إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللّهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وَأَصْحَابهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْنِ

يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.

Jama’ah Sholat Jum’at rahimakumulloh ….
Bertaqwalah kepada Alloh, taatilah kepada-Nya, jagalah perintah-Nya, jangan kalian memaksiati-Nya, dan bersyukurlah atas segala kenikmatan-Nya. Alloh berfirman:

Artinya: Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu; (QS. Az-Zumar [39]: 7)

Termasuk sebab-sebab perpecahan dan keretakan hati adalah sifat dengki, saling membenci, dan apa saja yang bisa membuat kebencian orang lain seperti jual beli najsy (yaitu Sistem jual beli dengan menaikan harga barang penjualan setelah penjual ridho kepada penawar pertama. Tujuannya adalah memadhoroti pembeli.-Red).

Ketahuilah wahai saudara-saudaraku rahimakumulloh, bahwasanya Alloh memerintahkan kepada para pemimpin kaum muslimin untuk menunaikan beban di pundak mereka berupa amanat rakyat. Hendaklah mereka menegakkan hukum dengan adil, menegakkan hukuman dan mencegah ahli maksiat dari kemaksiatannya. Hendaklah mereka memperhatikan rakyat, tidak membebani apa yang memberatkan umat. Alloh berfirman:

Artinya: dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. (QS. Asy-Syua’ro[26]: 215)

Demikian pula Alloh memerintahkan kepada rakyat agar mendengar dan taat kepada pemimpin. Menaati mereka dalam perkara yang diperintahkan atau yang dilarang, selagi perintah itu tidak memaksiati Alloh. Alloh berfirman:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa’[4]: 59).

Kewajiban menaati pemimpin kaum muslimin adalah sebuah aqidah dalam agama ini, yaitu keyakinan beragama seorang muslim kepada Robbnya. Apabila seorang penguasa atau pemimpin memerintahkannya dengan suatu perintah maka wajib untuk dilaksanakan, selama tidak memaksiati Alloh, dan jika pemimpin melarang sesuatu, wajib untuk berhenti dan meninggalkannya.

Pemimpin adalah para ulama dan para penguasa. Menaati mereka membawa kebaikan agama dan dunia, dan menyelisihi mereka adalah kerusakan agama dan dunia. Para pemimpin adalah ibarat perisai, melindungi jalan-jalan kaum muslimin dari orang-orang yang ingin merampok, mengambil harta, membunuh atau merusak kehormatan, mencegah orang yang ingin merusak keamanan, mereka memimpin rakyat ketika berjihad di jalan Alloh, membela harta dan kehormatan.

Karena pertimbangan besarnya manfaat dan kebaikan ini, maka para ulama mengatakan wajibnya menaati penguasa walaupun dia orang yang fasiq. Apabila dia sholat mengimami manusia wajib sholat bersamanya.

Sebagaimana wajib menaati para pemimpin maka wajib pula untuk menasehati mereka, menampakkan kebaikan mereka dan menyembunyikan kejelekan mereka. Haram berbicara yang dapat menyebabkan kemarahan hati mereka. Barangsiapa yang tidak mampu untuk menasehati, maka do’akanlah kebaikan bagi mereka.

Sebagaimana seluruh warga negara wajib menaati pemimpin, demikian pula halnya dengan para pendatang. Mereka wajib untuk melaksanakan apa yang telah ditetapkan negara berupa syarat-syarat bagi pendatang. Janganlah mereka membuat kerusakan di muka bumi, jangan menyebarkan perkataan yang beracun, jangan menipu ketika bekerja. Barangsiapa yang menyelisihi syarat-syarat yang telah ditetapkan, atau membantu orang untuk menyelisihi syarat-syarat ini, maka dia telah bermaksiat kepada pemimpin. Dalam sebuah hadits Rasululloh bersabda”

مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللَّهَ وَمَنْ أَطَاعَ أَمِيرِي فَقَدْ أَطَاعَنِي وَمَنْ عَصَى أَمِيرِي فَقَدْ عَصَانِي

Barang siapa yang menaatiku maka telah menaati Alloh. Dan barangsiapa yang memaksiatiku maka telah memaksiati Alloh. Barangsiapa yang menaati pemimpin maka telah menaatiku, dan barang siapa yang memaksiati pemimpin maka telah memaksiatiku. (HR. Bukhari, 22/42)

Dalam hadits yang lain Rosululloh shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّهَا سَتَكُونُ بَعْدِي أَثَرَةٌ وَأُمُورٌ تُنْكِرُونَهَا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ تَأْمُرُ مَنْ أَدْرَكَ مِنَّا ذَلِكَ قَالَ تُؤَدُّونَ الْحَقَّ الَّذِي عَلَيْكُمْ وَتَسْأَلُونَ اللَّهَ الَّذِي لَكُمْ

Sesungguhnya akan ada sesudahku para pemimpin yang mementingkan diri sendiri dan akan terlihat suatu perkara yang kalian ingkari. Para shahabat bertanya: “Wahai Rosululloh apa yang anda perintahkan jika kami menjumpai hal itu?, Nabi menjawab; Tunaikanlah hak yang diwajibkan atas kalian dan mintalah kepada Alloh hak kalian.” (HR. Muslim, 9/379).

Dalam hadits yang lain Rosululloh shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Wajib bagi seorang muslim untuk mendengar dan taat dalam perkara apa yang dia senangi dan yang dibenci kecuali apabila diperintah berbuat maksiat. Apabila (pemimpin) memerintahkan kemaksiatan, maka tidak usah mendengar dan taat.

Karena dalil-dalil ini dan selainnya, sebagian ulama berkata: “Senantiasa manusia dalam kebaikan selagi mereka mengagung-agungkan dua golongan ini, jika mereka mengagungkan dua golongan ini, Alloh akan membuat baik dunia dan akhirat mereka. Termasuk mengagungkan ulama dan penguasa adalah jangan menyebarkan kepada manusia kejadian yang dia lihat, akan tetapi hendaklah dia kembalikan kepada kedua golongan ini. Alloh berfirman:
Artinya: Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu). (QS. An-Nisa’ [4]: 83)

Para pemimpin dan rakyat memiliki tauladan yang baik pada diri Rosululloh dan sahabatnya tatkala datangnya kabar Bani Quraizhoh melanggar perjanjian, sesudah kekalahan golongan yang bersekutu dalam perang khondaq, menugaskan salah satu shahabat untuk memastikan pelanggaran Bani Qurazhoh, kemudian Nabi berkata: “Jika kamu mendapatkan mereka tidak melanggar perjanjian maka angkatlah suaramu dengar kabar apabila kamu hendak menghadap saya, dan jika kamu mendapati mereka telah melanggar maka beri saya isyarat tanpa para shahabat mendengarnya.”

Rosululloh menginginkan darinya untuk mengangkat suara tatkala mereka tidak melanggar perjanjian karena hal itu bisa menguatkan jiwa kaum muslimin dan bisa membangkitkan kekuatan kaum muslimin. Demikian juga isyarat tatkala mereka melanggar perjanjian, karena hal itu bisa membuat pendorong, bagi orang munafikin, dan pengkabaran di pihak Rosul sesuai cara yang dipilihnya.

Oleh karena ini Rosululloh berkhutbah selesai Sholat Dzuhur, dan Nabi memerintahkan shahabat agar tidak Sholat Ashar kecuali di Bani Quraizhoh, tidak dijumpai dari para shahabat kecuali tunduk dan patuh.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ

KHUTBAH KEDUA

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

Orang muslim yang benar-benar adalah mengamalkan apa yang telah didengar dari kitabullah dan sunnah Nabinya, walaupun kebanyakan manusia menyelisihi keduanya.

Alloh berfirman:
Artinya: Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). (QS. Al An’am [6]:116)

Wahai kaum muslimin, ambilah pelajaran dari orang yang berhasil, bagaimana dia bisa berhasil? Jangan mengambil pelajaran dari orang yang binasa, bagaimana dia binasa?
Janganlah kalian merasa kesepian dalam menapaki kebenaran karena sedikitnya orang yang menempuh, dan janganlah kalian tertipu karena banyaknya orang yang jatuh dalam kebinasaan.

Kita memohon kepada Alloh ampunan dan kesehatan di dunia dan akhirat, sebagaimana kita memohon pertolongan untuk menunaikan hak-hak-Nya, da supaya menjadikan kita semua termasuk orang yang saling tolong-menolong bersama pemerintah kita dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan supaya tidak menjadikan kita termasuk orang yang saling tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa’ [4]: 59)

اللهمّ إنا نسألك الهدى والتّقى والعفاف والغنى، اللهمّ لاتزع قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنّك أنت الوهّاب، وآخر دعوانا أن الحمد لله ربّ العالمين.

Majalah Al-Furqon, Edisi 8 TahunVI (Mei 2007)