Allah-lah pencipta, pemberi rizki, pengatur, dan pemilik segenap makhluk-Nya, sebagaimana yang telah diajarkan dan digariskan oleh RasulNya Sallallahu ‘alaihi wasallam.

2. Berdakwah pada diri sendiri dengan keimanan yang kokoh, men-dalami ilmu dan mengamalkannya; baik lahir maupun bathin, kemudian kepada keluarga kita, kerabat, tetangga, masyarakat, kemudian segenap umat, berdakwah semampu yang kita jangkau, dengan penuh kesabaran dan hikmah dengan berbagai metode, media, sarana, situasi maupun kondisi, bertahap sampai pada jangka waktu yang selama-lamanya dalam perencanaan generasi demi generasi, demikianlah kesabaran Nabi kita Nuh ‘Alaihissalam.

3. Pembinaan keluarga, istri dan anak-anak dalam akidah Tauhid, syariah, dan akhlak Islam dengan pembinaan yang berdasarkan iman dan takwa yang sebenar-benarnya serta berhiaskan ihsan yang seindah-indahnya, sebab jika tidak demikian, maka kita tidak akan diselamatkan oleh Allah seperti kaum Nabi Nuh ‘Alaihissalam. Kita akan tetap dituntut atas pertanggung jawaban kepemimpinan kita dalam keluarga kita dalam mendidik istri dan anak-anak kita. Marilah kita selamatkan keluarga kita dari pendidikan dan kurikulum yang jauh dari tuntunan Dinul Islam, kita jauhkan dari ajaran pemikiran dan adat tradisi yang sesat, syirik, fanatisme buta, tahayul, takabbur dan sekuler serta liberal, yang ujung kesemuanya itu menolak syariat Allah dan Sunnah Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam.

4. Membentengi diri, keluarga, masyarakat, dan umat seluruhnya dengan syariat Dinul Islam agar kokoh seperti perahu Nabi Nuh, tidak dilubangi maupun dirusak oleh kemungkaran maupun kemaksiatan. Kita bentengi dengan amar ma’ruf nahi munkar, kita bentengi dengan mengikuti sunnah Nabi serta bertaubat dan istighfar.

5. Kita perkokoh kesatuan dan kejayaan umat yang mulia ini dengan menjalankan al-Qur`an, bersabar dalam berdakwah, serta senantiasa menjaga syariat Allah.

6. Selalu ingat dan menjauh dari segala bentuk kemaksiatan dan bersegera bertaubat apabila melakukan kemaksiatan, jangan sampai menunda-nunda, sebab batas waktu umur kita tidak pernah kita ketahui.

هَدَانَا الله وَإِيَّاكُمْ إِلَى صِرَاطِهِ الْمُسْتَقِيْمِ، فَاسْتَغْفِرُوا الله إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

KHUTBAH KEDUA:

اَلْحَمْدُ لله الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ، كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ، لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ.
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
أَمَّا بَعْدُ:
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى الله، وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.

:
Hadirin Rahimakumullah!

Akhirnya, marilah kita semua senantiasa berdzikir, bertaubat, beristighfar, dan menjauhi kemaksiatan dan kezhaliman. Itulah ketenangan, kedamaian, dan kejayaan sebagaimana keteladanan doa Nabi Nuh ‘Alaihissalam.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهم أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُؤْمِنِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

( Dikutip dari buku : Kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan Setahun Edisi Kedua, Darul Haq, Jakarta. Diposting oleh Wandy Hazar Z )