Khutbah Pertama

Amma ba’du :

Ibadallah ! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan bersyukurlah kepadaNya atas nikmat-nikmatNya yang lahir dan yang batin, anugerahNya yang melimpah, dan karuniaNya yang sangat banyak. Betapa banyak karunia Allah Subhanahu Wata’ala yang diberikan kepada hamba-hambaNya. Tetapi kebanyakan manusia tidak mau bersyukur. Siapakah yang menciptakan kita selain Allah ? Siapakah yang memberi kita rizki selain Allah ? Dan siapakah yang menganugerahi kita pendengaran, penglihatan, hati, akal dan kekuatan selain Allah ?

وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللهِ لاَتُحْصُوهَا إِنَّ اْلأِنسَانَ لَظَلُومُُ كَفَّارُُ

Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (QS. Ibrahim :34)

Oleh karena itu, hak Allah adalah hak yang paling besar dibanding hak siapa pun. Kita harus menyembahNya, mengesakanNya dan mentaatiNya. Tidak ada Rabb yang berhak disembah selain dia. Dan tidak ada Rabb kecuali Dia. Bersyukur kepada Sang Pemberi nikmat adalah wajib secara aqli maupun naqli. Dan yang pertama kali memberikan nikmat kepada manusia adalah Allah Subhanahu Wata’ala.

Setelah hak Allah dan karuniaNya ada hak orang tua dan kebaikannya. Kalau Allah berjasa menciptakan dan mewujudkan, orang tua berjasa mendidik, melahirkan dan mengurus anak-anak. Oleh karena itu Allah menyebut hak orang tua beriringan dengan hakNya. Itu tidak lain karena besarnya hak kedua orang tua dan mulianya jasa mereka. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

وَاعْبُدُوا اللهَ وَلاَتُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, (QS. An-Nisa’ :36)

قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَاحَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلاَّتُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

Katakanlah:”Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Rabbmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak, (QS.Al-An’am :151)

وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُوا إِلآ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. (QS. Al-Isro’ :23)

وَوَصَّيْنَا اْلإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَىَّ الْمَصِيرُ

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. Luqman :14)

Seorang ulama Salaf berkata : “Ada tiga ayat yang diikuti tiga ayat.” Ia menyebut salah satunya adalah firman Allah Subhanahu Wata’ala :

وَوَصَّيْنَا اْلإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَىَّ الْمَصِيرُ

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. Luqman :14)

Maka barang siapa yang tidak bersyukur (berterima kasih) kepada kedua orang tuanya berarti ia tidak bersyukur kepada Allah.

Di samping Allah memerintahkan manusia untuk bersyukur kepadaNya atas karuniaNya berupa menciptakan, memberi rizki dan mengurusnya, Dia juga memerintahkan manusia untuk bersyukur kepada kedua orang tuanya, mengingat jasa dan kebaikan keduanya. Saya kira tidak ada seorang pun yang berakal sehat yang tidak mengetahui jasa kedua orang tuanya. Siapa yang menjadi sebab keberadaannya di dunia ? Siapa yang merawatnya dalam tahapan-tahapan usianya semenjak masih menjadi sperma hingga tumbuh menjadi dewasa ? Siapa yang memperhatikannya semenjak awal keberadaannya, masa kehamilannya, saat kelahirannya, masa menyusuinya, penyapihannya, pemberian asupan gizinya, pendidikannya, dan pembesarannya sampai ia menjadi bayi, anak-anak, remaja, kemudian menjadi manusia dewasa yang kuat dan mampu memikul tanggung jawab ? Dibalik itu semua ada orang yang paling berhak menerima kebaktian kita. Orang itu adalah ayah dan ibu kita. Kita tidak akan bisa membalas jasa mereka secara setimpal, meski kita sudah melakukan dan mencurahkan apa saja. Tetapi kita harus memohon kepada Allah dengan menyebut nama-nama dan sifat-sifatNya agar berkenan membalas mereka berdua dengan balasan yang sebaik-baiknya, memberi mereka berdua imbalan terbaik yang bisa diberikan seorang anak kepada orang tuanya, dan berkenan memberi kita kemampuan untuk berbakti kepada mereka berdua sepanjang hayat kita.

Seorang laki-laki datang kepada Umar bin Khattab Radiyallahu ‘Anhu lalu berkata : “Ibuku sudah tua renta. Aku adalah kendaraannya. Aku selalu menggendongnya di punggungku. Aku melindunginya dengan tanganku. Dan aku mengurusnya sebagaimana dia dulu mengurusku. Apakah aku telah menunaikan syukurku kepadanya ?” “Belum” kata Umar. “Mengapa, ya amirul mukminin ?” tanya laki-laki itu. Umar menjawab : “Karena sesungguhnya kamu melakukan hal itu kepadanya sambil berdoa (memohon) kepada Allah agar segera mencabut nyawanya. Sementara dia dahulu melakukan hal itu kepadamu sambil berdoa (memohon) kepada Allah agar memanjangkan umurmu.”

Ibnu Umar Radiyallahu ‘Anhu pernah bertemu dengan seorang laki-laki yang menggendong ibunya di lokasi thawaf. Lalu laki-laki itu bertanya : “ Hai Ibnu Umar, menurutmu apakah aku sudah membalas budinya ?” Ibnu Umar menjawab : “Tidak sedikit pun.”

Allahu akbar ! Betapa besar hak itu ! Dan betapa parah kelalaian manusia ! Kita memohon kepada Allah agar berkenan mengampuni kita. Sesungguhnya Dia Maha Pemurah lagi Maha Mulia.

Wahai umat Islam ! Sungguh berat penderitaan yang ditanggung oleh ayah dan ibu. Sungguh besar pengorbanan yang diberikan oleh mereka berdua dalam rangka membahagiakan anak-anaknya dan mengeluarkan mereka dari medan perang kehidupan. Betapa besar keletihan ayah dan ibu ! Betapa banyak energi yang mereka kerahkan ! Dan betapa banyak pengorbanan yang mereka berikan ! Terutama ibu yang penyayang. Seorang wanita yang penuh kasih sayang, acuan belas kasih dan pemberian yang mengalir deras dengan luapan kasih sayang dan kebaikan. Kasih seorang ibu mengisi penuh hatinya. Ibu yang mengandung anda di dalam perutnya selama sembilan bulan. Dan Allah mengetahui penderitaan yang dialaminya, dan beratnya kandungan yang diembannya. Lalu jangan tanya seberapa besar rasa sakit yang menderanya saat melahirkan anaknya.

حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا

Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). (QS. Al-Ahqaf :15)

Beragam rasa sakit menderanya. Hanya Allah Yang Maha Tahu seberapa besar penderitaan yang dirasakannya. Bahkan ia harus bersambung nyawa saat melahirkan anaknya. Kemudian ia masih harus bersusah payah menyusuinya selama dua tahun penuh. Berdiri terasa berat, duduk terasa jemu.

Kemudian ibu rela menahan lapar agar anda merasa kenyang, rela bergadang agar anda bisa tidur nyenyak, dan bersusah payah agar anda nyaman. Betapa banyak ia terjaga di malam hari yang panjang, sementara anda tidak mengetahuinya. Betapa banyak ia didera aneka penderitaan agar anaknya dapat mewujudkan mimpi-mimpinya. Ia seringkali meninggalkan sesuatu yang disukainya karena khawatir akan keselamatan anaknya. Ia begitu menyayangi dan mengasihi anaknya. Bila ia tidak ada, sang anak akan memanggilnya. Bila ia berpaling darinya, sang anak akan merajuk padanya. Bila sang anak ditimpa musibah, ia akan memanggil ibunya. Bahkan ia rela mati asal anaknya tetap hidup. Ibu anda ingin mati agar anda tetap hidup. Ibu anda rela menderita agar anda merasa bahagia. Perutnya pernah menjadi wadah anda. Pangkuannya pernah menjadi peraduan anda. Payudaranya pernah menjadi sumber minuman anda. Dia rela mati demi anda. Dan betapa berat beban derita yang dialaminya saat menyapih, mendidik dan membesarkan anda.

Kepayahan seorang ibu terus berlangsung sampai anda tumbuh dewasa, menikah dan punya anak. Seorang ibu selalu mencari anda dan mencari tahu keadaan anda. Ia prihatin bila melihat anda prihatin. Ia sedih bila melihat anda bersedih. Sungguh hebat para ibu yang penyayang, para pendidik yang ramah, dan orang tua yang lemah-lembut. Mudah-mudahan Allah berkenan membalas jasa mereka dengan Surga yang luasnya setara dengan langit dan bumi.

Sedangkan ayah yang penyayang adalah pembimbing yang lurus dan pendidik yang mulia. Ia berusaha, bekerja keras, berjuang, membanting tulang, membesarkan, menafkahi, mendidik, dan menyayangi anda. Ia mau menyuapi anda saat belita. Dan ia mencukupi kebutuhan anda saat remaja. Bila ia berjumpa dengan anda hatinya bersuka cita. Bila anda mendatanginya wajahnya berseri-seri. Bila ia datang, anda akan didudukkan di pangkuannya dan didekapnya. Bila ia hendak pergi anda selalu memeganginya. Bila anda jauh darinya, ia selalu menanyakan dan menunggu kedatangan anda. Bila ia melihat anda, bibirnya tersenyum lebar dan gigi depannya tampak mengkilat. Betapa banyak energi yang beliau curahkan untuk mendidik, membesarkan, memberi makan dan menyekolahkan anda. Semoga Allah berkenan memberikan balasan yang sebaik-baiknya dan pahala yang sebesar-besarnya kepada seorang ayah yang mulia dan menyayangi anak-anaknya.

Karena itu tidak heran lagi perintah untuk berbakti kepada orang tua diulang-ulang di dalam Al-Qur’an. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

وَوَصَّيْنَا اْلإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, (QS. Al-Ahqaf :15)

وَوَصَّيْنَا اْلإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا

Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapak-nya.(QS.Al-Ankabut :8)

Tepat sekali apa yang dikatakan penyair berikut ini :
Ayah dan ibu punya hak atas kita
Setelah hak yang dimiliki Rabb
Kita berkewajiban menghormatinya
Mereka berdua melahirkan kita
Dan mendidik kita semasa kecil
Mereka berhak dihormati setinggi-tingginya.

Di dalam Hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, berbakti kepada orang tua disebut beriringan dengan tiang agama Islam dan didahulukan atas jihad yang merupakan puncak menara Islam. Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Ibnu Mas’ud Radiyallahu ‘Anhu berkata : “Aku pernah bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam : ‘Amal apakah yang paling dicintai Allah ? Beliau menjawab: ‘Berbakti kepada kedua orang tua. Lalu apa ? tanyaku. Beliau menjawab: ‘Jihad di jalan Allah”.

Lihatlah bagaimana birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua) mengungguli jihad di jalan Allah, bersabung nyawa di medan perang dan berlumuran darah. Hal ini juga didukung oleh Hadits yang tercatat di dalam kitab Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim, bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk meminta izin berjihad. Lalu beliau bertanya: “Apakah kedua orang tuamu masih hidp ?” ‘Ya’ jawabnya. Lalu beliau bersabda : “Berjihadlah dalam berbakti kepada mereka”.

Wahai umat Islam ! Berbakti kepada kedua orang tua adalah kewajiban yang tidak bisa dielakkan dan keutamaan yang pasti. Kewajibannya pasti dan pelaksanaannya tidak bisa ditawar. Tidak ada alasan bagi siapa pun untuk melalaikan dan meremehkan kewajiban ini. Agama, syari’at, ayat dan Hadits, akal sehat, menjaga diri, kasih sayang, balas budi dan rasa kemanusiaan adalah dalil-dalil yang menunjukkan adanya keharusan melaksanakan kewajiban itu dengan sebaik-baiknya. Berbakti kepada orang tua adalah jalan hidup para Nabi dan Rasul, dan perilaku orang-orang mulia dan orang-orang shalih. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا

Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. (QS. Maryam :32)

Dan Allah Subhanahu Wata’ala berfirman tentang sifat-sifat Yahya bin Zakariya ‘Alaihissalam :

وَبَرَّا بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّارًا عَصِيًّا

Dan banyak berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia seorang yang sombong lagi durhaka. (QS. Maryam :14)

Mendoakan orang tua di kala hidup maupun sesudah meninggal dunia adalah kebiasaan yang tidak pernah ditinggalkan oleh orang-orang yang beriman dan bertakwa. Nabi Nuh ‘Alaihissalam berdoa dengan ucapan:

رَّبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَن دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ

Ya Rabbku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. (QS. Nuh :28)

Sedangkan Nabi Ibrahim berdoa dengan ucapan :

رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ

Ya Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mu’min pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)”. (QS. Ibrahim :41)

Dan di antara ayah dan ibu yang paling berhak diperlakukan secara baik ialah ibu, mengingat perjuangannya yang luar biasa untuk anaknya. Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah Radiyallahu ‘Anhu bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam lalu bertanya : “Ya Rasulullah, siapakah yang paling berhak aku perlakukan dengan baik ?” Beliau menjawab: “Ibumu” Lalu Siapa ? Tanya laki-laki itu. Beliau menjawab: “Ibumu” lalu siapa ? tanya laki-laki itu lagi. Beliau menjawab : “Ibnumu” lalu siapa ? tanya laki-laki itu kemudian. Beliau menjawab : “Ayahmu” Dalam riwayat Muslim dikatakan bahwa beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “Ibumu, lalu ibumu, lalu ibumu,lalu ayahmu. Kemudian orang yang lebih dekat denganmu, lalu orang yang lebih dekat denganmu.”

Wahai orang-orang yang berstatus sebagai anak, bertakwalah kepada Allah dalam menghadapi ayah dan ibu. Berbaktilah kepada orang tua anda, maka anak-anak anda akan berbakti kepada anda. Ketahuilah bahwa ridha Allah terletak di dalam ridha ayah dan ibu, dan murka Allah terletak di dalam murka ayah dan ibu.

Anda pasti sangat menyesalkan dan menyayangkan maraknya fenomena anak yang enggan berbakti kepada orang tuannya. Tidak ada penghargaan, rasa hormat, kepatuhan, kebaktian, maupun sopan santun. Yang ada justru kekerasan, kekasaran, bentakan dan kedurhakaan. Bahkan ada orang yang sangat keji, bengis dan kejam. Sehingga apabila ayah atau ibunya menyuruhnya melakukan sesuatu, ia akan menggerakkan bahunya, membuang muka dan membalikkan punggungnya. Seolah-olah perintah itu tidak penting baginya. Bahkan ada yang memasang muka cemberut, mengerutkan dahi, berteriak, tidak sopan dan melawan ayah dan ibunya. Tidaklah orang seperti itu menyadari bahwa perbuatannya itu dapat membuatnya sengsara ? Sungguh celaka baginya pada saat dirinya di hadapkan kepada Rabbnya.

Bahkan ada sebagian orang yang tidak segan-segan mengguagat orang tuanya di pengadilan, melaporkannya ke pihak kepolisian atau lembaga-lembaga hukum lainnya. Untuk apa ini semua ? Apakah untuk mengambil segenggam uang atau sejengkal tanah ? Sampai-sampai banyak terjadi pemutusan hubungan persaudaraan demi secuil harta atau karena perasaan tertentu yang terpendam di dalam hati. Bahkan ada orang yang tidak bertegur sapa dengan orang tuanya, tidak berkunjung dan tidak berkomunikasi dengannya selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

Ada juga orang yang meninggalkan orang tuanya yang sudah atau sakit renta di panti-panti jompo. Dan selama berhari-hari bahkan berbulan-bulan ia tidak mengetahui keadaannya. Di mana iman ? Di mana keutamaan ? Di mana norma-norma kepatutan ? Di mana rasa kasih sayang dan rasa kemanusiaan ? Orang-orang semacam itu telah berbalik 180 derajat. Mereka telah membalas air susu dengan air tuba.

Aku ingin dia hidup
Tapi dia ingin membunuhku
Maafkanlah keinginan kekasihmu

Ada pula orang yang telah menikah melupakan kedua orang tuanya dan mengabaikan urusan mereka, karena terlalu asyik dengan kehidupan barunya. Betapa banyak penderitaan yang dialami para ibu akibat ulah anak-anaknya yang mengutamakan istrinya dan mengabaikan ibunya. Bahkan ada yang menunjukkan sikap angkuhnya kepada sang ibu di depan mata istri dan anak-anaknya. Sungguh keji perbuatan mereka ! Sungguh celaka apa yang mereka perbuat !

Sebagai anak, anda harus selalu menjaga hak-hak orang tua dengan cara berbakti dan berbuat baik kepada mereka. Dan sebagai ayah atau ibu, anda harus bisa membantu anak-anak anda dalam berbakti kepada anda. Jangan membebani mereka dengan tugas-tugas yang terlalu berat bagi mereka. Dan jangan mencampuri urusan pribadi mereka, lebih-lebih setelah menikah. Karena hal itu dapat menyebabkan retaknya hubungan dan putusnya tali cinta kasih dan keharmonisan.

Dan ada pula orang yang karena kurangnya ilmu agama justru lebih berbakti kepada teman-temannya dibanding orang tuanya. Mereka begitu patuh kepada rekan-rekannya dan baik kepada kawan-kawannya, namun durhaka kepada ibunya dan tidak bertegur sapa dengan ayahnya. Bahkan anda akan sangat prihatin ketika melihat orang yang menunjukkan penampilan yang shalih, bergelut di dunia ilmu atau dakwah, tetapi sama sekali tidak menaruh hormat, tidak menghargai, tidak peduli, tidak berbakti dan tidak perhatian kepada orang tuanya.

Meskipun kedua orang tua memiliki kekurangan dalam beberapa segi, berbakti dan berbuat baik kepada mereka tetap wajib dilakukan oleh si anak. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

وَإِن جَاهَدَاكَ عَلَى أَن تُشْرِكَ بِي مَالَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلاَ تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik. (QS. Luqman :15)

Di dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan bahwa Asma Radiyallahu ‘Anha berkata : “Ibuku yang masih musyrik pernah datang kepadaku pada masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Lalu aku bertanya kepada Rasulullah, “Ibuku datang padaku dan ingin bertemu denganku. Apakah aku boleh menemuinya ?” Beliau menjawab : “Ya, temuilah dia”.

Ibadallah ! Lalu bagaimana dengan kekurangan yang lebih rendah dari itu ?
Ingat ! Bertakwalah kepada Allah, wahai para orang tua ! ketahuilah bahwa kedurhakaan anak yang dirasakan oleh sebagian anda pada umumnya berpangkal pada kesalahan dalam mendidik. Akibatnya si anak mengalami keterbatasan dalam menerima asuhan yang benar. Kalau mereka sendiri mengabaikan anak-anaknya dan tidak memberikan perhatian yang memadai, bagaimana mungkin mereka mengharapkan anak-anaknya menjadi anak-anak yang berbakti ? Mana mungkin pohon duri berubah anggur ?

Dan, bertakwalah kepada Allah, wahai para anak ! Segeralah berbakti kepada kedua orang tua anda, apapun kondisinya.
Mulai sekarang, siapa pun yang selama ini kurang berbakti kepada orang tuanya harus segera mendaratkan kecupan hangat di kening ayah dan ibunya, seraya menyesali apa yang terjadi di masa lalu dan meminta ma’af atas apa yang sudah berlalu. Dan siapa pun harus berbakti dan menyambung kembali hubungannya. Ia harus menyapanya dengan kebajikan, kebaktian, kebaikan. Dan, semua saluran pendidikan dan pengarahan seperti masjid, rumah, sekolah, dan media massa harus memberikan perhatian yang memadai terhadap masalah pendidikan dan sosial yang penting ini. Jangan sampai masyarakat Islam yang dikenal sebagai masyarakat yang suka gotong royong, tolong-menolong, berbuat baik dan menjalin persaudaraan berubah menjadi masyarakat materialis yang tidak percaya pada nilai-nilai dan tidak peduli pada norma-norma. Dan kita bisa mengambil pelajaran dari fenomena-fenomena yang kita lihat dan kita saksikan.

بارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

Amma ba’du :

Ibadallah ! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan tunaikanlah hakNya sebagaimana diperintahkan kepada anda. Ketahuilah, bahwa disamping memerintahkan untuk berbakti dan menunaikan hak orang tua Allah juga melarang anda memutus hubungan dan durhaka kepadanya. Bahkan Allah menjadikannya sebagai salah satu dosa besar yang menyebabkan murka dan azab Rabb Yang Maha Perkasa.

Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Bakrah Radiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bertanya: “Maukah kuberitahukan kepadamu dosa yang paling besar ?” Sebanyak tiga kali. Kami menjawab: Tentu, ya Rasulullah ! Lalu beliau bersabda : “Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua.”

Lihatlah bagaimana Allah menyebut durhaka kepada orang tua bersama-sama dengan syirik. Na’udzubillah !

Sementara Al-Mughirah bin Syu’bah Radiyallahu ‘Anhu meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu durhaka kepada ibu.” (Shahih Al-Bukhari, 2408 dan Shahih Muslim, 593,12 )

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim dicatat bahwa Abdullah bin Amr bin Ash Radiyallahu ‘Anhu berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

“Sesungguhnya salah satu dosa yang paling besar ialah seorang mengutuk kedua orang tuanya.”

Ada yang bertanya : “Ya Rasulullah, bagaimana mungkin seseorang mengutuk kedua orang tuanya ?” beliau menjawab :

“ia memaki ayah seseorang, lalu orang itu (membalasnya dengan) memaki ayahnya dan memaki ibunya.” (Shahih Al-Bukhari, 5973 dan Shahih Muslim, 90)

Dalam hal ini anda tentu mendengar banyak hal aneh dalam kenyataan hidup masyarakat kita.
Abu Hurairah Radiyallahu ‘Anhu meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

“Sungguh celaka, lalu sungguh celaka orang yang mendapati kedua orang tuanya pada masa tua baik salah satu atau kedua-duanya lalu ia tidak masuk surga.” (HR. Muslim, 2551 )

Dalam hadits shahih disebutkan bahwa salah satu dari tiga orang yang tidak bisa masuk Surga ialah orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya.

Ibadallah ! Ketahuilah bahwa berbakti kepada orang tua sangat ditekankan dalam semua periode kehidupan. Lebih-lebih ketika sakit dan lanjut usia. Bahkan kewajiban itu terus berlangsung setelah wafat. Imam Ahmad dan Abu Daud meriwayatkan dari Abu Usaid As-Sa’idi Radiyallahu ‘Anhu ada seseorang bertanya : “Ya Rasulullah, apakah masih ada sesuatu yang bisa kulakukan untuk berbakti kepada kedua orang tuaku setelah mereka meninggal dunia ?” Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab :

“Ya. Yaitu mendoakan mereka, memohonkan ampun untuk mereka, melaksanakan wasiat mereka, menyambung tali persaudaraan yang tidak bisa disambung tanpa mereka, dan memuliakan teman mereka.” (Al-Musnad, 3/498 dan Sunan Abu Daud, 5142 )

Abdullah bin Dinar menceritakan bahwa Abdullah bin Umar Radiyallahu ‘Anhu pernah bertemu dengan seorang badui di jalanan kota Makkah. Lalu Abdullah bin Umar mengucapkan salam kepadanya dan mempersilahkan naik ke atas keledainya yang semula dinaikinya, dan memberinya surban yang semula dikenakannya. Kemudian kami bertanya padanya : “Sesungguhnya mereka hanyalah orang badui. Mereka cukup puas dengan sesuatu yang ala kadarnya ? Abdullah menjawab : “Sesungguhnya ayah orang ini dahulu adalah teman baik Umar bin Khattab. Dan aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

“Sesungguhnya kebaktian yang paling bagus ialah silaturrahmi yang dilakukan oleh seorang anak kepada keluarga teman baik ayahnya.” (HR. Muslim, 2552 )

Ibadallah ! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu Wata’ala dalam berbakti, bersilaturrahim dan berbuat baik kepada orang tua sebelum terlambat ! Bertaubatlah, wahai orang-orang yang lalai dalam menunaikan hak-hak orang tua dan orang-orang yang durhaka kepadanya, sebelum jiwanya berkata : “Oh, Alangkah menyesalnya diriku atas kelalaianku terhadap Allah.

اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

( Dikutip dari buku : Kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan Setahun Edisi pertama, ElBA Al-Fitrah, Surabaya .Diposting oleh Yusuf Al-Lomboky )